Melestarikan Pesta Bau Nyale
Indonesia sebagai negara nan kaya akan keragaman budaya. Juga dikenal memiliki beraneka loka wisata dari Sabang hingga Merauke. Pada setiap loka mempunyai keunikan tersendiri nan menjadi daya tarik para wisatawan. Semuanya tak lepas dari sejarah pariwisata nan membentuknya.
Catatan Sejarah Pariwisata Lombok
Lombok atau Pulau Lombok nan menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, sering disebut sebagai equal nya Pulau Bali. Karena beberapa kemiripan budaya dan adat istiadatnya. Meski ada disparitas dalam hal religi dan keyakinan beragamanya. Di Bali mayoritas ialah beragama Hindu, sedangkan di Lombok mayoritas ialah orang Islam.
Namun, dari seni budaya, seperti kendang beleq , busana adat dan acara nyongkolan , semuanya hampir mirip, antara Lombok dan Bali. Seakan kedua Pulau tersebut ialah Pulau kembar nan terpisahkan di suatu waktu.
Persamaan atau disparitas adat budaya tersebutlah nan biasanya membentuk catatan sejarah pariwisata di setiap daerah. Apakah memiliki kemiripan dengan daerah lain, ataukah justru terdapat disparitas nan mencolok.
Selanjutnya catatan sejarah pariwisata di Pulau Lombok. Sebuah sejarah diindikasi terbentuk sebab dua sebab. Pertama, sebab sebuah peristiwa nan kemudian dijadikan momentum sebuah sejarah bagi suatu daerah. Dan kedua, ialah berasal dari cerita rakyat nan melegenda dan akhirnya dijadikan dalam sebagian catatan sejarah kepariwisataan.
Indikasi kedua nan rupanya ada di Pulau Lombok. Yakni sejarah nan telah menjadi sebuah legenda nan dipercayai merupakan sebuah sejarah asli. Dan pernah ada dalam satu fase kehidupan dalam masyarakat Lombok. Di mana legenda ini menjadi sebuah berkat tidak ternilai buat masyarakat di Pulau Lombok.
Berkat itu berhubungan dengan binatang bahari nan biasa disebut sebagai bau nyale, oleh masyarakat Lombok setempat . Bau Nyale ialah sebuah kegiatan festival di Pantai Kuta, Lombok, nan sangat terkenal. Festival itu berawal dari sebuah cerita rakyat dari mulut ke mulut.
Berikut ini cerita nan biasa diceritakan oleh para orang tua.
Kisah Puteri Nyale Mandalika
Dulu di daerah Lombok Tengah berdiri kerajaan bernama Tonjang Beru. Dalam kerajaan itu hayati seorang puteri bernama Puteri Sarah Wulan atau terkenal dengan sebutan Puteri Mandalika.
Ketika beranjak dewasa, Putri Mandalika ini memiliki kecantikan nan dibanggakan oleh rakyatnya. Rambutnya bergelombang seperti lautan. Matanya latif bersinar bagaikan permata. Dan kulitnya halus lembut seperti sapuan bulu.
Ditambah dengan keelokan perangai si Putri Mandalika. Kelembutan dan tutur katanya nan lemah lembut membuat hati setiap orang menjadi sejuk. Kebaikan hatinya membuat ia dicintai oleh seluruh rakyatnya.
Kecantikan itu membuat banyak pangeran nan jatuh hati dan ingin mempersuntingnya. Para pangeran itu saling mengadu kekuatan dan mengancam akan memberikan kehancuran pada kerajaan Tonjang Beru, apabila menolak pinangan mereka.
Akhirnya dalam keadaan bimbang, sang puteri mendapat wangsit buat mengundang semua pangeran ke pantai Kuta . Para pangeran itu harus disertai seluruh rakyat mereka.
Para pangeran itu memenuhi undangan sang puteri. Pantai Kuta seketika dikerumuni oleh rakyat nan sangat banyak, sehingga terlihat seperti kerumunan semut.
Setelah semua berkumpul, akhirnya tibalah sang putri di pantai itu pula. Setibanya di pantai, sang puteri berdiri di atas onggokan batu karang. Ia menatap seluruh undangan dan berkata bahwa diriya meminta maaf sebab tak bisa menentukan pilihan baginya. Semua ia anggap baik, namun, bila memilih salah satu dari mereka, maka akan terjadi peperangan nan justru akan meluluhlantakan Kerajaan Tonjang Beru.
Akhirnya Putri Mandalika memilih buat berkorban demi rakyat nan dipimpin oleh Ayahnya sang raja. Dan juga menyelamatkan jutaan rakyat jelata nan dipimpin oleh para pangeran tersebut. Setelah Putri Mandalika meminta maaf, maka ia langsung menerjunkan diri ke bahari Kuta.
Setelah itu sang puteri menceburkan diri ke bahari disertai gemuruh ombak dan suara petir. Beberapa menit kemudian, sang puteri tak muncul. Kemudian muncullah cacing berwarna-warni di permukaan bahari dalam jumlah banyak. Cacing itu diduga ialah jelmaan sang puteri dan dinamakan puteri Nyale.
Setelah berubah menjadi nyale, maka semua orang nan menyaksikan berebut buat menangkapi nyale tersebut. Dan dibawa pulang buat dimasak dan dinikmati oleh semua orang.
Tradisi Menangkap Nyale
Akhirnya berdasarkan cerita rakyat tentang Putri Mandalika tersebut, dipercayai bahwa nyale nan muncul pada waktu-waktu eksklusif ialah penjelmaan dari Putri Mandalika. Putri nan berkorban buat sang raja nan menjadi ayahnya, rakyat kerajaan, dan orang banyak.
Dan pada waktu-waktu eksklusif akhirnya digelar acara bau nyale. Yakni tradisi menangkap nyale sebagai penjelmaan Putri Mandalika. Atau Putri Nyale tadi.
Pantai Kuta Lombok merupakan perbatasan antara Lombok Timur dengan Lombok Tengah. Dari legenda ini, tradisi upacara bau nyale (menangkap nyale) diadakan setahun sekali di Pantai Kuta. Tradisi ini diadakan setiap tanggal dua puluh bulan kesepuluh dalam almanak Sasak atau lima hari setelah bulan purnama. Biasanya di antara bulan Februari hingga Maret.
Dalam tradisi ini, rakyat berbondong-bondong buat menangkap cacing bahari ini dan kemudian diolah buat dimakan beramai-ramai. Nyale bukan sembarang cacing, tapi binatang bahari nan memiliki kandungan protein dan gizi nan sangat tinggi.
Selain sebab legenda, tradisi ini merupakan bukti rasa syukur rakyat Lombok atas rahmat dan keajaiban alam nan diberikan Tuhan. Sehingga masyarakat Lombok selalu terhindar dari kelaparan. Selain itu, tradisi ini juga membuat masyarakat Sasak selalu ingat akan fungsi solidaritas buat mendukung kelangsungan budaya tradisional.
Itulah salah satu tradisi budaya Indonesia nan sangat menarik perhatian wisatawan mancanegara. Sudah seharusnya tradisi nan mengandung nilai kebaikan itu tetap dijaga agar tak hilang ditelan gaya hayati modern.
Melestarikan Pesta Bau Nyale
AKhirnya meski Putri Nyale alias Putri Sarah Wulan, nan bergelar Putri Mandalika menjadi catatan sejarah pariwisata Pulau Lombok. Dan mulai dikenal oleh khalayak banyak, dari transportasi budaya. Yang merambat dari mulut ke mulut.
Sebagai penerima warisan budaya, Anda seharusnya berusaha melestarikan berbagai budaya sebagai warisan tersebut. Salah satunya ialah Tradisi dan Pesta Bau Nyale. Anda tentu tak mau apabila putra-putri Anda justru lebih hapal dan respect kepada para pahlawan super tokoh ikon hero dari luar negeri bukan?
Setidaknya, catatan sejarah pariwisata bagi Lombok akan menjadi warisan nan ungkul bagi generasi penerus sejarah pariwisata tersebut. Salah satunya ialah dengan melestarikan pesta bau nyale tadi. Mungkin justru selalu digelar sebagai salah satu agenda daerah, nan melibatkan banyak unsur masyarakat.
Pesta Bau Nyale ini pun digelar sebagai pesta rakyat. Yang tak terlalu membutuhkan biaya banyak, sebab dilakukan cukup di tepi pantai. Pada waktu-waktu eksklusif saja.
Pesta Bau Nyale ini terbukti tetap eksis sampai saat ini. Yang berawal dari legenda rakyat dan momentum nan kemudian berubah menjadi suatu catatan sejarah pariwisata Pulau dan masyarakat Lombok pada umumnya.