Nama-Nama Pejuang Wanita Seperti Cut Nyak Dien
Selain Raden Ajeng Kartini nan kita kenal sebagai seorang pahlawan wanita Indonesia, masih ada deretan nama-nama panjang pahlawan-pahlawan wanita nan dengan keberaniannya melawan arus pemerintahan penjajah dahulu kala. Begitu pula seperti nan dialami oleh seorang pahlawan wanita dari negeri Serambi Mekah, Aceh, bernama Cut Nyak Dien. Sejarah Cut Nyak Dien dalam melawan penjajah membuat namanya tetap harum dan dikenang sepanjang masa.
Untuk mengenang kembali keberadaan Cut Nyak Dien di bumi pertiwi ini, tak ada salahnya bagi kita sebagai generasi penerusnya mengilas balik perjuangan perempuan Aceh nan tidak pernah gentar meskipun ditodong senjata barah milik penjajah. Berikut ini kilas balik sejarah Cut Nyak Dien dari masa ke masa, mulai dari masa kecilnya hingga gugurnya Cut Nyak Dien.
Masa Kecil Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di lingkup Kerajaan Aceh. Dia memiliki garis keturunan keluarga bangsawan nan taat terhadap ajaran agama Islam. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia dan ibunya ialah Putri Uleebalang Lampagar. Semasa kecil, Cut Nyak Dien telah tumbuh sebagai gadis cantik di daerahnya bermukim.
Tidak heran, sejak ia masih kecil, banyak sekali teman-teman orang tuanya berencana menjodohkan ia dengan bujang-bujang milik teman-teman orang tuanya tersebut. Namun, sebab usia Cut Nyak Dien masih terlalu kecil, ia masih diharuskan menuntut ilmu terlebih dahulu.
Di masa pendidikannya, Cut Nyak Dien lebih banyak memperoleh pendidikan bidang agama dan keahlian hayati dengan baik dari orang tua dan gurunya. Orang tuanyalah nan mengajarkan ia keahlian buat menjadi seorang ibu rumah tangga nan baik. Sebab, pada zaman itu, asumsi nan mengakar pada masanya ialah perempuan harus bertugas di rumah sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya kelak. Maka diajarkanlah Cut Nyak Dien cara memasak, mengurus suami, serta hal-hal kecil lainnya terkait kehidupan rumah tangga.
Ketika memasuki usia remaja, mulai banyak pemuda-pemuda nan datang melamarnya, termasuk dari kalangan keturunan teman-teman orang tuanya. Dari sekian banyak pilihan nan pemuda nan datang padanya, jatuhlah pilihan Cut Nyak Dien pada Teuku Cek Ibrahim Lamnga.
Dengan restu ayah Cut Nyak Dien, mereka dinikahkan pada tahun 1862. Suaminya merupakan putra dari Uleebalang Lamnga XIII. Dari pernikahannya ini, Cut Nyak Dien dikaruniai seorang anak laki-laki.
Masa Perjuangan Cut Nyak Dien Melawan Penjajah
Perjuangan Cut Nyak Dien dimulai ketika sang suami gugur di medan tempur melawan Belanda pada 29 Juni 1878. Ketika itu, Teuku Cek Ibrahim Lamnga menghadapi serdadu Belanda nan datang menyerang Aceh pada 26 Maret 1873. Dari kapal perangnya nan diberi nama Citadel van Antwerpen, Belanda mulai menggempur wilayah Aceh. Rakyat Aceh nan mengetahui wilayahnya diserang penjajah tentu tak tinggal diam. Mereka juga melancarkan agresi balik nan dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah pada tahun 1873-1874.
Saat itu, penjajah Belanda nan dipimpin oleh Johan Harmen Rudolf Kohler menyerbu Aceh dengan jumlah prajurit mencapai 3.198. Dalam masa lima tahun melawan Belanda dengan jumlah rakyat Aceh nan tak sebanding jumlah pasukan Belanda itulah nan menyebabkan Teuku Cek Ibrahim Lamnga gugur. Karena kematian sang suami itulah Cut Nyak Dien bertekad meneruskan perjuangan suaminya. Sebagai rakyat Aceh, ia merasa bertanggung jawab buat turut mempertahankan tanah kelahirannya tersebut.
Semangat juang Cut Nyak Dien semakin membara saat ia menikah buat kedua kalinya dengan seorang laki-laki nan juga memiliki semangat juang nan tinggi, yaitu Teuku Umar. Berdua mereka membuat suatu siasat buat menyerang Belanda. Strategi nan mereka gunakan ialah gerilya. Selain itu, Teuku Umar berpura-pura mengabdikan diri pada Belanda demi keinginannya mencuri ilmu perang Belanda. Lambat laun perang pun pecah.
Teuku Umar mengakhiri kepura-puraannya di hadapan Belanda. Jadilah ia dianggap pengkhianat. Belanda marah besar dan ingin membunuh Teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Sambil terus berperang, keduanya juga berusaha mencari tempat-tempat persembunyian nan kondusif buat menyelamatkan diri. Malang bagi Teuku Umar, 11 Februari 1899, Teuku Umar tewas. Tinggalah Cut Nyak Dien nan harus menghadapi Belanda, tanpa suami nan menjadi inti semangatnya.
Merasa usianya telah menua dan pasukannya nan semakin menipis, membuat Cut Nyak Dien mengungsikan diri ke loka persembunyiannya di Beutong Le Sageu. Namun, sebab mata-mata Belanda nan tersebar di mana-mana, pada akhirnya loka persembunyian Cut Nyak Dien pun tercium oleh Belanda.
Cut Nyak Dien ditangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Ia ditawan sebagai tawanan perang bersama tahanan-tahanan lain nan dianggap membangkang seperti dirinya. Di tahanan, kondisi Cut Nyak Dien memburuk. Usianya nan semakin lama semakin tua, membuatnya semakin lama semakin rapuh. Pada 6 November 1908, Cut Nyak Dien wafat. Namun, baru pada tahun 1959 makamnya ditemukan.
Nama-Nama Pejuang Wanita Seperti Cut Nyak Dien
Tidak hanya Cut Nyak Dien satu-satunya pahlawan wanita nan ada di Aceh. Ada nama-nama lain nan berjasa dan melengkapi sejarah Cut Nyak Dien bumi pertiwi ini, di antaranya:
1. Laksamana Malahayati
Laksamana Malahayati ialah seorang panglima armada perang dari tanah rencong. Ia juga seorang negarawan nan paling banyak tahu tentang sejarah-sejarah negaranya dan negara-negara lainnya. Puncak kegemilangan namanya dituai ketika ia sukses menikam Cornelis De Houtman dalam pertempuran melawan Portugis. Saat itu, peperangan melawan bangsa Portugis Malahayatilah nan ditunjuk sebagai panglima dari armada tempur nan dipimpinnya.
2. Teungku Fakinah
Teungku Fakinah dikenal sebagai pahlawan wanita sekaligus pendidik nan mengabdikan dirinya pada sebuah pesantren. Ia juga tercatat sebagai teman dekat Cut Nyak Dien nan sama-sama sempat menjanda sebab suaminya mereka gugur di medan juang.
Salah satu peran Teungku Fakinah nan tak boleh dianggap sebelah mata adalah membujuk Teuku Umar nan berpura-pura berpihak pada Belanda buat berani mengakui pengkhianatannya pada Belanda. Sebab, kala itu Teungku Fakinah sadar bahwa rakyat Aceh membutuhkan Teuku Umar, begitupula Cut Nyak Dien.
3. Cut Meutia
Oleh pemerintah, Cut Meutia telah disahkan menjadi salah satu pahlawan nasional. Pemberian gelar pahlawan nasional ini tak lain sebab perjuangan beliau saat membela tanah air dari tangan penjajah Belanda sangat luar biasa. Seperti halnya Cut Nyak Dien dan Teungku Fakinah, Cut Meutia juga seorang janda.
Sebelumnya, ia mempunyai dua orang suami nan kedua-duanya wafat dalam keadaan baik sebagai panglima perang. Menyusul nama harum suaminya, Cut Meutia pun gugur di medan pertempuran .
4. Pocut Meurah Intan
Silsilah keluarga Pocut Meurah Intan tak jauh berbeda dengan Cut Nyak Dien. Dia merupakan puteri dari seorang bangsawan. Meski demikian, dia tak lemah dan manja. Pocut Meurah Intan ikut berjuang melawan Belanda.
Wanita pemberani ini merupakan istri dari seorang Sultan Aceh bernama Tuanku Abdul Majid bin Tuanku Abbas bin Sultan Alaidin Jauhar Syah Alam. Beliau ialah sultan nan memegang tampuk kekuasaan Aceh selama 28 tahun. Perjuangannya tertulis dalam buku karangan H.C. Zentgraaff, berjudul Atjeh.
Demikian artikel sejarah Cut Nyak Dien, beserta pula wanita-wanita berani seperti dirinya nan berasal dari Aceh. Semoga semangat Cut Nyak Dien menular pada generasi penerusnya.