Belanda Ikut Campur dalam Perang Padri
Sekilas tentang biografi Imam Bonjol , dengan nama orisinil dari Imam bonjol ini adalah Imam Shahab. Semasa remaja, ia biasa di panggil dengan sebutan Peto Syarif. Imam bonjol ini mendapat gelar Malim basa setelah menuntut ilmu tentang keagamaannya di Aceh dari tahun 1800 hingga tahun 1802. Setelah gelar nan ia bisa tersebut ia kemudian kembali ke Minang Kabau kemudian menuntut ilmu kepada gurunya ang bernama Tuanku yang renceh nan menjadikan ia sebagai murid kesayangannya tersebut.
Semasa bergurub pada Tuanku Nan Renceh ini ia banyak mendapatkan pedagogi tentang ilmu perang dari gurunya tersebut. Pada tahun 1807 beliau mendirikan benteng nan terletak di kaki bukit Tajadi nan ia beri nama Imam Bonjol. Nah dari situlah ia di kenal dengan nama Imam Bonjol.
Dengan nama barunya ini, yaitu Tuanku Imam Bonjol ia disebut sebagai pahlawan dari tanah Minang Kabau Sumatera Selatan. Sebelum ia dikenal sebagai pahlawan dari peranf Padri, ia merupakan seorang alim ulama nan dterpandang oleh masyarakat sekitar. Namun semenjak ia turu ke medan perang padri tersebut kemudian ia menjadi sosok pahlawan nan tak dapat di lupakan oleh masyarakatnya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat dan simak biografi Imam Bonjol pahlawan dari Minang Kabau tersebut.
Riwayat dari biografi Imam Bonjol
Seperti nan sudah kita jelaskan di atas, nama orisinil dari Tuanku Imam Bonjol ini adalah Muhammad Shahab, beliau kahir pada tahun 1774 di desa Bonjol kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Dari kecil beliau sudah belajar ilmu nan mendalami tentang agamnya dari keluarganya nan merupakan ulama dari tempatnya berasal dan sebagai ornag nan memengang tradisi Minang nan sangat kuat.
Sebagai seseorang nan terlahir dari keluarga nan mengerti agama dan terlahir dari seorang keluarga nan merupakan ulama ternam pula, Muhammad Shahab ini juga sering mengadakan pengajian nan di selenggrakan di loka atau daerahnya berasal dan beliau pun menjadi ulama nan menyebarkan ilmu agama nan sudah di pelajarinya.
Ilmu – ilmu nan ia bisa berasala dari pesantern – pesantren dan guru – guru atau ulama – ulama nan ternama di wilayahnya tersebut. Ilmu – ilmu nan di pelajarinya itu di antaranya seperti ilmu fiqih, tasauf, dalil, dan kajian al Quran nan masing – masing dari ilmu tersebut ia pelajari dan digunakan sebagai bahan pengajian nan rutin ia adakan.
Sebagai informasi, pada saat itu sebaghian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui ajaran – ajaran agam Islam dengan benar. Dengan pengajian dan kesadaran – penceraha nan beliau berikan kepada masyarakat inilah nan menjadi awal dari biografi Imam Bonjol ini mengapa di sebut dengan Imam Bonjol. Ini semat - mata sebab beliau sukses mengajarkan penduduk sekitar mengenai Islam nan baik dan benar.
Nama Imam Bonjol ini di berikan sebab penduduk meyakini bahwa adalah nan menjadikan penduduk – penduduk tersebut menjadi mengerti agama Islam, sehingga terciptalah julukan Imam Bonjol nan berarti Pemimpin dari desa Bonjol nan merupakan loka lahir beliau.
Pemicu Perang Padri
Sedikit kita bahas dari biografi Imam Bonjol ini kita bahs mengenai awal mula terjadinya perang Padri nan menjadikan beliau sebagai pahlawan dari Sumatera tersebut. perang Padri muncul di awali dengan adanya kontradiksi nan membahas tentang masalaha agama nan terjadi pada saat itu.
Perang Padri ini muncul dengan adanya gerakan Kaum Padri atau dapat di sebut pula dengan Kaum Ulama nan menentang tentang perbuatan – perbuatan nan marak terjadi di kalangan masyarakat pada saat itu nan sangat tak mencerminkan masyarakat nan beragama di dalam kawasan kerajaan Paguyuban nan merupakan loka Tuanku Imam Bonjol berasal.
Dalam biografi Imam Bonjol ini diceritakan bahwa, Imam Bonjol nan mempunyai niat baik buat menumpas perbuatan – perbuatan jelek nan terjadi di daerah Pagaruyungan tersebut. tentunya perbuatan tersebut memang di nilai bertentangan dengan agam Islam nan Imam Bonjol yakini.
Para ulama dan santri nan di pimpin oleh Tuanku Imam Bonjol ini mengnginkan ajaran Islam di tegakkan di wilayah tersebut. Namun, keinginan para santri dan tentunya Imam Bonjol ini mendapat kontradiksi dari raja nan menguasai wilayah tersebut. sehinga mengakibatkan peperangan seperti inilah terjadi.
Raja nan di beri sebutan Raja Yang Di pertuan Pagaruyung inpun merasa terhina atas teguran nan di layangkan oleh Imam Bonjol dan para santrinya sehingga raja tersebut menganggap bahwa para ulama dan para santri sebagi pengikutnya pun itu merupakan pemberontak harus segera di singkirkan. Maka terjadilah perang Padri tersebut nan terjadi antar saudara anatar kaum ulama dan kaum adat tersebut.
Dalam biografi Imam Bonjol ini, dikatakan pernah terjadi perundingan nan di adakan oelh kaum adata dan kaum ulama ini, namun hasilnya tak pernah ada kata damai nan menjadi hasil rundingan tersebut. Akhirnya dengan perdebatan dan hasil rundingan nan tak aa kata damai tersebut, perang pun terjadi selama berkepanjangan. Perang terjadi dari tahun 1803 hingga 1821 nan melibatkan suku – suku di Sumatera pun ikut terkena imbasnya, tentu saja hasil dari peperangan tersebut hanyalah kerugian di antar kedua belah pihak.
Belanda Ikut Campur dalam Perang Padri
Dalam biografi Imam Bonjol ini diceritakan bahwa pihak kerajaan nan termasuk di dalamnya kaum adat meminta donasi kepada Belanda buat mengirimkan pasukan militer buat membantu dalam peperangan antar saudara ini. Namun dengan donasi nan di kirim Belanda ini, kaum adat dan kerajaan pun harus menelan fenomena bahwa efek dari donasi nan di kirim Belanda tersebut ialah dengan menguasai sebagian wilayah dari kaum adat tersebut. jelas ini sangat merugikan kaum adat maupun kaum Kerajaan itu sendiri.
Pada saat itu Belanda mengirimkan pasukannya buat melawan kaum Ulama nan di pimpin oleh Letkol Raaf. Pada saat nan bersamaan pula, di pulau Jawa juga mengalami peperangan dari Pangeran Dipenogoro sehingga konsentrasi Belanda pun menjadi tebelah menjadi dua.
Dengan kekuatan dan trik – trik nan di lancarkan oleh Kaum Padri nan di pimpin oleh Imam Bonjol ini, maka pihak Belanda nan di pimpin oleh Kapten Goffinet dan Kapten Dienema pun mengalami kekalahan. Selanjutnya pihak Belanda pun menawarkan suatu perjanjian nan dikenal sebagai perjanjian Masang pada tahun 1824 nan di langgar sendiri oleh pihak Belanda tersebut.
Akhirnya pada tahun 1830 terjadi peperangan nan melibatkan pihak Belanda dan Kaum Padri yaitu kaum nan di bela Imam Bonjol. Perang ini terjadi di Dumatera Barat dan perjanjian nan sempat di untuk itupun di robek oleh pihak Belanda nan mealnggarnya.
Dalam biografi Imam Bonjol ini dijelaskan pula bagaimana hebatnya kaum Padri nan berasal dari kaum ulama sehingga memenangkan peetempuran nan sengit tersebut. Kemenangan kau Padri ini pun menjadikan wilayah – wilayah nan sebelumnya di kuasai oleh belanda menjadi terkuasai lagi oleh Kaum Padri.
Belanda nan ikut campur dalam masalah antara kaum Padri dan kaum adat ini menjadikan itu sebagai hal nan dapat dijadikan kesempatan buat meneklukkan wilayah Indonesia pada saat itu. Dengan demikian kaum Padri harus menghadapi dua musuh dalam sekaligus pada saat itu.
Kaum Adat dan Kaum Padri Bersatu
Dalam biografi Imam bonjol ini banyak peristiwa – peristiwa nan melibatkan kaum adat dan kaum nan secara langsung di pimpin oleh Imam Bonjol itu sendiri. kaum adat di loka ini adalah masyarakat Minang nan telah menyimpang dari ajaran – ajaran agama Islam. Perbuatan nan umumnya terjadi di sekitaran masyarakat kaum adat ini adalah minum – minuman keras, berjudi, dan mejadikan hewan sebagai objek buat perjudian seperti sabung ayam dan sebagainya.
Sedangkan seperti nan sudah kita jelaskan di atas kaum Padri merupakan kaum atau golongan nan mentaati ajara – ajaran agama Islam dan berusaha memperbaiki akhlak dari kaum adat yaitu masyarakat Minang nan menyimpang dengan ajaran agama Islam tersebut.
Dengan pencerahan dari kedua belah pihak nan telah di manfaatkan oleh pihak Belanda ini, maka timbullah perdamaiana dari kaum adat dan kaum Padri ini buat memperbaiki interaksi kesaudaraan nan telah pecah selama 18 tahun berperang tersebut.
Kedua kaum antara kaum adat dan kaum Padri pun manunggal buat mengusir pasukan Belanda nan sangat merugikan tersebut, sehingga pasukan Belnada pun akhirnya sukses di kalahkan oleh kaum Padri.
Demikianlah sekilas tentang biografi Imam Bonjol, semoga apa – apa nan telah beliau perbuat dapat , menjadikan kita manusia nan lebih baik lagi.