Pengaruh Macam-macam Majas Terhadap Pembaca
Tidak hanya bahasa Indonesia nan mempunyai macam-macam majas , bahasa Inggris pun mempunyai majemuk majas nan disebut figurative speech . Macam-macam majas baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris tersebut fungsinya sama, yaitu memberikan nilai seni dan estetika dalam penggunaan kata.
Macam-macam majas ini biasanya banyak terdapat dalam cerita, puisi atau jenis tulisan naratif. Pidato pun terkadang sering dihiasi dengan penggunaan macam-macam majas terutama metafora, personafikasi, dan majas perumpamaan atau majas asosiasi.
Macam-macam Majas dalam Puisi
Kaulah Ratu Malam di hatiku
Kau bagai Bulan nan menari menemani mimpiku
Cahaya terang namun tidak benderang nan kau pancarkan
Bagai melingkupi semua batinku
Kehangatan itu membuatku merasa damai
Namun ... Kala kau menghilang, kau bagai angin berlari menyibak kepekatan malam
Hatiku tergoncang, batinku pun rebah tidak berdaya
Kalimat-kalimat dalam puisi tersebut menggunakan majas metafora (Ratu Malam), majas perumpamaan dengan menggunakan kata bagai (Kau bagai Bulan, kau bagai angin), dan majas personafikasi (Bulan nan menari, angin berlari). Sebuah puisi memang membutuhkan macam-macam majas nan akan membuat puisi itu semakin latif dan enak didengar.
Bila seseorang membuat puisi tanpa menggunakan macam-macam majas, puisi itu terasa hampa dan tak menarik. Kata-kata puitis itu ialah kata-kata perumpamaan nan dirangkai latif seolah bertautan seperti rangkaian kelopak mawar nan menyimbolkan mengembang cinta nan bersemi. Kalimat keterangan ini pun menggunakan majas personafikasi dengan kata seolah. Kalimat nan menyentuh perasaan itu bisa memberikan citra nan lebih menyentuh dan tak kaku. Lain dengan kalimat-kalimat nan digunakan dalam pembuatan laporan keuangan misalnya.
Kalimat-kalimat nan ada dalam laporan itu harus lugas dan tak mengandung arti ganda. Begitu pun dengan kalimat-kalimat nan ada dalam laporan penelitian. Penggunaan macam-macam majas hanya akan membuat pembaca bingung. Namun demikian, ketika melaporkan dua bentuk laporan tersebut dalam bentuk lisan atau presentasi, menggunakan macam-macam majas tak menjadi masalah. Malahan akan menambah kehangatan suasana rendezvous nan kadang terkesan kelam bagai dalam gua yang dalam di tengah hutan belantara nan belum terjamah tangan manusia.
Puisi-puisi kritik apalagi. Model puisi macam ini akan menggunakan banyak lagi majas. Dapat jadi setiap bait mengandung macam-macam majas nan menghiasi baris-baris perumpamaan nan bermakna dalam.
Bila penguasa menunjuk kambing hitam
Kicau burung pagi hari bagai guruh dalam badai
Daun menari kesetanan, tanah bergoyang menyanyikan lagu tsunami perih
Bumi bernapas hembuskan awan panas
Sesak dada menerima fitnahan dan cacian
Harapkan keadilan bagai pungkuk merindukan Bulan
Puisi di atas menggunakan macam-macam majas nan membuat tema serius menjadi semakin mencekam jiwa. Majas perumpamaan atau majas asosiasiyang menggunakan gejala alam bisa membuat pembaca memahami betapa ketika seorang penguasa dengan kekuasaannya bisa membuat seseorang menderita dan mendekam dalam penjara. Seperti nan terjadi pada Antasari Azhar, mantan Ketua KPK nan difitnah dan harus melalui pengadilan sesat seperti nan dikatakan oleh Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi.
Antasari Azhar mungkin saja bukan satu-satunya orang nan pernah mengalami difitnah dan harus mendekam di balik jeruji besi. Tapi, latar belakang Antasari Azhar nan juga paham hukum membuat cerita kehidupan beliau menjadi suatu pelajaran nan patut disimak dan dipelajari sehingga dikemudian hari tak ada lagi peristiwa nan memilukan seperti ini. Simpati nan diberikan kepada beliau bukan semata-mata sebab bentuk rasa kasihan, tapi ada rasa keadilan nan terkoyak, tersobek, tercerai-berai bagai hati nan disayat sembilu, lalu diberi perasan jeruk nipis. Perih!
Puisi dengan macam-macam majas tersebut penulis dedikasikan spesifik buat Antasari Azhar. Teriring do’a agar beliau tabah dan terus berjuang mendapatkan novum baru dan semoga para saksi nan telah memberatkan dan bersaksi palsu dibukakan hatinya sehingga keadilan dapat didapatkan oleh Antasari Azhar.
Macam-macam Majas dalam Novel dan Buku
Bila dalam sebuah puisi, penggunaan macam-macam majas masih terbatas, tak dalam sebuah novel. Seorang pengarang dapat menggunakan banyak sekali majas. Misalnya, majas alegori nan memaknai sesuatu dengan perbandingan secara menyeluruh (suami bagai pilot rumah tangga dan istri bagai kopilotnya), majas perumpamaan, majas metafora, majas antilesis nan membandingkan dua hal nan mempunyai arti nan antagonis (air susu dibalas dengan air tuba), majas bertentangan dengan harapan (Bagus sekali kau masih tidur kala matahari telah tegak berdiri), majas hiperbola, dan majas-majas lainnya. Perhatikan contoh berikut ini.
Jingga menangis meratapi kepedihan jiwanya. Kekasih hatinya memilih tak bersamanya. Dia terus berusaha buat percaya kalau kekasihnya mencintainya bak merpati nan tidak ingkar janji. Tapi batinnya sering menjerit manakala kekasih hatinya meninggalkannya dengan berbagai alasan. Dia paham bahwa kekasihnya itu mempunyai istri dan anak. Tapi sebagai istri nan juga berhak atas suaminya, Jingga ingin suaminya tidak banyak membual dengan melontarkan kata-kata bagai air terjun Niagara. Ingin rasanya Jingga berlari seperti Singa dan tidak kembali seperti waktu nan berlalu. Tapi, cinta kudus dan ketulusan serta kewajiban sebagai istri, menghentikan langkahnya. Dia sadar akan keputusan nan diambilnya sehingga keadaan nan dialaminya dirasakan bagai makan sambal pare nan pahit, tapi tetap nikmat di lidah.
Penggunaan macam-macam majas tersebut dapat juga terdapat dalam sebuah artikel atau sebuah buku dengan tema tertentu. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
Ketika rumah tangga terbatuk-batuk dan tergoncang oleh turbulensi kehidupan, suami nan bertindak bagai pilot dan istri sebagai kopilot harus berjuang bersama sehingga mereka dapat mendarat dengan selamat. Tapi kalau keduanya tak dapat bekerja sama, pesawat kehidupan mereka akan jatuh dan mungkin saja bila tidak sempat mengenakan perasut, keduanya akan terhempas dan wafat bersama dengan isi pesawat kehidupan itu.
Sang penulis menggunakan macam-macam majas sehingga membuat keterangan tentang interaksi suami istri itu terlihat cukup dramatis dan menyentuh. Penulis nan hebat memang mampu memainkan majemuk majas itu menjadi satu kesatuan utuh sehingga membentuk kalimat-kalimat nan bisa menyentuh kalbu. Sentuhan dari kalimat nan begitu halus itu dapat membuat pembaca terinspirasi atau bahkan mampu melakukan hal-hal nan luar biasa. Itulah salah satu kekuatan pikiran nan dimiliki oleh seorang penulis.
Pengaruh Macam-macam Majas Terhadap Pembaca
Macam-macam majas nan menggambarkan keadaan alam, keadaan situasi eksklusif dapat membuat pembaca berimajinasi dan seolah-olah benar-benar berada di loka dan dalam situasi tersebut. Tidak sporadis pembaca terlarut dalam sebuah cerita sehingga menitikkan air mata dan tergerak hatinya buat melakukan sesuatu seperti nan digambarkan dan nan diharapkan oleh penulis tersebut.
Kekuatan merangkai kata dengan menggunakan macam-macam majas membutuhkan pengetahuan dan kedalaman berpikir dari seorang penulis. Bila penulis tak dapat menyelami macam-macam majas tersebut dengan baik, tulisan penulis tersebut akan terasa hambar bagai semur jengkol tanpa garam. Oleh sebab itulah, buat mendapatkan jiwa dan memberikan roh pada macam-macam majas nan dipakainya dalam sebuah tulisan, seorang penulis butuh banyak membaca, banyak mendengar, banyak merenung, dan banyak berpikir agar mendapatkan ilham nan baik.
Ilham itu seolah menjadi sebuah amanat nan dilimpahkan oleh Yang Maha Pemberi kepada seorang penulis agar menyampaikan kebaikan dan ilmu nan kegunaan bagi orang lain. Tentunya, apa nan dilakukan oleh penulis itu tak hanya akan membuahkan materi, tapi juga pahala tidak terputus baginya kelak setelah kematiannya.