Tahfidz

Tahfidz

Tajwid ialah aturan-aturan dalam membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an dengan tajwid ialah wajib hukumnya (Imam Ibnu Jazri). Karena jika membaca Al-Qur’an tak sinkron dengan tajwid maka artinya dapat menjadi berbeda dan nan membacanya akan berdosa. Maka hendaknya setiap muslim mempelajari tajwid. Pelajaran tajwid meliputi tahsin , talaqqi dan tahfidz .



Tahsin

Pelajaran tajwid nan pertama ialah tahsin. Tahsin ialah mempelajari hukum-hukum tajwid secara teori dan praktik, namun masih lebih banyak teori. Yang dipelajari di termin tahsin ialah makhorijul huruf (tempat keluarnya huruf), shifatul huruf (sifat-sifat huruf), hukum nun mati, mim mati, idhghom (lebur), mad, huruf tebal dan tipis, waqof (berhenti bacaan), dan kaidah-kaidah khusus.

Adapun beberapa penjelasannya sebagai berikut



  1. Makhorijul Huruf

Ditinjau dari morfologi, Makhorijul Huruf berasal dari Fi’il Madhi, nan berarti “Keluar”. Secara bahasa Makhhraj artinya loka keluar. Sementara menurut istilah Makhraj adalah suatu nama tempat.

Jadi, Makhorijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pasa waktu huruf-huruf tersebut dibunyikan. Ketika membaca Al-Qur'an (tadarus), setiap huruf harus dibunyikan sinkron dengan Makhrajnya. Kesalahan nan terjadi dalam pengucapan huruf bisa menimbulkan kesalahan arti atau disparitas makna pada bacaan nan tengah dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan pembacaan ini bahkan dapat dikatakan sebuah bentuk kekafiran, jika dilakukan dengan sengaja.



  1. Shifatul Huruf

Apa itu Shifatul Huruf? Shifatul huruf ialah sifat-sifat pengucapan huruf Hijaiyah. Perlu kita ketahui bahwa satu huruf Al-Qur’an terkadang bukan hanya memiliki satu sifat, melainkan juga tergabung didalam 2 sampai 5 sifat sekaligus. Misalnya saja seperti huruf SHOD nan memiliki banyak sifat, yaitu Isti’la’, Hams, Rokhowah, Ithbaq, dan Shofir.

Untuk mempermudah Anda dalam mengetahui sifat sebuah hutuf, para pakar memberi arahan supaya huruf tersebut coba dimatikan setelah Hamzah berharokat.

Dari percobaan tersebut, Anda dapat merasakan bahwa huruf “dal” itu berhenti nafasnya saat dimatikan, sedangkan huruf “siin” tetap mengalir saat dimatikan.

Tujuan primer mempelajari Shifatul huruf (sifat-sifat huruf) ialah supaya setiap huruf nan diucapkan sinkron dengan hurufnya baik sifat maupun tempatnya.

Shifatul huruf terbagi menjadi dua bagian, antara lain sebagai berikut

Sifat nan memiliki lawan

  1. Al Idzlaq x Al Ishmat
  2. Al Ithbaq x Al Infitah
  3. Al Isti’la’ x Al Istifal
  4. Asy Siddyah x Ar Rakhwah
  5. Al Hams x Al Jahr

Sifat nan tak memiliki lawan

  1. Al Istithalah
  2. At Tafasyi
  3. At Takrir
  4. Al Inhiraf
  5. Al Lien
  6. Al Qalqalah
  7. Ash Shafir


Talaqqi

Talaqqi merupakan metode mempelajari sesuatu ilmu secara langsung dengan guru. Dalam metode talaqqi Al-Qur’an, seorang murid harus berjumpa atau berhadapan langsung dengan gurunya. Hal ini dilakukan agar murid tersebut bukan hanya mendengar lafadz Al-Qur’an nan diucapkan oleh gurunya, melainkan juga melihat langsung cara guru melafalkan lafazh tersebut dari mulutnya.

Pertemuan secara langsung inilah nan menjadi inti dari metode talaqqi. Talaqqi adalah metode paling primer nan dianjurkan dalam memperlajari ilmu tajwid.

Pada termin talaqqi , bacaan diperlancar. Teori-teori nan dipelajari di termin tahsin dipraktekkan lebih nyata. Kesalahan-kesalahan besar dan kecil sudah tak boleh terjadi lagi. Kesalahan besar di antaranya salah makhraj , kurang huruf, kelebihan huruf, dan salah harakat, sehingga mengakibatkan adanya disparitas arti. Kesalahan kecil di antaranya kurang ghunnah (dengung), kurang tebal, dan kurang tipis.



Tahfidz

Tahap terakhir pada pelajaran tajwid ialah tahfidz atau menghafal Qur’an. Ketika akan menghafal Al-Qur’an hendaknya seseorang memiliki sasaran akan menyelesaikan 30 juz dalam waktu berapa tahun. Sasaran tersebut kemudian dibagi lagi buat mendapat target-target jangka menengah dan jangka pendek sehingga diperoleh per hari berapa halaman harus hafal.

Menghafal sebaiknya dimulai dari Juz 30, sebab umumnya seorang muslim sudah hafal beberapa surat pada juz ini, sehingga awal akan menjadi mudah. Seterusnya naik ke Juz 29 kemudian 28. Setelah itu boleh lanjut ke Juz 27 dan seterusnya, atau ke depan ke Juz 1 dilanjutkan Juz 2 hingga Juz 27. Karena kosa kata pada juz-juz awal lebih familiar atau lebih mudah sebab sering dilafadzkan dalam doa-doa atau bahkan dalam sholat.

Menghafal Al-Qur’an ialah sesuatu nan dimuliakan Allah, maka akan banyak sekali godaan syaitan. Di antaranya masalah duniawi nan tidak kunjung selesai seperti keluarga nan sakit, masalah pekerjaan, malas, sering mengantuk, sulit konsentrasi, hafalan sulit masuk, dan lain-lain. Berjuanglah terus sebab Allah memang sudah tegaskan bahwa syaitan ialah musuh nan konkret bagi manusia (QS. Al-Baqarah: 208; Fathir: 6).

Setelah hafalan selesai, bukan berarti perjuangan Anda memuliakan Kitab Allah selesai sampai di situ. Tetaplah muroja’ah (mengulang kembali nan sudah dihafal) hafalan Anda, nan paling mudah ialah membacanya dalam sholat. Setelah itu pahami, dalami, dan amalkan isinya. Kemudian sampaikanlah ke seluruh umat manusia. Sampaikanlah walaupun hanya satu ayat (HR Bukhari).



Hukum Ilmu Tajwid

Hukum belajar ilmu tajwid adalah fardhu kifayah. Apabila di suatu loka ada seseorang nan menguasai ilmu ini, bagi nan lainnya tak menanggung dosa. Namun sebaliknya, jikan tak ada nan menguasai ilmu tersebut, seluruh kaum muslimin menanggung dosa.

Sementara, hukum membaca Al-Qur'an dengan tajwid adalah wajib a’in. wajib ‘ain artinya bagi seseorang nan mukalaf baik laki-laki maupun perempuan harus membaca Al-Qur’an dengan tajwdi, kalau tidak, dia berdosa. Hal ini berdasarkan Al-Qur’an dan ucapan para ulama.

Adapun dalil-dalil Al-Qur'an nan berkaitan dengan hukum mempelajari ilmu tajwid, antara lain sebagai berikut.

  1. Firman Allah Azza wa Jalla:

“…dan bacalah Al Qur’an itu dengan tartil.” (Al Muzzammil: 4)

Maksud tartil tersebut ialah membaguskan huruf dan mengetahui loka berhentinya. Kedua hal tersebut tak akan Anda dapatkan, kecuali belajar dari ulama atau orang nan pakar dalam membaca Al-Qur'an. Dengan demikian, bagi siapapun nan membaca Al-Qur'an harus sahih dalam pengucapan hurufnya, agar tak mengubah maknanya.

  1. Firman Allah Azza wa Jalla:

“Orang-orang nan telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan nan sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa nan ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang nan rugi.” (Al Baqarah: 121)

Jadi, dalam membaca Al-Qur'an nan terpenting ialah tajwid. Hal ini dikarenakan, apabila tajwid tak dipergunakan saat membaca Al-Qur'an, bacaannya akan berubah arti. Ayat tersebut merupakan bentuk sanjungan atau pujian allah kepada kaumNya nan telah membaca Al-Qur'an dengan sempurna.

  1. Firman Allah Azza wa Jalla:

“Dan kami membacanya dengan tartil (teratur dengan benar).” (Al Furqan: 32)

Bagi kaum muslimin wajib hukumnya membaca Al-Qur'an dengan tartil. Tartil di loka ini maksudnya ialah sahih dalam pengucapan hurufnya

Untuk menguasai atau membaca Al-Qur'an dengan sempurna, diperlukan sebuah taktik khusus, misalnya selalu bertalaqqi dengan guru nan kompeten. Selain itu, teknologi nan semakin canggih membuat And lebih mudah dalam mempelajari Al-Qur'an.

Cara pemanfaatan teknologi dalam rangka mendekung pembelajaran Al-Qur'an ialah dengan mendengarkan bacaan Qur’an dari imam-imam Timur tengah. Selain itu, jadikan imam-imam Timur Tengah tersebut sebagai native spiker Anda.



Tujuan Memperlajari Tajwid

Tujuan mempelajari ilmu tajwid ialah buat menjadga lidah supaya terhindar dari kesalahan dalam membaca Al-Quran.

Allahnu atau kesalahan dalam membaca Al-Quran dibagia menjadi dua, antara lain sebagai berikut.

  1. Allahnul jaliyyu

Allahnul jaliyyu adalah kesalahan nan terjadi ketika membaca lafazh-lafazh Al-Quran, baik nan mengubah arti maupun tidak, sehingga menyalahi ‘urf qurro (contohnya ‘ain dibaca hamzah, ataumengubah harokat dhommah menjadi fathah, dan lain lain. Melakukan kesalahan dalam membaca Al-Quran dengan sengaja, hukumnya hara m.



  1. Allahnul khofiyyu

Allahnul khofiyyu adalah kesalahan nan terjadi ketika membaca lafazh-lafazh dalam Al-Quran, sehingga menyalahi ‘urf qurro. Akan tetapi, hal tersebut tak sampai mengubah arti. Contohnya tak membaca ghunnah, kurang panjang dalam membaca mad wajib muntassil, dan lain-lain. Melakukan kesalahan tersebut dengan sengaja, hukumnya makruh.

Sekian artikel memgenai cara mempelajari ilmu tajwid. Semoga bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi Anda nan tengah belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar.