Rumah Tangga Nabi Muhammad
Musuh-musuh Islam mencoba buat menghina dan memojokkan nabi Muhammad SAW dengan cara mencari titik cela nan mereka anggap bisa dimanfaatkan buat mencelanya. Salah satu titik nan dianggap para musuh nabi buat memojokkannya ialah fakta tentang perkawinan nabi dengan sembilan wanita nan telah dinikahinya. Tentu saja sebab bermaksud memojokkan, maka konteks pernikahan nabi dengan sembilan wanita itu dipandang dari sudut manusia biasa yaitu tentang besarnya libido dan pertimbangan-pertimbangan manusia. Dengan dalih itulah maka para musuh nabi mencela konduite nabi sebagai kelewatan, apalagi ada nan dinikahinya dalam keadaan masih di bawah umur.
Memandang pernikahan nabi Muhammad SAW dengan sembilan istri dengan alasan libido ialah jelas galat besar. Dalam banyak fakta dapat dilihat bahwa pernikahan beliau dilaksanakan dengan karena karena politik juga pertimbangan humanisme nan berhubungan dengan Islam. Jadi tak ada alasan menikahi perempuan buat tujuan-tujuan pribadi seperti masalah libido dan syahwat. Dengan demikian ketika isu ini disebarkan dengan tujuan mencela nabi Muhammad SAW, pada akhirnya padam tanpa sempat berkobar. Semua pandangan akan melihat dengan jelas dengan alasan apa nabi menikahi perempuan-perempuan itu.
Para Isteri Nabi Muhammad SAW
Di dalam sejarah nabi Muhammad SAW, pertama kali melakukan pernikahan dengan Khadijah ra pada saat umur beliau 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun. Semasa hayati Khadijah, beliau tak menikahi isteri nan lain hingga Khadijah meninggal global saat berumur 65 tahun dan saat itu nabi berumur diatas 50 tahun. Ini fakta nan tak dapat dibantah. Kalau nabi Muhammad menikah dengan alasan manusiawi seperti syahwat misalnya, maka ketika beliau berumur 25 tahun tentu dapat menikahi perempuan nan sepadang secara usia. Tapi kenapa justru menikahi Khadijah nan saat dinikahi telah berumur 40 tahun dan seorang janda pula ? Selain petunjuk dari Allah SWT tentu saja ada alasan-alasan lain nan sangat strategis sehubungan dengan tugas beliau nan sedang mengembangkan Islam. Secara ekonomi dan status sosial di masyarakat Arab pada saat itu, Khadijah menduduki posisi nan utama, yakni seorang janda kaya raya dan berasal dari keturunan nan mulia pula. Dengan demikian ketika nabi Muhammad SAW bersanding dengannya, kegiatan dakwah mendapat dukungan tak saja material tapi juga moril.
Nabi Muhammad SAW tetap setia tanpa menduakan Khadijah hingga ia meninggal. Tetapi sebab tugas kenabian dan beratnya perjuangan juga pengorbanan terhadap Islam dan perintah Allah serta kasih sayangnya kepada manusia memaksanya buat menikahi lebih dari satu orang isteri bahkan sampai 9 orang.
Perkawinan beliau dengan Siti Aisyah nan saat itu masih belia, juga bukan alasan manusiawi semata tetap merupakan bagian dari usaha buat menjalin ikatan dengan Abu bakar, ayahnya Aisyah, dan perkawinannya dengan Hafsah buat menjalin ikatan dengan Umar bin Khattab. Alasan ini dikuatkan dengan fakta sejarah nan menyebutkan bahwa Hafsah bukanlah perempuan nan jelita.
Kemudian pernikahannya dengan Ummu Salamah ialah buat meringankan beban hayati nan dijalani Ummu Salamah sendiri sebab telah ditinggal suaminya nan syahid di jalan Allah SWT pada peperangan. Lalu Sawadah nan dinikahi oleh Nabi Muhammad sebab memiliki sifat nan mulia dan hayati dalam kesendirian dalam keislamannya.
Sementara pernikahannya dengan Zainab bin Jahasy merupakan ujian berat sebab pernikahan itu datang dari Allah SWT buat memberikan pelajaran bahwa menikahi isteri anak angkat itu diperbolehkan. Zainab merupakan janda dari Zaid bin Harisah nan merupakan anak angkat Nabi Muhammad. Hal ini berkaitan dengan tradisi nan terkenal di kalangan jahiliyah tentang tradisi adopsi. Sedangkan dalam Islam tak ada sistim adopsi. Nabi telah membayangkan tentang sesuatu nan akan dikatakan orang mengenai dirinya sebab telah menikahi isteri anaknya, tetapi sesuatu nan dikhawatirkan nabi justru nan ingin dihapus oleh Allah SWT.
Rasulullah mampu bersabar dan menahan diri saat mendengar hinaan nan dikatakan kepadanya. Dan ini bukan hal pertama atau terakhir kalinya beliau melakukan pengorbanan, pernikahan beliau ialah usaha buat menyebarkan kebaikan serta penghormatan terhadap kemuliaan.
Ummu Habibah binti Abu Sofyan bin Harb, pemimpin Quraisy dalam memerangi Islam, berhijrah bersama suaminya ke Habasyah. Ia memiliki sikap mulia demi menegakkan ajaran Islam dan berani menentang ayahnya nan kafir. Ketika suaminya meninggal maka nabi Muhammad menikahinya agar ia terhindar dari keterasingan juga kecemasan dalam membela agama Allah.
Shafiyah binti Huyay ialah anak seorang Yahudi dan merupakan tawanan perang Khaibar. Nabi memberikan pilihan kepadanya antara memilih masuk Islam dan menjadi isteri beliau atau tetap beragama Yahudi dan dibebaskan. Shafiyah memilih buat menjadi isteri Rasullulah.
Sedangkan Juwairiyah binti Harits ialah anak seorang kabilah Bani Musthaliq. Dengan demikian ketika pernikahan Nabi dengan Juwairiyah ini dilangsungkan, maka keluarga Bani Musthaliq masuk Islam tanpa keterpaksaan dan sukarela.
Rumah Tangga Nabi Muhammad
Jika orang membayangkan bahwa Rasulullah memiliki waktu buat bersenang-senang dengan para istrinya, maka pandangan ini jelas keliru. Karena waktu beliau banyak digunakan buat berjihad, beliau lebih banyak merasakan penderitaan dan banyak melakukan pengorbanan. Apakah mereka pikir memiliki isteri banyak itu merupakan kesenangan ? Dalam salah satu keterangan dijelaskan bahwa laki-laki muslim diperbolehkan menikat dengan satu, dua, tiga dan empat istri. Namun ini hanya sebuah tawaran sebab di akhir keterangan tersebut disebutkan bahwa namun bila tak sanggup, maka cukup satu saja. Artinya apa ? Ini sebuah fenomena nan tak dapat dianggap sepele bahwa memiliki satu istri saja sering kali muncul masalah-masalah nan tak terduga dampak bersatunya dua karakter, dua tabiat dan dua orang dari keluarga dan lingkungan nan berbeda. Dengan demikian bila memang tak mampu, lebih baik bertahan dengan satu istri saja.
Rasulullah SAW hayati dalam rumah tangganya dengan ekonomi nan serba kekurangan bahkan dapat dikatakan orang termiskin dari kalangan muslim nan hayati di zamannya. Beliau menjalani kehidupan dengan kezuhudan nan luar biasa. Dari fakta ini didapat konklusi bahwa menikah dengan lebih dari satu perempuan nan dilakukan oleh nabi Muhammad SAW samasekali bukan buat bersenang-senang, bukan buat melampiaskan syahwat, melainkan ada tujuan-tujuan strategis nan tak lain ialah kepentingan dan kemajuan Islam nan menjadi nomor satu. Agama Islam nan selalu menjadi pertimbangan primer bagi nabi dan bukan nan lainnya.
Bahwa nabi Muhammad SAW hayati dengan ekonomi nan serba kekurangan, ini fakta nan tak dapat disangkal lagi. Sejarah telah membuktikan bahwa sepeninggal nabi, tak ada istana nan megah, tak memilih harta peninggalan nan berlimpah selain sebuah gubuk. Dengan demikian ketika beliau menikah dengan lebih dari satu perempuan, sekali lagi bukan sebab alasan manusia melainkan ada pertimbangan lain nan jauh lebih utama. Tentu saja hal ini tidka dapat terbantahkan, sebab perempuan mana nan mau dinikahi oleh seorang laki-laki nan hayati kekurangan, kecuali juga ada pertimbangan-pertimbangan nan primer dari sekedar kesenangan duniawi yaitu membela agama Allah SWT nan jaminannya kehidupan akhirat nan mulia.