Perkembangan Sepeda Ontel di Indonesia
Sepeda ontel merupakan salah satu jenis sepeda nan sejak dahulu hingga sekarang banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Mungkin di antara kita ada nan memiliki sepeda ontel di rumah sebagai warisan dari kakek atau milik orangtua.
Dengan berbagai program pemerintah tentang pelestarian budaya peninggalan zaman dahulu, kini jenis sepeda antik ini "naik daun". Para kaum muda pun getol memburu sepeda ontel ini, sampai-sampai mereka mendirikan berbagai klub dan even sebagai sarana tukar menukar informasi serta berbagi tip perawatan mengenai sepeda ontel.
Beredar kabar di masyarakat generik bahwa semakin lama umur dari sepeda ontel, maka semakin mahal pula nilai jualnya. Di antara para penggemar sepeda antik ini, ada nan terus memburunya hingga berumur lebih dari seratus tahun. Kolektor benda-benda antik juga menjadikan sepeda jenis ini sebagai salah satu koleksi di gudang atau rumah mewah mereka.
Sejarah tentang sepeda ontel sangat menarik buat kita selami. Walaupun desain sepeda ini terkesan sederhana, tetapi sepeda ontel telah mengalami berbagai modifikasi serta perkembangan rancangan dan desain dari waktu ke waktu.
Sebelum ditemukannya mobil, sepeda motor atau kendaraan darat modern lainnya, sepeda antik ini merupakan salah satu kendaraan darat tergolong mewah pada zamannya. Hanya para bangsawan maupun saudagar kaya di Benua Eropa nan memilikinya. Lebih lanjut tentang bagaimana sejarah sepeda ontel akan diulas pada tulisan di bawah ini.
Sejarah Inovasi Sepeda Ontel Pertama Kali
Sepeda ontel awalnya berasal dari Benua Eropa. Sekitar tahun 1970 di Inggris, seorang bernama Baron Karl Von Drais sukses membuat sepeda buat pertama kalinya. Von Drais ialah seorang mahasiswa matematika dan mekanik di Heidelberg, Jerman. Ia telah sukses melakukan terobosan krusial sekaligus peletak dasar perkembangan sepeda selanjutnya. Nama buat sepeda pertama tersebut Hobby Horses dan Celeriferes.
Kedua sepeda ontel tersebut belum memiliki prosedur sepeda seperti halnya sepeda pada zaman sekarang dengan batang kemudi serta sistem pedal. Sepeda pertama tersebut hanya memiliki dua roda pada sebuah rangka kayu. Jika ingin membayangkannya, kita akan canggung dan tampak besar tampilan kedua sepeda pertama tadi.
Hobby Horse dimodifikasi oleh Von Drais hingga memiliki prosedur kemudi pada bagian roda depan. Von Drais mampu bersepeda lebih cepat ketika mengelilingi kebun dengan tenaga mobilitas dari kedua kakinya. Ia menamai sepeda ini dengan nama Draisienne. Warta mengenai kendaraan tersebut dimuat di koran lokal Jerman pada 1817 sebab prosedur tersebut menjadi bagian dari peletak dasar perkembangan sepeda selanjutnya.
Sepeda ontel pertama, yaitu Hobby Horses dan Celeriferes, memiliki bentuk serta sistem prosedur sepeda nan sederhana. Meskipun demikian, sepeda tersebut bisa difungsikan dan berguna bagi pemakainya pada saat itu. Sepeda tersebut bisa digunakan buat membantu menolong orang-orang sehingga mudah dalam berjalan.
Sejarah Modifikasi Sepeda Ontel Setelah Inovasi Pertama Kali
Selanjutnya, sepeda ontel dimodifikasi oleh Kirkpatrick Macmillan. Modifikasi dilakukan pada 1839 dengan memberikan tambahan berupa batang penggerak. Batang penggerak tersebut bisa menghubungkan antara ban depan dengan roda belakang dari Draisienne. Jika ingin menjalankannya, pengendara mengayuh pedal nan ada.
Setelah itu, muncul tokoh lagi bernama James Starley. Ia merupakan tokoh nan membuat sepeda ontel di Inggris pada 1870 dengan roda depan sangat besar ( high wheel bicycle ), sedangkan roda belakang sangat kecil. Ia telah sukses membuat terobosan dengan menciptakan roda berjari-jari serta adanya metode cross-tangent.
Adapun kedua teknologi nan sukses dikembangkan James Starley masih terus dipakai hingga saat ini. Selain itu, buntut dari sepeda menjadi lebih ringan ketika dikayuh oleh pengendaranya.
Sayangnya, sepeda ontel dengan roda besar itu mempunyai kekurangan. Hal itulah nan menyebabkan dilema bagi orang berperawakan mungil serta kaum wanita. Alasannya yaitu posisi pedal maupun jok cukup tinggi sehingga orang berperawakan mungil serta kaum wanita mengeluhkan kesulitan ketika mengendarainya.
Modifikasi sepeda ontel terus berlangsung. Seorang tokoh bernama John Kemp Starley (ponakan James Starley) membuat sepeda nan lebih kondusif buat dikendarai. Sepeda tersebut sudah mempunyai rantai nan berfungsi buat menggerakkan roda belakang. Sepeda tersebut memiliki ukuran roda sama, baik depan maupun belakang.
Namun, inovasi modifikasi sepeda ontel tak kalah hebat dilakukan oleh John Boyd Dunlop pada 1888. Dunlop telah sukses menemukan teknologi ban sepeda. Ban sepeda tersebut bisa diisi angin ( pneumatic tire ). Inilah awal perkembangan sepeda nan begitu pesat. Bermacam-macam bentuk sepeda sukses dibuat dengan berbagai upaya modifikasi. Perkembangan selanjutnya menjadikan sepeda sebagai salah satu kendaraan nan mengasyikkan.
Perkembangan Sepeda Ontel di Indonesia
Sepeda menjadi kendaraan mengasyikkan di seuruh wilayah. Adapun perkembangan sepeda ontel di Indonesia terpengaruh oleh kaum penjajah, terutama Belanda. Kaum penjajah membawa sepeda produksi Belanda buat digunakan berkeliling menikmati estetika alam Indonesia. Akhirnya, Norma tersebut menular pada kaum pribumi nan berdarah biru. Oleh sebab itu, sepeda jadi alat transportasi bergengsi di Indonesia hingga saat ini.
Pada masa selanjutnya, fungsi sepeda ontel semakin tergusur oleh bermacam teknologi nan disandang kendaraan bermesin (mobil dan motor) sehingga menjadikan orang mulai giat melestarikan sejarah sepeda melalui kegiatan koleksi berupa koleksi sepeda antik.
Umumnya, sepeda kuno mereka produksi pabrik Eropa. Angka tahunnya antara 1940 sampai dengan 1950-an. Mereka begitu teliti merawat sepeda ontel sebab termasuk koleksi antik.
Pasa masa kini, sepeda ontel nan lawas alias antik makin banyak diminati serta digemari. Selain sebagai hobi, juga sebagai aset. Alasannya yaitu sebab semakin antik akan semakin langka dan mahal. Hal tersebut seiring dengan makin banyak klub dan komunitas sepeda antik dari berbagai daerah di Indonesia, tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Komunitas tersebut jumlahnya ratusan. Itu pun hanya nan sempat terpantau dan terdaftar, belum lagi masih banyak nan tak terdaftar atau ikut organisasi di bawah naungan KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia). Sepeda ontel nan dimiliki klub tersebut sangat berbeda dengan sepeda antik nan banyak dijadikan ojek. Ojek umumnya menggunakan sepeda model antik keluaran Cina atau Jepang.
Masyarakat Indonesia menyebut sepeda lawas dengan beberapa nama, di antaranya jengki, kumbang, sundung, serta nama lainnya. Masyarakat Indonesia juga mulai asyik menggunakan sepeda tanpa membedakan usia.
Biasanya sepeda ontel nan kini mengalami berbagai macam modifikasi bisa bersaing dengan kendaraan lainnya. Wajar jika anak-anak juga mulai menyukai serta getol bersepeda sejak dini bersama kakak maupun orangtuanya.
Perusahaan nan memproduksi sepeda juga mengalami peningkatan jumlah. Bisnis sepeda juga mendatangkan laba besar jika bisnis tersebut dijalankan dengan sistem manajemen bagus.
Sekarang ini, sepeda ontel dengan modifikasi baru yaitu sepeda Gazelle. Sepeda tersebut diproduksi dalam jumlah besar dan dikenal sebagai sepeda sangat nyaman serta tangguh. Selain itu, sebagian orang mengenalnya sebagai Mercedes Benz-nya merek sepeda Belanda. Adapun sepeda muatan Gazelle nan dapat dilipat buat pertama kalinya dibuat pada 1930. Kotak muatannya bisa dilipat dan casis nya juga dapat diubah.
Sepeda ontel dengan nama Gazelle bisa dilacak tahun produksinya dengan sangat mudah melalui daftar nomor rangka periode 1916 - 1950, nan berasal dari file Gazelle. Biasanya sepeda Gazelle menggunakan nomor kerangka langsung sampai tahun 1974.
Angka pertama sepeda tersebut mengacu pada angka terakhir tahun produksinya. Sejak tahun 1981, sepeda Gazelle menggunakan nomor kerangka dengan tujuh angka. Inilah produksi sepeda dengan modifikasi baru dan banyak diminati pengendaranya.
Sepeda ontel menjadi salah satu kendaraan nan menyenangkan serta santai bagi pengendaranya dari awal ditemukan kemudian dimodifikasi dan berkembang seiring adanya kemajuan teknologi. Meski pertama kali ditemukan di Eropa serta dimodifikasi oleh orang Eropa juga, Indonesia dan negara lainnya juga bisa menggunakannya dalam kehidupan.
Pengendara sepeda ontel tak terbatas pada kaum pria saja, tetapi kaum wanita juga bisa mengendarainya. Ketika sepeda dijadikan wahana olahraga dan rekreasi, maka para pengendara sepeda ontel akan bisa merasakan sejuk serta segarnya udara alam ini.