Berbenah
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Indonesia kian marak bermunculan. Bak jamur di musim hujan. Sejak era reformasi, LSM menjadi alat perjuangan civil society . Namun, klaim ini dibantah oleh sebagian pihak. LSM dituding tak bebas nilai. Tidak netral dan independen. LSM dianggap memperjuangkan agenda asing ( hidden agend a). Merujuk pada pendanaan, metode perjuangan, dan sebagainya.
Isu ini makin menggelinding ketika Green Peace dianggap berat sebelah. Bahkan, sempat berseteru dengan peneliti Institut Pertanian Bogor soal kerusakan hutan. Untuk memahami secara komprehensif permasalahan ini, kita perlu melihat sosiologi organisasi LSM.
Sosiologi Organisasi
Sosiologi organisasi biasanya merujuk pada rekanan manusia, asal usul organisasi, dan sebagainya. Namun, kita batasi dengan fokus pada inti. Sosiologi organisasi nan dimaksud ialah rekanan anggota organisasi diikat oleh rekanan emosional atau rasional. Apa itu?
- Rasional. Ikatan anggota organisasi tunduk sebab legitimasi rasional. Misalnya, bos dengan stock holder, gaji, tunjangan, punishment , dan sebagainya. Ikatan rasional menunjukkan rekanan nan pragmatis.
- Emosional. Ikatan anggota organisasi patuh sebab legitimasi emosional. Misalnya, sebab kerabat, saudara, dan sebagainya, ikatan emosional dapat ditinjau dari organisasi di kampus. Para aktivis organisasi siang malam bekerja tanpa henti demi idealisme.
LSM
Watak LSM sebagai pejuang civil society membuat rekanan emosional kental terasa. Namun, sebagian pihak meragukan ini. Kini, para aktivis LSM digaji, bisa donasi asing, dan sebagainya. Tidak elok buat membenturkan ikatan emosional dan rasional sebab keduanya saling melengkapi. Namun, jadi persoalan ketika LSM tak dapat independen dalam bersikap. Proses behind the scene dari pengaruh luar jadi karena utama.
Sosiologi organisasi nan nature akan sulit berkembang. Agenda pun otomatis sedikit banyak akan tercampuri. Ini nan menjadi sorotan para penggiat civil society . Ketika LSM runtuh, kepercayaan masyarakat akan semakin luntur. Dampaknya, LSM tak mendapat loka di hati publik. LSM perlu mencari metodologi nan ampuh buat menciptakan pendanaan ( fund ) nan akuntabel dan transparan agar terhindar dari praduga buruk.
Berbenah
- Sosiologi organisasi LSM harus dikembalikan ke khittah. Memperjuangkan aspirasi publik secara tulus dan tak pamrih. Menjadi aktivis LSM bukan buat mencari uang, melainkan sebagai aktualisasi diri.
- Pendanaan nan transparan. Berkeliaran duit asing di bumi pertiwi kian sulit terdeteksi. LSM perlu bijak menggandeng pihak nan akan jadi sponsorship. Diperlukan sebuah aggrement dan fakta integritas dalam kontak kerja sama. Ini krusial sebagai langkah benteng diri dalam keleluasaan bersikap dan berpendapat.
Sensiblitas Suatu LSM buat Keterbukaan dan Audit
Dengan munculnya globalisasi, LSM seluruh penjuru global sedang menghadapi persaingan curam, tak hanya dari perusahaan lokal, tapi dari pesaing global. Ini bukan hanya tentang memberikan produk nan berkualitas bagi warga dunia, namun seni pertama bertahan di pasar dan kemudian membuat keuntungan. Dalam pasar persaingan paripurna di mana ada, kita harus masuk buat penilaian dan introspeksi kontinu dari organisasi nya.
Penilaian LSM atau tindakan evaluasi membandingkan dan menganalisis koherensi antara hasil dan tujuan tertentu, dan antara tujuan spesifik dan tujuan generik dari proyek kelembagaan, program atau rencana. Penilaian merupakan aspek krusial dari pemugaran administrasi dalam LSM apapun. Hal ini memainkan peran nan sangat krusial dalam membantu para pelaku buat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam operasi mereka.
Hal ini bisa bertindak sebagai instrumen buat menciptakan kepercayaan diri dan menghasilkan dukungan rakyat buat program penelitian, dan mengajukan kegiatan mereka dengan cara nan transparan dan efektif kepada para pemegang saham LSM.
Tergantung pada saat evaluasi, hal itu bisa menjadi Ex - ante penilaian atau Ex - pasca evaluasi. Apabila penilaian telah dilakukan sebelum atau selama aplikasi tugas, ini dikenal sebagai Ex - ante evaluasi. Ex - post penilaian dilakukan setelah tugas selesai. Penilaian dalam suatu LSM bisa dilakukan dalam bentuk terpadu atau sehubungan dengan departemen tertentu, para obligator, dan pihak pemerintah sebagai pembina.
Ketika itu dilakukan buat seluruh LSM, hasilnya apprised dengan tujuan dan target serta kualitas hasilnya dikalibrasi dengan baku nan telah ditentukan. Ketika itu dilakukan secara terpisah buat masing-masing departemen, maka perlu buat menentukan pentingnya tugas nan dilakukan dan peran nan dimainkan dalam hasil oleh departemen masing-masing.
Koordinasi antar departemen nan berbeda selalu merupakan aspek krusial dari setiap proses evaluasi. Komunikasi di loka kerja umumnya harus diikuti dengan protokol nan tepat, tetapi harus dari atas ke bawah dan sebaliknya sebaliknya. Komunikasi horizontal juga harus dipromosikan secara efektif.
Tiga elemen krusial dalam proses penilaian ialah LSM, tim penilai dan petugas auditor nan menggunakan hasil penilaian. Untuk secara efektif melaksanakan proses evaluasi, tim penilai harus menyadari hierarki kekuasaan, pengambilan keputusan kebijakan, budaya LSM dan seluk-beluk internal dan eksternal lainnya. LSM harus memberikan pelatihan formal buat tim evaluasi sebelum melakukan penilaian apapun.
Terbuka Pada Evaluasi Stock Holder
Penilaian stock holder memainkan peran krusial dalam membangun interaksi nan baik dan interaksi baik antara manajemen dan stock holder. Penilaian Stock holder harus dilakukan dalam suasana nan bersahabat dengan formalitas minimum.
Mereka harus diberi kesempatan buat berbicara secara terbuka. Wawancara bisa dilakukan secara informal dan tak terstruktur buat mengukur taraf kepuasan stock holder. Orang-orang seperti pengakuan atas pekerjaan nan mereka lakukan dan sebagian besar ingin berbicara tentang hal itu. Mereka ingin berbagi masalah mereka, konflik, persepsi dan prestasi.
Pengembangan LSM juga tergantung pada bagaimana konflik tersebut dikelola. Konflik dalam LSM apapun tak bisa dihindari, tapi keterampilan manajemen tentang bagaimana mereka mengintegrasikan konflik-konflik dan disparitas pendapat dalam cara nan efisien. Ini akan membantu tim penilaian mempelajari lebih lanjut tentang taraf motivasi stock holder dalam LSM.
penilaian kepuasan dalam misi dan tugas juga bisa dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada stock holder. Bila kuesioner self-administered, stock holder dan auditor bisa memilih dari alternatif jawaban dan melakukan coding.
Metode kuesioner nan hemat dan bisa digunakan pada sejumlah besar orang secara bersamaan. Tanggapan bisa dengan mudah ditabulasi dan dianalisis secara statistik. Beberapa faktor krusial nan mempengaruhi penilaian ialah akibat terhadap LSM, waktu evaluasi, kemampuan beradaptasi dengan perubahan, komitmen terhadap evaluasi, interaksi masyarakat, reputasi dan afiliasi.
Keuntungan nan paling krusial dari penilaian LSM ialah sisi sosiologi organisasi dalam konduite kelompok sendiri bahwa hal itu menghasilkan masyarakat sipil nan demokratis nan paham informasi dan bisa dipercaya, nan kemudian menjadi pengalaman nan berharga dan sangat berguna buat perencanaan masa depan stock holder terkait, dalam hal ini ialah target dan tujuan pemberdayaan LSM, pembentukan prioritas dan alokasi sumber daya.
Seperti dikutip Edward, Lawler, Nadler dan Cammann dalam Evaluasi buku organisasi mereka: Perspektif pada Pengukuran Konduite organisasi dan Kualitas Kehidupan Kerja, " utilitas dari evaluasi organisasi tak terletak pada perawatan sangat cermat dengan nan dilakukan, namun dalam hasil dan rekomendasi, nan harus berguna bagi klien. aplikasi Berarti dari rekomendasi ialah fase krusial dalam latihan evaluasi organisasi. Hasil hanya akan digunakan ketika mereka seirama dengan kebutuhan klien dan operasional buat meningkatkan fungsi organisasi".