Gambang Kromong
Pernahkah Anda mendengar lagu Kicir-Kicir nan berasal dari Jakarta? Ini ialah sebuah lagu nan berfungsi sebagai penghibur buat pendengarnya. Liriknya sarat makna, mengharapkan pendengar tak bersedih hati. Sayang, tak banyak nan dapat diungkap dari sejarah lagu kicir kicir ini. Tidak ada nan tahu niscaya siapa nan menciptakan lagu ini. Itulah sebabnya selalu disingkat dengan NN atau No Name. Hal ini tak hanya terjadi pada lagu Kicir-Kicir saja, melainkan pada nyaris semua lagu daerah Indonesia.
Lagu Populer
Lagu-lagu ini populer dikalangan masyarakat tanpa diketahui niscaya siapa nan pertama kali menciptakan lirik maupun musiknya. Umumnya, lagu daerah memang berasal dari lagu-lagu rakyat. Karena dizaman dahulu lagu digunakan sebagai salah satu alat buat memberi pendidikan pada anak.
Dengan lagu, orangtua bercerita dan mengajarkan sesuatu kepada putra dan putri mereka. Selain diturunkan dari orangtua kepada anaknya, lagu seperti ini juga diturunkan dari seorang pimpinan kepada masyarakat atau warganya. Sehingga kadangkala mengalami perubahan lirik meskipun tak ada perubahan sama sekali pada nadanya.
Sejarah membuktikan, tak ada nan mencatat sama sekali mengenai asal usul suatu lagu. Dan sebab lagu Kicir-Kicir tak diketahui siapa penciptanya, rasanya mustahil jika dapat mengulas lengkap sejarah lagu Kicir-Kicir ini. Selain tak diketahui siapa penciptanya, tak diketahui pula sejak kapan tepatnya lagu Kicir-Kicir ini mulai dikenal oleh masyarakat Jakarta atau Betawi.
Jadi, bukan hal asing jika banyak lagu daerah nan tak diketahui asal-usulnya sama sekali. Meski begitu, tak menghalangi lagu-lagu ini menjadi sangat populer, bahkan tidak hanya di daerahnya saja. Sayang, belakangan ini pengetahuan dan informasi mengenai lagu daerah sangat sulit dicari. Generasi muda sekarang tak banyak mengenal lagu dan kebudayaan dari daerah lain. Mereka justru lebih fasih membicarakan tentang gadget atau game online nan sedang populer.
Ada nan menyebutkan, sejarah lagu kicir-kicir ini sebenarnya berasal dari tradisi pantun nusantara nan pernah sangat populer. Pantun ini ialah pantun Melayu. Ciri-cirinya dapat terlihat jelas pada lagu ini.
Perhatikan contoh lirik bait pertama berikut ini :
Kicir-kicir ini lagunya
Lagu lama ya Tuan dari Jakarta
Saya menyanyi ya Tuan dengan sengaja
Untuk menghibur menghibur hati yang duka
Lirik di atas menjadi petunjuk jelas bahwa lagu Kicir-Kicir terikat pada jumlah suku kata, larik, dan rima. Semua itu persis sama dengan anggaran nan berlaku pada syair dan pantun. Pada dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris terakhir merupakan isi.
Sehingga kian jelas kalau lagu ini merupakan pengembangan dari pantun dan syair. Hal ini semakin mengukuhkan kaitan budaya Betawi dengan budaya Cina dan Melayu sejak ratusan tahun nan lalu. Jejak budaya ini begitu jelas pada banyak kesenian Betawi.
Tidak ad fakta-fakta sejarah tentang lagu Kicir-Kicir tak mengurungkan lagu ini menjadi dikenal. Lagu Kicir-Kicir merupakan lagu nan paling sering dinyanyikan saat ulang tahun kota Jakarta. Namun, tentu saja musiknya sudah berubah jauh dibanding aslinya.
Para pemusik biasanya mengubah aransemennya sehingga menjadi lebih kekinian. Entah itu dalam format band, rap, atau rock. Tentu saja maksudnya baik, supaya lagu ini tetap terasa nyaman di telinga dengan menggunakan aransemen nan sinkron dengan perkembangan zaman nan kian modern ini. Di lain pihak, bagi warga Betawi nan biasa mendengarkan lagu ini sebagaimana aslinya, tentu Kicir-Kicir versi modern agak absurd atau malah aneh di telinga.
Jika membicarakan tentang lagu Kicir-Kicir, maka tidak dapat lepas dari kesenian Betawi nan ternyata cukup banyak dan beragam. Tapi memang dewasa ini kesenian daerah sudah terpinggirkan dan diganti dengan lagu-lagu barat nan populer di seluruh dunia.
Gambang Kromong
Pernahkah Anda mendengar istilah “Gambang Kromong”? Itu ialah salah satu alat kesenian khas dari Betawi. Tidak lengkap rasanya menyebut Betawi tanpa menyinggun gttg gambang kromong. Kesenian ini bisa dikatakan sebagai cikal bakal dari kesenian Betawi.
Jika dilihat lebih jauh, gambang kromong memang menarik. Mengapa demikian? Karena dari sini kita seharusnya dapat belajar tentang pembauran, hal istimewa nan sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak ribuan tahun silam.
Gambang kromong merupakan perpaduan antara musik masyarakat Betawi dengan budaya Cina. Ini dapat dilihat dari beberapa instrumen nan digunakan dan menyerupai alat musik khas masyarakat Cina.
Kesenian ini sudah berkembang di daerah sekitar Tangerang sejak abad ke -18. Awalnya, ada sebuah grup musik nan anggotanya merupakan pekerja pribumi di sebuah perkebunan. Belakangan diketahui kalau perkebunan itu dimiliki oleh Nie Hu Kong.
Para pekerja bekerja sama dengan pendatang dari Cina nan kebetulan membawa alat musik dari negara nan disebut dengan nama Tehyan dan Kongahyan. Dari sini, perlahan tapi niscaya kesenian gambang kromong mulai tersebar ke wilayah lain hingga akhirnya cukup populer di masyarakat Betawi.
Kesenian gambang kromong pun sempat begitu populer di masa H. Benyamin Syueb, salah satu aktor nan paling berpengaruh dalam global film dan musik di Indonesia. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1970-an. Sayang, tak ada perkembangan positif setelahnya. Gambang kromong malah kian tenggelam di tengah modernisasi. Gambang kromong saat ini mungkin cuma dapat didengar saat acara ulang tahun Jakarta.
Lalu ada kesenian tanjidor. Spesifik tanjidor, merupakan kesenian nan berbentuk orkes dan mulai dipopulerkan sejak abad ke-19. Ada majemuk alat musik nan terdapat pada kesenian ini. Mulai dari alat musik tiup, alat musik gesek, dan juga perkusi.
Tanjidor lebih banyak dimanfaarkan buat pawai atau mengantar pengantin. Ternyata tidak hanya masyarakat Betawi nan memiliki kesenian tanjidor. Masyarakat provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan pun memilikinya juga. Sayang, tanjidor di provinsi Kalimantan Selatan malah sudah punah.
Selanjutnya, ada orkes samrah nan mendapat pengaruh dari kebudayaan Melayu. Diduga, kesenian ini berasal dari wilayah Tenabang, apalagi mengingat di sana merupakan pusat dari suku Melayu Riau.
Lalu-lagu populer nan berasal dari Betawi biasa diiringi oleh orkes samrah ini. Sebut saja lagu Kicir-Kicir, Lenggang Kangkung, hingga Jali-Jali. Salah satu tokoh terkenal dibalik orkes samrah ialah Ali Sabeni. Tak hanya mengiringi nyanyian, orkes samrah juga mengiri tarian nan disebut Tari Samrah. Di sini, para penari berpasang-pasangan dengan gerakan nan beraneka. Namun nan paling terkenal ialah tarian berdasarkan gerakan silat.
Kesenian daerah memang sedang mengalami masalah nan lumayan serius. Tak hanya kesenian dari Jakarta atau Betawi saja, melainkan dari seluruh Indonesia. Bahkan tidak sporadis ada nan nyaris punah sebab tidak pernah dimainkan atau dinyanyikan lagi. Manusia modern lebih menyukai budaya masa kini nan justru berkiblat pada global barat.
Karenanya, sudah menjadi tangga jawab kita bersama buat menghidupkan kembali kesenian daerah. Tujuannya selain menghindari kepunahan juga jangan sampai kebudayaan kita diklaim bangsa lain sebagai bagian dari kesenian mereka. Karena hal seperti itu sudah pernah terjadi beberapa kali. Kita tentu tidak mau hal ini terulang lagi, kan?