Menumbuhkan Harga Diri

Menumbuhkan Harga Diri



Demi Sejumput Beras

Ketika seseorang nan belum pernah memegang uang banyak ditawari pekerjaan dengan gaji sekira 3 juta, matanya niscaya akan berbinar-binar. Dalam benaknya, uang 3 juta itu banyak sekali dan dengan uang itu ia dapat membeli banyak barang. Ia lupa bahwa uang 3 juta itu tak dapat membeli rumah atau membeli mobil. Kalau hanya buat dapat makan seadanya, uang 3 juta mungkin cukup buat satu keluarga dengan dua orang anak.

Biaya listrik, telepon, bahan bakar buat kendaraan, biaya anak sekolah, dan keperluan sehari-hari lainnya. Untuk tabungan dan buat biaya jalan-jalan, mungkin harus lebih mengetatkan ikatan tali pinggang. Itu kalau 3 juta utuh dibawa pulang. Kalau berada di rantauan, tidka mungkin semua unag diberikan kepada keluarga. Niscaya ada uang nan harus disisihkan buat kepentingan diri sendiri. Jika tak tinggal dengan majikan, maka harus membayar uang sewa. Belum buat keperluan lain.

Lalu berapa nan akan dikirim ke keluarga? Paling maksimal 2 juta. Itupun sudah begitu menderita. Mungkin para pencari kerja ini tak berpikir hingga ke sana. Yang ada di benak mereka hanyalah uang 3 juta itu. Berbeda kalau mereka bekerja sebagai pegawai menengah atau nan dianggap mempunyai ketrampilan. Gaji mereka memnag sangat besar dibandingkan dengan gaji nan ada di Indonesia. Sekali lagi bahwa nan dipikirkan ialah kehidupan dan biaya hayati di negeri orang itu berbeda dan tentunya jauh lebih tinggi.

Gaji besar itu terlihat dan terbayang oleh di benak orang Indonesia. Sedangkan kalau sudah berada di sana, gaji tersebut tak seberapa sebab memang begitulah baku nan diberikan kepada setiap pekerja. Singkatnya ialah ketika berniat bekerja di luar negeri, jangan sekali-kali memasuki sektor informal. Selain harga diri sendiri dan harga diri bangsa terhina sebab dianggap sebagai budak, gaji nan diterima juga tak seimbang dengan apa nan diharapkan.

Stop pengiriman TKI buat pembantu. Contohlah India atau Taiwan. Orang India nan cerdas banyak bekerja di luar negeri. Begitu juga dengan orang Taiwan. Mereka mengandalkan ketrampilan dan kecerdasan otaknya. Mereka mendapatkan gaji nan besar serta fasilitas nan cukup memadai. Di mata orang internasional hal ini juga mengangkat gambaran bangsa dan membuat orang kagum dengan bangsanya. Tidak ada kisah kekerasan sebab para pekerja dari India dan Taiwan ini dianggap cerdas dan tak boleh diganggu.

Ingatkah kisah Sumanto nan pernah menjadi seorang kanibal? Sumanto pernah mengatakan bahwa ia tak memakan daging orang nan berilmu dan hebat sebab mereka tak boleh dibunuh. Dengan kata lain Sumanto mengingatkan kepada semua orang bahwa mempunyai ilmu itu sangat baik dan akan membuat orang lain memandang dengan cara nan berbeda. Jadi sebaiknya memang bangsa ini tak mengirimkan orang-orang nan tak cerdas dan tak mempunyai ketrampilan.

Jangankan di luar negeri, di dalam negeri pun anak bangsa ini tak dihargai oleh petugas nan ada di bandara. Bayangkan! Anak bangsa sendiri tak menghargai para TKI nan sudah sangat berjasa ini. Mereka masuk dari gerbang nan berbeda dengan orang lain. Mereka diperas dan diancam. Mereka juga disuruh melapor lagi dan tentunya dimintai uang. Betapa nestapanya nasib orang-orang nan telah berusaha bekerja demi keluarganya ini. Pemerintah harus dengan sangat serius menangani hal ini.

TKI itu bukan budak dan mereka tak pantas diberlakukan seperti itu. Mereka ialah mahluk Tuhan juga. Siapa tahu di hadap Tuhan keadaan mereka malah lebih hebat dan lebih baik. Ketulusan mereka bekerja demu keluarganya harus dihargai dengan rasa hormat nan sepantasnya. Tidak boleh merendahkan orang lain siapa pun ia. Bangsa ini harus mau belajar berjiwa besar dan berjiwa hebat serta mempunyai hati nan lembut dan selalu merendah.


Berikan hak mereka sinkron dengan apa nan seharusnya mereka terima. Biarkan mereka merasakan menjadi manusia nan sesungguhnya. Jangan sampai mereka diperbudak di luar dan di dalam negeri.



Kisah Kekerasan Itu

Sejak bertahun-tahun lalu, warta kekerasan nan menimpa para TKI di luar negeri terus saja mengalir. Kasus-kasus memilukan ini tidak hanya membuat keluarga korban merasa marah, tapi seluruh masyarakat Indonesia pun turut merasa geram. Berbagai aksi protes terus dilakukan. Pemerintah harus tegas dan mencari solusi secepatnya. Jangan biarkan anak bangsa ini terhina.

Banyak sekali TKI nan disiksa, bahkan tidak sporadis nan meninggal dan pulang dengan peti mati. Kasus seperti ini tidak hanya sekali atau dua kali, namun berkali-kali. Bahkan, dapat saja masih ada banyak kasus kekerasan nan dirasakan TKI nan belum tersorot media dan tak diketahui publik. Bangsa ini harus bangkit dan tak boleh tinggal diam. Membela nan sahih sekaligus membenahi keadaan agar tak ada lagi kasus serupa terjadi dikemudian hari.

Mencegah Kekerasan Menimpa TKI
Berikut ini ialah beberapa cara buat mencegah kekerasan TKI di luar negeri:

* Bagi para calon TKI, sebaiknya gunakan jalur penyaluran tenaga kerja nan sah dan terpercaya. Penyalur tenaga kerja nan baik ialah lembaga/perusahaan nan dapat menentukan di mana sebaiknya TKI tersebut bekerja sinkron kemampuannya.

* Para penyalur TKI ke luar negeri hendaknya memberi pembinaan dan pelatihan spesifik pada calon TKI. Tak hanya tentang cara bekerja, tapi juga bagaimana Norma orang luar negeri dan tata cara bersikap. Hal ini tentu sangat berguna agar TKI tak menjadi target kemarahan majikan sebab salah mengerjakan tugas.

* Baik penyalur maupun pemerintah hendaknya selalu memantau para TKI agar kekerasan pada TKI dapat diminimalisir

* Pemerintah harus menindak tegas para penyalur TKI ilegal nan dapat menyebabkan para calon TKI mendapat hal-hal nan tak menyenangkan saat bekerja di luar negeri.

* Pemerintah harus dapat memberi agunan konservasi terhadap para TKI di luar negeri. Selama ini, undang-undang tentang TKI tak dapat melindungi para pekerja tersebut dengan baik. Sampai saat ini, pemerintah masih dinilai sangat lemah dalam menangani kasus kekerasan pada TKI.

* Pemerintah harus benar-benar bekerja sama secara baik dengan pemerintah loka TKI bekerja, menjalin suatu perjanjian buat melindungi para TKI dari tindak kekerasan.

Itulah beberapa cara buat mencegah kekerasan tak terjadi dan menimpa para TKI. Pemerintah ialah faktor krusial dalam keselamatan para TKI nan sedang bekerja di luar negeri. Memang harus diakui, pencegahan kekerasan pada TKI ini memang sangat sulit sebab menyangkut tabiat orang lain (majikan), apalagi pemerintah Indonesia tak dapat menuntut pelaku kekerasan begitu saja sebab tak terjadi dalam wilayah Indonesia.

Namun, ada satu cara lagi buat mencegah kekerasan terhadap TKI, yaitu menghentikan pengiriman TKI ke luar negeri. Pemerintah harus sadar, kenapa banyak sekali masyarakat nan tetap ingin menjadi TKI walau sudah banyak kasus kekerasan nan disebarkan oleh media. Penyebabnya tentu sebab faktor ekonomi nan rendah, nan kemudian mendorong masyarakat buat mencari rezeki di luar negeri nan gajinya mungkin dapat lebih banyak daripada di Indonesia.

Untuk itu pemerintah sebaiknya serius buat mengentaskan kemiskinan di negara ini, agar masyarakat dapat hayati tentram dan tak terpaksa ke luar negeri hanya buat mencari uang.



Menumbuhkan Harga Diri

Menumbuhkan rasa percaya diri kalau diri juga mempunyai hak buat dihargai tak mudah. Hal ini harus dilakukan sedari kecil. Anak-anak harus dididik dengan baik agar ia merasakan bahwa dirinya tak boleh diinjak-injak oleh siapapun dari manapun. Dirinya mempunyai hak buat dihargai. Untuk itulah sine qua non pelajaran nan baik bagi anak negeri ini bagaimana ia dapat menjadi anak nan cerdas dan dapat mandiri.

Kalau semua anak tumbuh dengan rasa percaya diri nan tinggi dan mau bekerja keras, ia niscaya akan berusaha mencari ilmu nan banyak dan tak akan mudah ditipu sebab ia mempunyai dasar ilmu nan kuat dan bagus.