Ciri-Ciri Puisi

Ciri-Ciri Puisi

Puisi merupakan salah satu dari tiga bentuk karya sastra nan ada selain prosa dan drama. Puisi tergolong karya sastra tertua nan ditulis oleh manusia. Contoh-contoh karya sastra lama nan berbentuk puisi, diantaranya Mahabharata dan Ramayana. Sebenarnya penulisan puisi bisa dilakukan secara impulsif oleh siapapun, kapanpun, dimanapun serta dalam berbagai kondisi sebagai pencurahan isi hati dalam bentuk sastra. Jadi tepat apabila disebut bahwa puisi teman terbaik ketika susah maupun senang.



Pengertian Puisi

Dari segi pengertian puisi adalah karya sastra dengan penggunaan bahasa nan dipadatkan, dipersingkat, diberi irama nan sesuai, dan pemilihan kata kias nan imajinatif. Pemilihan kata dalam pembuatan puisi sangat berperan krusial sebab meskipun singkat harus memiliki kekuatan dahsyat nan menghanyutkan dan mengesankan pembacanya.

Hal inilah nan menjadi salah satu alasan bahwa dalam puisi harus digunakan rima puisi. Penggunaan rima dimaksudkan agar puisi nan dihasilkan memiliki persamaan bunyi. Kata-kata nan digunakan dalam puisi haruslah memiliki makna nan luas, oleh sebab itu kata-kata nan dipilih buat puisi dicari konotasinya atau makna tambahannya.



Ciri-Ciri Puisi

Sebelum membahas seputar puisi teman terbaik , alangkah baiknya jika mengetaui terlebih dahulu ciri-ciri puisi. Apabila diuraikan secara lebih detail, puisi memiliki ciri-ciri spesifik dalam sudut pandang kebahasaan maupun bentuk.



1. Bahasa nan Dipadatkan

Penggunaan bahasa nan dipadatkan bertujuan agar memiliki kekuatan mistis nan dahsyat. Ketika puisi dibaca deretan kata-katanya tak terangkai menjadi kalimat atau alinea namun justru membentuk suatu larik dan bait nan berbeda hakikatnya.
Dengan penggunaan bahasa nan dipadatkan, diharapkan kata atau frasa dalam puisi memiliki makna nan luas dan mendalam dibandingkan dengan kalimat biasa.



2. Khasnya Pemilihan Kata

Kata-kata nan dipilih buat membuat puisi ialah kata-kata nan khas dan dipertimbangkan betul penggunaannya dalam menulis puisi. Sehingga tahapan mencorat-coret kata-kata eksklusif dalam menulis puisi sudah menjadi pemandangan lumrah nan sering kali terjadi demi menemukan kata nan sesuai.

Adapun faktor-faktor nan perlu dipertimbangkan ketika melakukan pemilihan kata dalam penulisan puisi, diantaranya:

* Makna Kias

Makna kias merupakan makna tidak sebenarnya, ada nan menyebut bahwa makna kias sama dengan makna konotasi. Contohnya Bella merupakan tangan kanan pak direktur. Tangan kanan di loka ini berarti orang kepercayaan.

* Lambang

Lambang merupakan penggantian suatu hal atau benda dengan hal lain atau benda lain. Di dalam pembuatan puisi sering kali juga digunakan lambang. Lambang sendiri bisa bersifat universal, lokal, nasional maupun kedaerahan.

Penggunaan lambang di dalam puisi dalam balutan kata-kata eksklusif digunakan buat melambangkan satu atau beberapa hal nan memiliki kemiripan sifat. Contohnya bunga atau kembang melambangkan seorang gadis/kecantikan, barah melambangkan kemarahan, dan lain sebagainya.



3. Kata Konkret

Kata nyata merupakan kata nan mudah dicerna dan diserap oleh panca indera seperti buku, meja, lemari, dan lain sebagainya. Berbeda dengan versus dari kata nyata yakni kata abstrak. Kata abstrak merupakan kata nan sulit dicerna dan diserap oleh panca indera seperti impian, khayalan, renungan dan lain sebagainya.
Penggunaan kata abstrak umumnya digunakan buat mengungkapkan suatu gagasan nan rumit. Sedangkan kata nyata di dalam puisi digunakan buat memperjelas suatu hal nan ingin diungkapkan oleh sang penulis puisi. Contohnya pada puisi karya Rendra nan berjudul “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo“.

Dalam puisi ini tertulis ’Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi’. Penggunaan kalimat kuku-kuku besi merupakan contoh kata nyata di dalam puisi. Kuku-kuku besi berarti kaki kuda nan menggunakan sepatu besi.



4. Pencitraan

Seorang penyair perlu melakukan pencitraan di dalam menulis puisi sehingga puisi nan ditulisnya seolah-olah bisa dilihat atau dibayangkan (pencitraan visual), didengarkan (pencitraan auditif), dan dirasakan (pencitraan taktil) oleh pembacanya.



5. Bunyi, Rima, dan Irama

* Bunyi

Bunyi merupakan unsur keindahan di dalam sebuah puisi nan berfungsi sebagai hiasan. Selain berfungsi sebagai hiasan, bunyi juga memberikan sensasi tersendiri nan melibatkan rasa , bayangan, angan-angan, dan suasana tertentu.

Berdasarkan sensasi rasa nan bisa ditimbulkan oleh bunyi, bunyi bisa dikategorikan menjadi 3 macam, yaitu bunyi cacophony (untuk menciptakan suasana kesedihan dan ketertekanan), bunyi euphony (untuk menciptakan suasana kegembiraan dan keceriaan), dan bunyi anamatope (merupakan bunyi-bunyian nan berasal dari alam dan makhluk hayati seperti bunyi hujan, bunyi petir, bunyi kodok, dan lain sebagainya).

* Rima

Rima atau nan sering pula dikenal dengan istilah persajakan merupakan bunyi-bunyi nan dihasilkan oleh huruf-huruf di dalam bait sebuah puisi. Setidaknya ada 8 jenis rima nan terdapat di dalam puisi. Pertama, rima paripurna (suku-suku kata terakhir memiliki kecenderungan bunyi). Kedua, rima tak paripurna (hanya sebagian suku kata terakhir nan memiliki kecenderungan bunyi). Ketiga, rima absolut (kesamaan bunyi pada dua suku kata atau lebih). Keempat, rima terbuka (kesamaan bunyi pada suku terakhir dengan menggunakan huruf vokal nan sama).

Kelima, rima tertutup (kesamaan bunyi pada suku terakhir dengan menggunakan huruf konsonan nan sama). Keenam, rima aliterasi (kesamaan bunyi pada awal kata di dalam baris nan sama maupun baris nan berlainan). Ketujuh, rima asonansi (kesamaan bunyi pada asonansi di bagian tengah kata). Kedelapan, rima disonansi (kesamaan bunyi pada huruf-huruf konsonan).

* Irama

Irama atau ritme merupakan pergeseran keras lembut, tinggi rendah, maupun panjang pendek pengucapan suatu kata dalam puisi. Irama di dalam puisi biasanya disebabkan sebab panjang atau pendeknya suatu kata, adanya iterasi bunyi nan sama maupun berbeda serta tekanan-tekanan pada kata nan ditimbulkan oleh huruf-huruf konsonan maupun vokal.



6. Tata Wajah

Di dalam puisi-puisi terkini setelah era tahun 1976, banyak ditulis puisi-puisi dengan memprioritaskan tata paras sehingga puisi-puisi nan ditulis menyerupai gambar. Penggunaan tata paras di dalam puisi tak dapat sembarangan sebab tata paras nan digunakan harus memiliki makna tertentu.

Contoh dari puisi nan menggunakan tata wajah, yaitu puisi tersohor karya Soetardji Calzoum Bachri nan berjudul ‘Tragedi Winka dan Sihka’. Di dalam puisi tersebut digunakan tata paras zigzag nan menyerupai huruf Z.
Setelah memahami ciri-ciri spesifik dari puisi, kini saatnya buat mulai menuliskan puisi. Bagaimana cara memulainya?

Tentukanlah terlebih dahulu tema puisi nan akan dibuat. Tema puisi sangat beranekaragam dapat cinta, persahabatan , kasih sayang, kesedihan, kegembiraan dan lain sebagainya. Langkah selanjutnya ialah memulai menulis. Di dalam proses menulis mungkin tak bisa ditemukan secara langsung kata nan tepat.

Untuk mengatasi kondisi ini kuncinya ialah teruslah menulis gunakan kata nan bermakna sama meskipun belum terasa ‘pas’. Nanti perlahan-lahan seiring dengan jam terbang nan tinggi di dalam menulis puisi akan muncul sendiri kata nan tepat dengan makna nan mendalam sinkron dengan tema.

Langkah terakhir ialah ‘editing’, proses ini meliputi membaca kembali puisi nan telah ditulis sembari mengoreksi ulang kata-kata di dalam puisi nan mungkin masih salah tulis atau mungkin perlu digantikan kata-kata lain nan lebih cocok.

Demikianlah ulasan mengenai puisi teman terbaik ketika susah maupun senang. Tidak ada salahnya buat teratur menulis puisi dalam berbagai kondisi sembari mengasah kemampuan menulis nan dimiliki. Dengan menulis puisi secara tak langsung kita sudah melakukan ‘curhat’ di atas kertas. Hal ini nantinya bisa mengurangi berbagai beban nan ada di dalam pikiran ketika bersedih atau ketika mengalami masalah tertentu.

Selain itu, puisi juga bisa berfungsi sebagai buku harian nan menyimpan kenangan-kenangan manis dan getir di masa lalu. Nah tunggu apalagi ?Mulailah teratur menulis puisi mulai dari sekarang. Selamat mencoba!