Ibnu Sina dan Buku Fenomenal Canon of Medicine
Dunia boleh mengenal tokoh-tokoh hebat dalam bidang kedokteran seperti Wiliam Harvey, Jean-Martin Charcot dan Rudolf Virchow. Namun, sesungguhnya teori-teori kedokteran telah ada jauh sebelum ketiga tokoh tersebut dilahirkan. Seorang tokoh muslim nan banyak berkontribusi dalam bidang kedokteran ialah Ibnu Sina .
Dunia juga mengenal tokoh nan memiliki nama lengkap Abu Ali Husain Ibnu Abdillah Ibnu Sina ini sebagai Avicenna. Ibnu Sina telah menorehkan sejarah nan sangat mengesankan dalam berbagai bidang. Ibnu Sina ialah seorang tokoh peradaban muslim kelahiran Persia nan juga seorang ilmuan, filsuf, penulis, dan dokter. Tulisan-tulisannya nan dibukukan kebanyakan tentang pengobatan penyakit dan filosofi.
Biografi Ibnu Sina
Ibnu Sina lahir di Persia, tepatnya di sebuah kota kecil bernama Afshana dekat Bukhara pada tahun 980 Masehi atau tahun 370 Hijriah. Terlahir di keluarga nan berpendidikan tingi, Ibnu Sina dibesarkan dan dididik dengan sangat baik oleh kedua orangtuanya. Ayah dan ibunya ialah pegawai tinggi pada masa pemerintahan Dinasti Saman. Ayahnya berasal dari Balkh Khorasan dan merupakan sarjana lulusan Ismaili nan terpandang.
Ketika Ibnu Sina lahir, ayahnya tengah menjabat sebagai Gubernur di Nuh Ibn Mansur nan sekarang menjadi wilayah Afghanistan. Ibnu Sina besar di tengah tradisi Islam Ismaili. Namun, Ibnu Sina memiliki pemikiran nan berbeda dan prinsip hayati nan independen.
Pada usia 14 tahun, Ibnu Sina bahkan telah mengungguli gurunya. Kecerdasan dan ingatan nan luar biasa dari seorang Ibnu Sina telah menjadikannya murid nan menonjol di antara murid-murid pintar lainnya. Gurunya bahkan berpesan agar Ibnu Sina dapat terus belajar dan menggali ilmu pengetahuan apapun daripada menjadi seorang pekerja di kemudian hari.
Mengikuti anjuran kuat dari sang guru, Ibnu Sina tak pernah berhenti belajar. Ia menjadi sangat fokus pada kegiatan nan berbau ilmiah dan ilmu pengetahuan. Di usianya nan masih sangat muda, Ibnu Sina telah menguasai banyak ilmu dan bahkan telah menjadi dokter. Tapi, ia bukan hanya sekadar dokter.
Ibnu Sina menguasai ilmu pengobatan modern. Ilmu tersebut dipelajarinya dari kitab-kitab antik dan ajaran para guru nan kemudian dengan kejeniusannya ia mengolah ilmu tersebut menjadi ilmu pengobatan modern nan dapat diterapkan dalam bidang kedokteran.
Seorang raja nan memerintah antara tahun 366 sampai 387, Raja Bukhara Nuh bin Mansur, ketika jatuh sakit meminta Ibnu Sina buat mengobatinya. Raja tersebut juga meminta Ibnu Sina buat merawatnya. Dari sini, Ibnu Sina mendapat akses spesifik buat dapat memasuki istana. Termasuk memasuki perpustakaan Istana Samani nan terkenal besar dan lengkap.
Ibnu Sina tentunya tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia sangat bersemangat membaca buku-buku nan ingin dibacanya. Dengan begitu, ia mendapat tambahan ilmu dari kegiatan nan disukainya ini. Ibnu Sina ialah seorang child prodigy , yaitu anak nan pada usia mudanya telah menguasai beberapa cabang ilmu dan keahlian.
Tercatat dalam sejarah bahwa pada usia 5 tahun, Ibnu Sina telah menghafal isi Al-Quran. Dia juga menguasai puisi Persia. Selain dari buku-buku dan sekolah, Ibnu Sina juga belajar dari orang-orang di sekitarnya. Seperti saat ia belajar aritmatika dari seorang pedagang sayur. Juga belajar merawat orang sakit dari seorang sarjana keperawatan.
Ibnu Sina juga belajar menyampaikan ilmu dari seorang sarjana nan sehari-hari bekerja mengajar anak-anak muda. Dapat dikatakan Ibnu Sina ialah seseorang nan unik dan selalu haus akan ilmu. Dia takpernah lelah menjelajahi ilmu pengetahuan di muka bumi ini.
Ketika menghadapi hambatan eksklusif dalam belajar, Ibnu Sina akan meninggalkan sejenak buku-bukunya kemudian bergegas menuju masjid. Ia berwudhu lalu mendirikan sholat. Ibnu Sina akan sholat terus hingga menemukan jawaban atas pertanyaannya. Ia sangat percaya bahwa kesulitan-kesulitannya akan segera terhapus sebab campur tangan Sang Illahi.
Pada usia enam belas tahun, Ibnu Sina mempelajari ilmu kedokteran baik teori maupun praktik. Teori-teori kedokteran diperolehnya dari bangku pendidikan formal, sedangkan praktiknya ia dapatkan dari melayani orang-orang sakit di sekitarnya. Dengan membantu merawat mereka, Ibnu Sina mencoba menerapkan apa nan sudah dipelajarinya dengan beberapa penyesuaian di lapangan.
Seringkali ia mendapat ilham menciptakan metode baru dari tindakan perawatan nan dilakukannya. Baginya, ilmu kedokteran tidaklah sulit buat dipelajari. Ia memelajarinya dengan mudah sebagaimana ia memelajari Matematika dan Metafisika.
Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina berhasil menjadi seorang fisikawan. Ibnu Sina mengalami masa-masa kesulitan dalam hidupnya ketika memasuki usia 22 tahun. Ayahnya meninggal global dan taklama kemudian Dinasti Saman perlahan mengalami keruntuhan.
Ibnu Sina pergi menuju ke arah barat tepatnya ke Urgench di Uzbekistan Modern. Di sana ia berjumpa dengan Vizier, salah seorang teman seperguruannya. Ia mendapat gaji bulanan nan kecil. Gaji nan kecil itu tak dapat menyokong pendidikannya maka ia memutuskan buat mengembara ke loka lain.
Ia melanjutkan perjalanannya melalui wilayah bagian Nishapur dan Merv menuju ke perbatasan Khorasan. Ia ingin dapat menyalurkan keahliannya. Ia banyak berjumpa dengan orang-orang hebat. Salah satunya Shams Al-Ma’ali Qabtis, seorang dermawan dan juga penyair nan kemudian bersedia menampungnya.
Malang, sekitar tahun 1502 sang dermawan tewas dibunuh oleh pasukan pemberontak. Di tahun nan sama, Ibnu Sina menderita sakit nan parah. Kemudian ia dipertemukan oleh seorang teman di Gorgan, dekat Bahari Kaspia, nan tinggal menetap dekat dengan rumahnya. Bersama teman barunya itu Ibnu Sina belajar ilmu perbintangan atau astronomi dan logika.
Ibnu Sina dan Buku Fenomenal Canon of Medicine
Buku The Canon of Medicine ialah sebuah buku ensiklopedia tentang ilmu kedokteran nan ditulis Ibnu Sina dan diselesaikan pada 1025. Buku ini berisi segala hal tentang global medis dari waktu ke waktu. Buku ini awalnya ditulis hanya dalam Bahasa Arab.
Kemudian sebab isinya sangat komplit dan banyak mahasiswa kedokteran atau orang awam nan ingin mengetahui tentang global kedokteran, maka buku ini diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa seperti Inggris, Latin, Cina, Jerman, Ibrani dan Perancis.
Buku nan juga disebut sebagai Qanun atau hukum, dalam istilah bahasa Arab ini menjadi buku pegangan medis sepanjang abad 18 dan 19. Petunjuk dan ketentuan nan terdapat dalam buku karya Ibnu Sina ini juga menjadi tolok ukur penerapan ilmu kedokteran nan berlaku di seantero Eropa dan negara-negara Islam, khususnya.
Bahkan seorang bapak sejarah ilmu pengetahuan, George Sarton menulis dalam bukunya mengenai Ibnu Sina. Menurutnya Ibnu Sina ialah salah satu tokoh muslim terkemuka nan terkenal di Barat sebagai Avicenna. Catatannya dalam buku The Canon of Medicine menjadi panduan dalam pengobatan sakit jantung nan terus dipakai selama seribu tahun. Sejumlah besar penyakit organ-organ tubuh manusia juga menjadi bahasan nan dikupas setuntas-tuntasnya dalam buku ini.
Keahlian nan dimiliki Ibnu Sina menjadi kebanggan tersendiri bagi umat muslim di seluruh dunia. Karya dan hasil pemikiran tokoh ini sungguh merupakan sebuah warisan dalam bidang kesehatan nan dapat digunakan oleh masyarakat dari berbagai agama, bukan hanya Islam.