Misteri Air Terjun Sedudo di Nganjuk
Menyebut sebuah kota kabupaten di sebelah selatan Jawa Timur bernama Nganjuk , mengingatkan aku akan alunan musik campursari yang eksotik. Gemulai tarian gadis Jawa dengan lagu nan ceria dalam bahasa Jawa campuran antara Jawa Timur nan tegas dan Jawa Tengah yang lembut.
Ketika kita menaiki bis antarkota atau tengah singgah di salah satu rumah makan sekitar Nganjuk, musik campursari selalu mengiringi dengan manis. Katakanlah ada Prau Layar, Nonong, Stasiun Balapan , sampai dengan lagu-lagu campursari masa kini nan banyak sekali jumlahnya.Tak ayal lagi mengapa Nganjuk sangat terkenal dengan musik campursarinya.
Tak hanya itu, Nganjuk semakin terkenal berkat adanya dua orang pelawak dan penyanyi campursari terkenal Indonesia nan lahir di sana. Dialah Mamik Srimulat dan Didi Kempot, dua orang bersaudara nan lahir dan besar di kota Nganjuk. Demikian juga dengan Kirun, nan terkenal lucu serta berwajah unik khas Jawa Antik juga berasal dari kota tersebut.
Dari kota inilah lagu-lagu semacam S tasiun Balapan dan S tasiun Tirtonadi berasal. Pelawak dan penyanyi campusari kota Nganjuk seakan ingin menunjukkan budaya khas daerahnya nan unik serta sangat Njawani (benar-benar Jawa asli). Nganjuk juga disebut dengan kota angin. Beberapa orang sangat hafal dengan julukan khas ini.
Mengapa Nganjuk Disebut Kota Angin?
Konon di daerah perbatasan antara kabupaten Kediri dan Kertosono ini sering terjadi angin kencang. Hujan pun selalu turun disertai dengan gemuruh petir dan hembusan angin nan tiada henti. Nganjuk memang kota angin, kota tanaman padi menguning dan terhembus angin sehingga batangnya berbelok ke sana ke mari. Seringkali ketika kita melewati kota tersebut, hembusan angin seakan tidak berhenti sepanjang perjalanan.
Sampai ketika kita melewati perbatasan dan mulai memasuki wilayah Kertosono barulah angin sedikit demi sedikit mulai berkurang. Batas-batas kabupaten Nganjuk nan terletak di wilayah Jawa Timur ini ialah sebagai berikut.
- Sebelah utara > kabupaten Bojonegoro.
- Sebelah timur > kabupaten Jombang.
- Sebelah Selatan > kabupaten Kediri dan Ponorogo.
- Sebelah barat > kabupaten Madiun.
Karena berbatasan dengan beberapa kota kabupaten nan memiliki adat dan budaya hampir sama tersebut, membuat masakan Nganjuk pun serupa dengan kota-kota di sekitarnya.
Kuliner Khas Nganjuk
Ada beberapa makanan khas Nganjuk nan patut dicoba ketika kita melewati kota tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Pecel dan Tumpang Kertosono, Nganjuk
Masakan nasi pecel dan sambal tumpang ini memang orisinil Kertosono, namun banyak juga kita temui di kota Nganjuk . Nasi hangat mengepul nan ditimpahi sayuran semacam taoge dan bayam, kemudian disiram sambal pecel dan tumpang. Sungguh nikmat dimakan bersama rempeyek kacang dan teri.
Masakan ini biasa disajikan sewaktu sarapan pagi, terutama bagi mereka nan hobi naik kereta. Ketika kereta Anda mampir di stasiun Nganjuk, jangan lupa membeli nasi pecel sambal tumpang. Sambal nan terbuat dari tempe dan santan kental ini sangat khas dengan campuran bumbu kencur dan daun jeruknya.
2. Nasi Goreng Dakota, Nganjuk
Dari namanya saja nasi goreng ini sudah unik. Mengingatkan kita akan pesawat Dakota nan membawa pejuang Indonesia merebut Irian Jaya. Beda nasi goreng dakota dengan nasi goreng lainnya di seantero Indonesia ialah teman makannya nan berupa rempeyek. Sepertinya kota Nganjuk tidak dapat meninggalkan rempeyek kacang dan teri, sehingga jadi teman pula buat makan nasi goreng.
3. Ayam Goreng, Nganjuk
Ayam goreng kremes, mungkin telah banyak kita dapati di berbagai kota Nusantara. Ayam nan awalnya berasal dari daerah Yogyakarta ini sampai juga ke kota Nganjuk dan menjadi menu andalan dapur beberapa restoran di kota tersebut. hanya saja ada sedikit disparitas pada kremesan nan ditaburkan pada ayam goreng empuk yang garing ini.
Kremesannya berasa mirip rempeyek, lagi-lagi rempeyek nan tidak dapat dipisahkan dari kota angin tersebut. Wah, rasanya ingin sekali mencicipi masakan kota Nganjuk nan terkenal dengan rempeyeknya tersebut.
Misteri Air Terjun Sedudo di Nganjuk
Satu lagi nan membuat kota Nganjuk ini menjadi unik ialah keberadaan air terjun Sedudo. Air terjun nan memiliki hempasan deras ini syahdan memiliki sebuah cerita penuh rahasia tentang kisah Supriyadi, tentara PETA nan memimpin pemberontakan melawan Jepang.
Kala itu Supriyadi muda memimpin pemberontakan PETA di Blitar, kota nan berjarak +/- 40 km dari Nganjuk. Saat melawan Jepang, Supriyadi beserta pasukannya berjuang dengan gigih, sampai akhirnya beliau dikejar-kejar oleh tentara Jepang. Pasukan Supriyadi terkejar sampai ke kota Nganjuk.
Ada nan mengisahkan bahwa Supriyadi tertembak di gunung Wilis nan diapit oleh empat kabupaten, yaitu Nganjuk, Ponorogo, Kediri, dan Madiun. Namun, banyak pula nan mengisahkan bahwa tentara PETA tersebut hilang di kegelapan kabut air terjun Sedudo.
64 tahun semenjak hilangnya Supriyadi di Nganjuk itu, banyak pro dan kontra terhadap gelar kepahlawanan sosok tentara nan gagah dan tampan itu. Yang pro mengatakan sudah selayaknya Supriyadi mendapat gelar pahlawan. Karena dia memimpin pemberontakan PETA di Blitar, dan kemungkinan gugur tertembak tentara Jepang di Gunung Wilis.
Pendapat kontra datang dari pakar waris para petinggi PETA mengatakan bahwa tidak pantas Supriyadi nan hilang di Sedudo, Nganjuk itu mendapat gelar pahlawan. Mengapa? Karena saat itu beliau bersembunyi dan tidak memikirkan nasib anak buahnya. Padahal teman-temannya semua tertangkap Jepang.
Mereka nan tertangkap dan kemudian dihukum penggal ialah Muradi, Supardjono, Suryo Ismangil, Halir Mangkudijaya, Soedarmo, dan Soenantoa nan juga hulubalang pasukan PETA. Namun, Supriyadi tidak tertangkap, dan bahkan jasadnya juga tidak pernah diketemukan sampai saat ini.
Itulah sekilas rahasia tentang air terjun Sedudo nan berada di kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Sahih atau tak cerita tersebut ada lagi kisah rahasia nan masih berkaitan dengan air terjun Sedudo dan Supriyadi.
Dikisahkan bahwa Supriyadi hilang tepat ketika menginjak pada batu berbentuk kepala ular di sekitar air terjun tersebut. Dan ekor dari batu tersebut berada di sebuah pantai daerah kabupaten Jember, Jawa Timur. Sangat jauh, hampir 10 jam perjalanan menggunakan bis kota dari kabupaten Nganjuk. Pantai nan kemudian dinamakan Watu Ulo ini merupakan pantai Selatan Jawa.
Desas-desus bahwa sosok Supriyadi nan gagah disembunyikan oleh Nyai Ratu Kidulpun berdengung dengan kencang. Sampai saat ini, cerita ini tidak pernah lekang dimakan oleh waktu, terutama bagi penduduk Jawa Timur.
Objek Wisata di Ngajuk
Beralih dari Supriyadi, kita akan memperbincangkan tentang estetika obyek wisata di kabupaten Nganjuk. Berikut beberapa obyek wisata alam nan dapat dinikmati di kabupaten Nganjuk.
a. Air terjun Roro Kuning
Terletak di desa Bajulan, Poceret sekitar 30 km arah selatan kota Nganjuk. Jalan menuju air terjun ini sudah beraspal, berbeda dengan air terjun Sedudo. Di dekat air terjun ini terdapat monumen mengenang perjuangan Jendral Sudirman dalam memimpin pasukan gerilya melawan Belanda nan akan menguasai Indonesia kembali pada tahun 1949.
b. Air terjun Pacoban Ngunut
Lokasinya sekitar 4 km dari air terjun roro kuning. Estetika alami air terjun pacoban ngunut ini sungguh sayang buat dilewatkan ketika kita bertandang ke kota Nganjuk.
c. Air terjun Pacoban Coban
Tak kalah alami dari beberapa air terjun di lereng Gunung Wilis lainnya. Pacoban Coban hadir dengan anggun di kota Nganjuk.
d. Air terjun Ngleyangan
Dikatakan sebagai air terjun ngleyangan, dalam istilah Jawa nan artinya terombang-ambing, air terjun ini merupakan salah satu objek wisata kabupaten Nganjuk nan terletak di kaki gunung Wilis.