Belajar Kebudayaan Italia Lewat Film Eat, Pray, Love

Belajar Kebudayaan Italia Lewat Film Eat, Pray, Love



Sekilas tentang Italia

Negara nan terletak di benua Eropa ini memang memiliki banyak pesona nan membuat hampir seluruh manusia di global ingin mendatangi loka tersebut. Negara nan terdiri atas semenanjung besar nan mengarah ke bahari Mediterania ini memiliki banyak objek wisata nan mampu membuat hampir semua orang tercengang sebab keindahannya.

Tidak heran jika negara Italia sering kali dijadikan latar loka buat pembuatan film besar Hollywood. Atau bahkan menjadi tujuan wisata para pengantin baru nan hendak menemukan suasana romantis di negara tersebut.

Selain memiliki banyak pantai nan membuat suasana romantis semakin mengharu biru, Italia juga memiliki Gunung Blanc nan juga lebih dikenal sebagai gunung paling tinggi di negara tersebut. Jadi, tak hanya para pengantin baru nan dapat berlibur ke negara tersebut. Para petualang pun dapat menghabiskan waktu mereka buat memanjat gunung gunung nan terhampar di negara tersebut.

Negara dengan kepadatan jumlah penduduk terbesar kelima di benua Eropa ini mayoritas beragama Katolik Roma. Itulah sebabnya banyak pula umat Katolik nan datang mengunjungi negara ini buat beribadah dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di kota Roma.



Kebesaran Italia dan Menara Pisa

Jika kita berbicara mengenai menara Pisa, maka pikiran Anda akan langsung tertuju pada negara nan besar ini. Menara nan terdapat di Kota Pisa ini memiliki keunikan tersendiri sebab arsitekturnya nan antik dan condong ke samping sehingga membuatnya masuk ke dalam deretan keajaiban di dunia.

Jika dilihat secara sekilas, Kota Pisa memang tak jauh berbeda dengan kota-kota di Eropa pada umumnya. Kota ini menampakkan deretan toko-toko kue, restoran, loka belanja, dan masih banyak lagi loka nan memang biasa dikunjungi di kota-kota besar. Yang membedakan kota tersebut dengan kota lain ialah gerbang Santa Maria nan berarsitektur abad pertengahan sehingga membuat pengunjung kota tersebut merasa berada di zaman eksklusif nan sudah lama tak dikenal.

Bahkan jika orang tersebut belum pernah melihat perbedaan makna seperti itu sebelumnya, perbedaan makna nan muncul ialah seolah olah kita dibawa oleh lorong waktu ke zaman di mana makanan masih menjadi satu-satunya kebutuhan manusia nan patut dipenuhi.

Di kota tersebut hadirlah tiga macam bangunan nan berbahan dasar marmer dengan gaya khas Romawi. Pemandangan ini kemudian disusul dengan perbedaan makna sakral nan dihadirkan oleh Gereja terkenal di dunia, yakni Gereja Katedral. Gereja nan dibangun pada tahun 1603 ini merupakan salah satu loka nan menyimpan sejarah kebudayaan Italia.

Di loka inilah datang para pedagang, peziarah, pelayar, dan tentara nan kemudian memunculkan akulturasi budaya dan kesenian hingga Italia dapat memiliki kebudayaan nan kaya dan terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia. Dan tentu saja, sebuah menara condong nan dibangun pada tahun 1173 nan menjadi sebuah kebanggaan negara Italia, yakni Menara Pisa.

Kecondongan menara ini disebabkan oleh pengehantian pembangunan menara selama beberapa waktu sehingga memunculkan adanya endapan bahan bangunan nan baru diteruskan dalam kurun waktu kurang lebih satu abad kemudian. Menara dengan 294 anak tangga ini memiliki lorong nan tak terlalu luas sehingga hanya dapat dilewati oleh dua orang saja. Tidak hanya itu, Menara Pisa ini juga memiliki keunikan nan membuatnya bertambah miring setiap tahunnya. Oleh karena itu, Menara Pisa selalu menjadi tujuan objek wisata para wisatawan domestik maupun wisatawan asing.



Belajar Kebudayaan Italia Lewat Film Eat, Pray, Love

Pasti ada kontra dan pro terhadap penggambaran suatu budaya dalam sebuah film. Begitupun, dengan penggambaran kebudayaan Italia nan ada di film Eat, Pray, Love. Namun, bagi sebagian orang, paras kebudayaan Italia nan ditampilkan dalam film tersebut cukup representatif dan cukup memberikan pengetahuan tentang bagaimana sebuah peradaban nan cukup tua berbaur dengan peradaban modern.



Bukan Sekali Ini Saja

Kebudayaan Italia nan sangat kaya, terutama soal makanannya nan sangat menggoda iman, sudah seringkali menjadi latar belakang kisah sebuah film. Sebut saja Romeo and Juliet nan memang berasal dari Italia, Letters to Juliet, dan masih banyak lagi. Jadi, film Eat, Pray, Love bukanlah film pertama nan menggunakan Italia sebagai latar belakang cerita dan settingnya. Bahkan, pemerintah Italia pernah memboikot satu film nan dirasa menodai budaya Italia.



Makanan

Siapa nan tidak kenal dengan pizza, spaghetti, dan makanan lain nan berasal dari Italia? Kelezatannya memang luar biasa. Orang sering bilang bahwa kelezatan makanan Italia itu berasal dari cinta, dedikasi, dan komitmen sang chef ketika meramu masakannya. Chef nan sudah sangat berpengalaman kadang memasak tanpa resep.

Dalam film Eat, Pray, Love, digambarkan bagaimana Liz benar-benar ingin pergi ke Italia dan menikmati hari demi hari nan latif di Italia sambil menyantap makanan Itali. Akhirnya, impian tersebut terwujud. Liz ternyata tak hanya belajar seni menikmati makanan ala orang Italia, tetapi seni hayati dan menikmati hayati gaya Italia. Dalam salah satu dialog, digambarkan bahwa orang Amerika itu maunya serba cepat. Kebalikan dengan orang Italia nan tahu bagaimana menikmati waktu-waktu tanpa pekerjaan.

Lewat percakapan singkat di loka pangkas rambut spesifik laki-laki tersebut, Liz mencoba mempraktikkannya dan dia sukses merasakan momen bagaimana menikmati makanan sambil menikmati hidup. Digambarkan pula bagaimana Liz sangat menikmati makanannya. Liz menyantap spaghettinya perlahan sambil merasakan bumbu dan saus nan ada di spaghetti tersebut. Tidak lupa juga, Liz menghabiskan waktu bersama teman Italianya sambil merayakan thanksgiving ala Amerika di rumah temannya itu sebelum Liz melanjutkan perjalanan ke India.

Tidak heran kan jika pizza menjadi makanan nan terkenal dan menjadi tren makanan a la Italia nan beredar di seluruh penjuru dunia?



Bangunan Kuno

Italia memang bukan hanya persoalan makanan. Italia penuh dengan bangunan antik dan tata letak kota nan lumayan teratur. Bangunan gereja, kafe-kafe pinggir jalan, penginapan, dan rumah tinggal, semuanya seolah-olah tidak bergerak ke zaman milenium. Bangunan itu seperti berhenti pada abad ke-18 saat baru saja dibangun.

Keindahan arsitektur, baik eksterior maupun interiornya, sangat mengagumkan. Beberapa kali, ada adegan ketika Liz menyusuri jalanan Italia nan sempit tapi tetap nyaman bagi para pejalan kaki. Menikmati pemandangan sambil duduk di bangku taman nan latif ialah loka dan suasana nan tepat buat menikmati ice cream.



Bahasa

Orang Italia ternyata sangat ekspresif. Hal ini ditunjukkan bagaimana mereka menggunakan sebuah anggota tubuh saat berbicara. Tekanan kata dan aktualisasi diri paras memperlihatkan betapa ekspresifnya budaya Italia. Mereka tahu apa nan mereka inginkan. Bahasa memang dapat menunjukkan budaya dan kepribadian bangsa.

Pengucapan kata-kata dalam bahasa Itlaia nan terdengar begitu romantis dan latif membuat Liz tergila-gila dan ingin belajar bahasa Italia dengan baik dan benar. Penggambaran ini bisa dilihat ketika Liz menggunakan jasa seorang guru privat nan dapat mengajarinya tak hanya berbahasa Italia, tetapi budaya hayati orang Italia.

Oleh karena itu, banyak sekali nan mengidentikkan romantisme dengan kebudayaan Italia sebab bahasanya nan terdengar lemah lembut dan penuh dengan desahan sehingga membuat pendengarnya menjadi terbawa pada suasana Italic.