JENIS HOMO

JENIS HOMO

Apakah nan dimaksud dengan manusia purba Indonesia ? Secara sederhana manusia purba merupakan sebutan nan ditujukan buat manusia nan hayati di zaman prasejarah. Lalu, apa sebenarnya nan dimaksud dengan zaman prasejarah?

Prasejarah selalu dihubungkan dengan tulisan. Zaman ini terjadi saat manusia belum mengenal tulisan sama sekali, atau dengan kata lain disebut juga dengan istilah zaman nirleka. Karena perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia di tiap daerah tak sama, zaman prasejarah pun tak berlaku serentak di seluruh dunia.

Ada wilayah nan jauh lebih maju dari wilayah lainnya. Demikian juga sebaliknya. Di Indonesia sendiri zaman prasejarah baru berakhir dengan berdirinya kerajaan Kutai pada abad ke empat Masehi. Bandingkan dengan bangsa Sumeria nan sudah mengakhiri zaman prasejarahnya sejak tahun 3500 SM. Ada disparitas waktu nan sangat besar, bukan?

Mengapa pembabakan zaman ini begitu penting? Itu sebab manusia modern bisa memanfaatkan informasi nan ada buat mempelajari lebih detail bagaimana kehidupan nenek moyang manusia di masa lalu.

Tidak hanya nan hayati ribuan tahun silam, melainkan juga nan sudah ada sejak jutaan tahun nan lalu. Hal ini menjadi sumber ilmu pengetahuan nan tidak ternilai harganya dan membawa banyak sekali kegunaan bagi kehidupan manusia modern.

Kehidupan manusia purba nan ada Indonesia tidaklah mudah. Karena mereka benar-benar bergantung pada alam sekitarnya dan belum memiliki peralatan memadai buat bertahan hidup. Lupakan peralatan listrik nan memudahkan kehidupan manusia masa kini.

Lupakan kendaraan bermesin nan membawa manusia dengan mudahnya berpindah dari satu loka ke loka lain dalam waktu singkat. Dulu, semua berlangsung dengan lamban sebab manusia purba harus mengerjakan semuanya dengan tangan mereka sendiri.

Ada masanya saat manusia purba hanya berburu dan mengumpulkan makanan dalam taraf nan sederhana. Kecakapan dan pikiran mereka masih sangat terbatas serta sederhana. Hayati dalam kelompok kecil nan saling melindungi, manusia purba lebih memilih buat hayati di dataran rendah nan dekat dengan sumber air dan makanan.

Mereka baru berpindah ke daerah lain jika sumber makanan sudah menipis. Mereka biasanya menggunakan potongan batu atau tulang nan sudah dibentuk sebagai peralatan. Dan mereka mulai berburu hewan dengan memasang jebakan atau melakukan agresi dengan mempergunakan batu atau batang pohon sebagai senjata.

Selanjutnya, manusia purba mulai mengenal kapak dari batu atau tombak kayu buat berburu. Mereka juga sudah mulai mengumpulkan makanan di daerah lain di luar loka tinggalnya. Sebagian besar mulai tinggal di dalam gua dan membuat peralatan nan kondisinya lebih tajam dan runcing.

Manusia purba mulai bercocok tanam dan memelihara hewan saat mereka mencoba menetap di suatu daerah. Tatanan masyarakat sudah jauh lebih teratur di mana sudah ada pemimpin nan dipilih dan mampu mempersatukan rakyat. Pemimpin juga harus memiliki kemampuan fisik nan bagus dan mempunyai keahlian nan dapat diandalkan.

Selanjutnya, manusia purba pun memasuki masa perundagian. Di masa ini, mereka sudah mengenal disparitas status sebab harta kekayaan nan dimiliki seseorang. Pengolahan emas pun mulai diperkenalkan di masa ini.

Intinya, manusia sudah makin memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan.Inilah nan terus diasah selama ribuan tahun dan terus mengalami penyempurnaan.

Manusia purba di tanah air dapat dipelajari dari peninggalan nan ada dan ditemukan kemudian. Fosil dan peralatan nan mereka gunakan menunjukkan dengan baik bagaimana kehidupan saat itu. Sekaligus apa disparitas mereka dengan manusia modern nan ada saat ini.



Meganthropus Palaeojavanicus

Manusia zaman prasejarah pertama disebut dengan nama Meganthropus Palaeojavanicus. Megan berarti besar, anthropus maksudnya manusia, paleo artinya tua, serta javanicus bermakna dari Jawa. Jadi, jika digabungkan meganthropus javanicus berarti manusia purba bertubuh besar tertua dari Jawa.

Fosil pertama nan ditemukan tidaklah lengkap, hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang, dan gigi nan telah lepas. Diperkirakan umur fosil ini ialah antara satu hingga dua juta tahun.

Orang nan berjasa menemukan fosil ini ialah Ralph von Koenigswald nan melakukan penelitian di desa Sangiran, di sebelah utara Solo. Fosil nan ada menunjukkan bahwa makhluk tersebut memiliki ukuran nan lebih besar dibanding pithecantropus. Karakteristik primer manusia purba ini adalah:

  1. memiliki tulang pipi tebal
  2. otot kunyah
  3. tonjolan di area kening nan cukup mencolok
  4. tidak memiliki lekukan dagu
  5. mengonsumsi jenis tumbuhan busuk
  6. memiliki perawakan nan tegap


Pithecantopus Mojokertensis

Selanjutnya ialah pithecantropus, manusia prasejarah nan sangat sering ditemukan di Indonesia. Diperkitakan, fosil manusia purba ini sudah berumur antara 30.000 hingga 1 juta tahun silam.

Adapun jenisnya ialah pithecanthropus erectus nan diartikan sebagai manusia kera nan berjalan tegak. Ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di daerah Trinil, dekat Bengawan Solo.

Lalu ada Pithecantopus Mojokertensis nan ditemukan oleh Ralph von Koenigswald. Sinkron namanya, fosil ini ditemukan di Mojokerto dan dianggap sebagai tengkorak milik seorang anak. Beberapa karakteristik khas phitecantropus ialah sebagai berikut:

  1. tinggi badan antara 165 hingga 180 centimeter
  2. Volume otak maksimal hanya 1350 cc
  3. Meski tubuhnya cukup tegap, tetap tak mampu menyaingi meganthropus.
  4. Lalu bagian belakang kepala tampak menonjol sementara paras juga demikian.


JENIS HOMO

Selanjutnya ialah jenis Jenis Homo. Manusia purba ini memiliki tinggi antara 130 sampai 210 cuma. Mereka bisa berdiri tegak dan mampu berjalan sempurna. Yang tidak kalah pentingnya adalah: otot tengah mengalami penyusutan dan paras tak lagi menonjol ke arah depan.

Pada dasarnya, Indonesia mengenal 3 jenis jenis Jenis Homo yaitu jenis Jenis Homo sapiens , soloensis, dan wajakensis. Jenis Homo sapiens masih hayati dengan cara mengembara sekaligus nomaden. Bentuk tubuhnya sama dengan bentuk tubuh manusia pada umumnya.

Sementara jenis Jenis Homo Soloensis ditemukan di lembah sungai Bengawan Solo. Terlihat jelas kalau taraf hidupnya jauh lebih baik. Lalu masih ada jenis Homo Wajakensis nan fosilnya ditemukan di desa Wajak, tidak jauh dari kota Tulung Agung.

Dengan melakukan penelitian menyeluruh terhadap nenek moyang bangsa Indonesia, akan tergambar bagaimana kondisi lingkungan masa itu. Tampak juga peralatan apa saja nan mereka gunakan buat bertahan hayati di tengah buasnya lingkungan di sekitarnya.

Semuanya masih sangat sederhana dan seadanya. Hal itu mencerminkan betapa sulitnya kehidupan di masa lampau sebab semuanya serba terbatas.

Meskipun begitu, manusia purba nan ada di Indonesia mampu bertahan hayati dengan baik dan mengalami perubahan nan signifikan. Mulai dari peralatan nan dipergunakan, kian hari kian halus dan lebih berguna.

Pola makan nan kian majemuk dan berkembang. Sistem kemasyarakatan nan makin paripurna dan teratur, dengan kehadiran pemimpin nan dianggap dapat menjadi sosok pemersatu. Semuanya itu berjalan dengan perlahan hingga akhirnya seperti sekarang ini.

Penemuan-penemuan fosil dan aneka peralatan di Indonesia menunjukkan bahwa peradaban di negara ini terus berkembang selama ribuan tahun ini. Manusia purba nan berada di Indonesia terbukti menjadi pejuang andal nan mampu menghadapi keganasan alam dengan segala keterbatasannya.