Pertumbuhan - Jalan Pintas Asupan Olahan

Pertumbuhan - Jalan Pintas Asupan Olahan

Pertumbuhan adalah perkembangan. Perkembangan nan berhubungan dengan keadaan, bisa berkaitan dengan tubuh, hormon, dan usia. Pertumbuhan merupakan bentukan kata dari kata tumbuh nan diberi imbuhan per-an menjadi pertumbuhan.

Kata tumbuh sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti (1) timbul (hidup) dan bertambah besar atau paripurna (tentang benih tanaman, bagian tubuh, tentang penyakit); (2) sedang berkembang (menjadi besar, sempurna, dsb); (3) timbul, terbit, terjadi (sesuatu). Sementara, pertumbuhan sendiri berarti hal (keadaan) tumbuh, perkembangan (kemajuan dsb).

Kata pertumbuhan dalam kaitannya dengan manusia banyak dihubungkan dengan masalah waktu sehingga sering disebut dengan istilah masa pertumbuhan. Masa pertumbuhan ialah masa-masa krusial dalam fase setiap kehidupan manusia. Masa pertumbuhan sekaitan dengan perkembangan, kemajuan dari segi fisik nan dialami manusia. Terlebih bagi seorang anak, bayi.

Masa pertumbuhan pada anak, khususnya anak usia di bawah lima tahun nan masih tergolong bayi terdapat pada usia 2-5 tahun. Pada periode waktu tersebut, balita membutuhkan asupan gizi nan baik sehingga pertumbuhannya bisa berjalan dengan baik dan optimal.

Pada usia 2-5 tahun, balita sudah mencapai aktivitas nan banyak sekali. Balita sudah mulai sangat aktif, mulai dari mobilitas kecil nan terbatas sebab otot-ototnya belum tumbuh dan kuat dengan sempurna, hingga aktivitas bermain dan berlari-lari saat kekuatan ototnya telah mampu menopang bobot tubuhnya.



Pertumbuhan dan Kegemukan

Masa pertumbuhan anak sangat krusial karena masa pertumbuhan merupakan masa penentu bagi anak. Penentu dalam hal daya tahan tubuhnya terhadap virus, kecerdasan otaknya, dan perkembangan psikisnya. Daya tahan tubuh dan kecerdasan otak anak sangat bergantung pada asupan makanan nan diberikan.

Makanan nan diberikan mestilah memenuhi baku gizi nan cukup bagi anak. Jangan pula memberikan asupan gizi nan melebihi dosis semestinya dengan asa agar anak bisa tumbuh lebih optimal, memiliki kekebalan tubuh nan sangat baik, dan memiliki kecerdasan intelektual nan baik pula.

Alih-laih mendapatkan semua itu, nan ada malah anak akan terserang penyakit atau kelainan, misalnya saja obesitas. Obesitas merupakan penumpukan lemak di badan atau kegemukan nan berlebih. Obesitas tidak hanya menyerang manusia dewasa saja, anak-anak pun bisa terkena obesitas sebab asupan gizi nan diberikan orang tua pada masa pertumbuhan tak diperhatikan dengan saksama. Keinginan memberikan sesuatu nan optimal pada masa pertumbuhan tak berupa memebrikan segala sesuatu secara berlebihan.

Obesitas pada anak akan menyebabkan anak dalam kondisi tak nyaman dan malah bisa menimbulkan penyakit lain, bahkan obesitas bisa menyebabkan kematian. Konsumsi gula nan hiperbola pada asupan nan diberikan bisa menyebabkan obesitas pada anak selain bisa menyebabkan karies gigi.

Konsumsi susu nan berlebih pun bisa menjadi penyebab obesitas. Anak nan gemuk memang akan tampak lucu dan menyenangkan. Namun, jika kadar gemuknya hiperbola akan menyulitkan anak dalam beraktivitas. Pada masa pertumbuhan anak adalah masa anak buat bermain.

Aktivitas bermain pada anak bisa melatih sensor motoriknya sehingga bermain pada anak memang dianjurkan. Anak nan sehat adalah anak nan getol saat bermain bahkan terkadang akan menangis atau enggan jika diajak tidur atau dihentikan aktivitas bermainnya. Saat bermain, semua otot dan otak anak bekerja, aktivitas itulah nan mendukung kecerdasan anak pada masa pertumbuhan.

Sensitivitas anak terhadap lingkungannya pun bisa terlatih pada saat mereka bermain. Namun lain halnya bagi anak nan terkena obesitas, rata-rata mereka mengurangi mobilitas dan aktivitasnya sebab terbatasi oleh kondisi badan nan terlalu gemuk, nan terlalu berat sehingga menyulitkan anak buat bisa lebih aktif lagi. Anak gemuk belum tentu sehat.

Kegemukan tak menunjukkan kondisi kesehatan anak. Asumsi banyak orang nan mengira anak nan tak gemuk mengindikasikan tak sehat atau mungkin terkena cacingan menjadi momok bagi orang tua.Itu sebabnya mereka terkadang memberikan asupan nan melebihi batas ambang wajar bagi anak.

Akhirnya anak menjadi kegemukan. Jika sudah mengalami kegemukan atau obesitas, agak susah buat menurunkannya kembali karena berhubungan dengan rutinitas makana nan telah biasa dikonsumsi oleh anak. Jika mengalami obesitas, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter anak sehingga mendapat penanganan nan tepat.

Pemberian susu secukupnya pada masa pertumbuhan, tak banyak diberi multivitamin namun sebaiknya diberi banyak konsumsi buah-buahan dan sayuran, menghindari konsumsi gula berlebih pada anak nan terdapat dalam kue, ek krim, cokelat, atau permen, sebaiknya hindari anak dari konsumsi permen. Hal nan cukup krusial pula adalah mengajak anak berolah raga sinkron dengan kapasitasnya, misalnya berjalan di sekitar kompleks perumahan atau berenang.



Pertumbuhan - Jalan Pintas Asupan Olahan

Kebiasaan orang tua nan mendapati anaknya susah makan, terlebih mengonsumsi buah dan sayuran pada masa pertumbuhan adalah dengan memberikan multivitamin atau susu sebagai pengganti kebutuhan nutrisinya. Hal tersebut jika dilakukan secara berkala dan tak menjadi Norma bisa mendukung penuh terhadap pertumbuhan anak, itupun sebaiknya dikonsultasikan dengan pakar gizi anak agar pemberian multivitamin sinkron takaran dan kebutuhan tubuh anak.

Rata-rata orang tua berpikir dengan pemberian multivitamin, anak menjadi sehat meski tak mendapat konsumsi buah dan sayur nan cukup karena kebutuhan tersebut sudah tergantikan/terdapat dalam multivitamin. Multivitamin hanyalah ekstrak saja, namun lain jika anak benar-benar mengonsumsi langsung buah dan sayur. Manfaatnya akan berbeda karena nan dikonsumsi anak ialah sesuatu nan alami, bukan hasil olahan.

Manfaat multivitamin tentu tidak sebanding dengan kegunaan nan didapat dari konsumsi secara lamngsung buah dan sayur. Dalam proses ekstraksi, tentu saja ada bagian atau kandungan sayur dan buah nan terkontaminasi atau rusak sehingga manfaatnya kurang optimal.

Solusi mudah dalam masa pertumbuhan bagi anak nan susah makan adalah memebrikan multivitamin, dan hal tersebut telah menjadi semacam tren di kalangan ibu-ibu muda nan sibuk dan tak kreatif dalam memberikan asupan makanan pada anak.

Semestinya seorang ibu memiliki kreativitas nan tinggi dalam mengolah dan menyiapkan makanan bagi anak nan susah makan. Bukan dengan jalan pintas memberikan multivitamin. erlebih lagi bagi anak nan kemudian getol mengonsumsi makanan cepat saji di restoran atau makanan olahan lainnya seperti nugget dan sosis. Susah makan bukanlah kesalahan anak karena kesamaan anak pada masa pertumbuhan ditandai dengan susah makan.

Pada masa pertumbuhan, kepenasaran anak sangatlah tinggi, begitupun dengan rasa bosan anak. Jika orang tua tak kreatif melakukan berbagai macam trik dalam membujuk anak makan, maka akhirnya anak akan lebih suka makanan nan kurang sehat dan kurang baik bagi pertumbuhan tubuhnya. Kegemaran anak mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan olahan bukanlah kesalahan anak melainkan kesalahan orang tua nan mengenalkan kemudian membiasakan anak mengonsumsi makanan praktis semacam itu.

Dalam masa pertumbuhan pun kesamaan anak memang susah buat mengonsumsi buah dan sayur, padahal konsumsi buah dan sayur sangat mendukung bagi pertumbuhan tubuh dan kecerdasannya. Sebaiknya, orang tua tak memperkenalkan anak dengan makanan cepat saji dan olahan semacam itu karena bisa memunculkan kegemaran hiperbola pada anak. Sekali dikenalkan, maka anak akan teringat terus, anak akan terus kangen, merindukan makanan cepat saji dan olahan.

Juga Norma orang tua dalam membujuk anak nan susah makan, nan diiming-imingi dengan pembelian makanan cepat saji atau olahan jika anak mau melahap makanan nan hendak disuapkan. Nantinya, anak akan menagih “janji” tersebut dan selalu teringat terhadap makanan olahan tersebut.

Pemberian makanan nan nilai gizinya tak sebanding dengan pertumbuhan anak adalah pemberian mie instan dan bakso. Kesamaan orang tua ialah: asalkan anak makan, apa pun nan dikonsumsinya asalkan tak kelaparan. Banyak kita temui anak usia tiga tahun telah diberi bakso atau mie instan. Kegemaran orang tua mengonsumsi mie instan dan bakso diwariskan secara dini terhadap anak.

Akhirnya, anak lebih getol makan makanan semacam itu dibanding makanan nan memiliki nilai gizi nan baik. Orang tua harus lebih hati-hati dalam memberikan makanan terhadap anak, juga harus lebih siap menjadi orang tua nan baik nan bisa memberikan keoptimalan dalam pertumbuhan anak, baik dari segi perhatian maupun tindakan.

Masa pertumbuhan ialah masa nan sangat krusial bagi anak, bagi kelangsungan kekebalan tubuhnya dan juga kecerdasannya. Anak cenderung mencontoh apa nan dilakukan orang tua, termasuk konsumsi makanan. Itu sebabnya, orang tua mestilah bijak memilih asupan makanan nan pantas dikonsumsi buat anak sinkron dengan kebutuhannya dalam masa pertumbuhan.