Membangun Citizen jurnalisme

Membangun Citizen jurnalisme

Membicarakan jurnalisme warga ialah bukti bahwa masyarakat itu sekarang sudah kritis. Mereka tidak hanya sebatas jadi penonton dalam sebuah sajian warta saja. Masyarakat pun tidak ketinggalan ingin membuat warta sendiri sinkron dengan sudut pandang sendiri. Mereka ingin mencari kebenar atas peristiwa nan dia saksikan, dengan bahasa dan penyajian nan diinginkan.

Perhatikan saja sekarang industri media massa sudah banyak menyajikan konten warta nan disajikan langsung oleh masyarakat. Terutama berita-berita nan bersifat incidental, misalnya kecelakaan, bala dan ada juga nan sifatnya liputan khas.


Dengan menggunakan telepon seluler nan ada fasilitas kameranya, orang dapat mudah merekam sebuah peristiwa besar, nan dia saksikan di depan mata. Kemudian peristiwa itu dijual kepada televisi swasta.
Selain itu ramainya radio partikelir nan berbasis komunitas, menjadi bukti bahwa sekarang produk warta tidak lagi didominasi oleh perusahaan broadcasting besar. Toh semua nan berhak memilih ialah masyarakat selaku konsumennya.



Pengertian jurnalisme warga

Menurut seorang profesor dari Universitas Alabama, Amerika Serikat, David K. Perry, gerakan jurnalisme publik (sering pula dikenal sebagai ]jurnalisme warga ialah upaya buat mengubah pendapat bahwa para jurnalis dan pemirsa (audiens) hanyalah penonton dalam proses politik dan sosial. Dalam posisinya, jurnalisme publik mencoba buat menempatkan pembaca dan anggota-anggota komunitas sebagai partisipan.
Gagasan jurnalisme publik ialah menyuplai warta dan informasi nan dibutuhkan oleh masyarakat, supaya mereka dapat memenuhi kewajiban sebagai rakyat buat membuat keputusan-keputusan di dalam wilayah demokratis.


Langkah primer jurnalisme publik ialah mengumpulkan masyarakat buat membicarakan masalah-masalah kebijakan sosial dan menyalurkan pendapat mereka melalui televisi, radio, media internet, dan media cetak. Tingginya taraf keterlibatan masyarakat modern dengan teknologi dan media massa telah menjadikan misi ini terlaksana cukup baik.

Kita dapat melihat berbagai media massa, khususnya radio, televisi, dan media internet, menyediakan acara dan program-program nan melibatkan pemirsa dalam membahas berbagai isu. Biasanya pemirsa dipersilakan mengikuti acara langsung di studio atau melalui telepon dan sms, kemudian menyampaikan tanggapan nan dibicarakan lebih lanjut.

Dalam The Roots of Civic Journalism (Akar-akar Jurnalisme Publik), David K. Perry menjelaskan prinsip-prinsip dasar jurnalisme publik, yaitu:

  1. Mencoba menempatkan surat kabar dan para jurnalis sebagai partisipan aktif di dalam kehidupan komunitas, bukan sebagai penonton nan terpisah.
  2. Menjadikan surat kabar sebagai lembaga buat mendiskusikan masalah-masalah komunitas.
  3. Mengutamakan isu-isu, peristiwa-peristiwa, dan masalah-masalah nan krusial bagi khalayak ramai.
  4. Mempertimbangkan opini publik melalui proses diskusi dan debat bersama anggota-anggota komunitas.
  5. Berusaha menjadikan jurnalisme sebagai kekuatan sosial.


Tujuan jurnalisme

Dengan jurnalisme publik, masyarakat generik akhirnya memperoleh kekuatan dan saluran buat memperhatikan masalah-masalah publik, bahkan turut serta mengambil tindakan. Misalnya, saat media melibatkan masyarakat dalam diskusi mengenai pemanasan dunia (global warming), banyak di antara anggota masyarakat nan akan tergugah buat melakukan perubahan gaya hayati demi menyelamatkan lingkungan.

Dalam hal politik, jurnalisme publik mengizinkan masyarakat buat lebih dekat dengan proses politik seperti langkah-langkah pemilihan pejabat pemerintahan. Publik dapat menyuarakan pendapat akan kandidat-kandidat nan diajukan melalui telaah pendapat (polling) di media massa atau lembaga diskusi. Meski tak dijamin akan mempengaruhi pilihan pembuat keputusan, paling tak pemerintah dan rakyat dapat melihat adanya keberagaman pendapat.


Jurnalisme publik tak dapat diandalkan buat menyelesaikan segala macam masalah nan dihadapi sebuah kota, propinsi, atau negara, tetapi keberadaan suara rakyat di media massa akan memberi kekuatan pada publik dan demokrasi. Masyarakat tak akan merasa terasing lagi di tengah proses sosial dan politik nan terjadi di sekelilingnya.



Membangun Citizen jurnalisme

Pemerintah menjadi kebebasan berpendapat bagi masyarakatnya. Media massa merupakan salah satu wujud kebebasan mengeluarkan pendapat. Namun itu masih terbatas di lingkungan perkotaan, bagaimana dengan saudara kita nan tinggal daerah terpencil, misalnya di wilayah perbatasan dengan negara lain. Di mana akses media massa Jakarta maupun daerah sulit didapat. Masyarakat kota terutama Jawa sulit mencari warta tentang wilayah perbatasan, demikian juga dengan orang perbatasan sulit update warta tentang issue nasional, bahkan cenderung tertinggal.

Pada kasus ini, sebenarnya masyarakatnya sendiri nan harus dimotivasi buat membentuk media massa sendiri. Maksudnya buat kebutuhan konsumsi warta dan hiburan sendiri.
Ada sejumlah media alternatif nan dapat dijadikan sebagai wadah menyampaikan informasi dan warta. Misalnya radio dengan frekwensi FM, internet, bulletin maupun koran.
Semua itu tergantung peran serta warga buat meramaikan kegiatan pembuatan berita. Tanpa ada partisipasi dari mereka, warta sehebat apapun tidak ada gunanya sebab mereka tidak diajak dalam proses pembuatan.




Tips membuat warta sendiri

Selama ini citizen jurnalisme nan berkembang di masyarakat, terlalu vulgar dan dibikin asal-asalan dengan pemberitaan sepihak saja. sehingga terkesan warta nan disampaikan seperti menghasut objek berita, dan akibatnya fatalnya malah mematikan karakter objek berita. Tentu warta seperti itu masuk termasuk warta sampah dan menjurus pada fitnah.

Membuat warta itu perkara mudah dan cepat, siapa pun dapat melakukannya. Walaupun demikan, warta nan baik harus mengikuti beberapa kaidah jurnalisme agar warta nan disampaikan dapat diterima dengan baik.
Berikut ini tips membuat warta sinkron dengan kaidah jurnalisme.

  1. 5 w + 1h

Ilmu jurnalisme mengenal rumus 5 w + 1 h rumus ini kepanjangan dari what / apa , where / dimana , when/ kapan , who / siapa, why / mengapa dan how / bagaimana.

Dalam satu artikel berita, pembuat warta harus mengikuti rumus-rumus di atas. Maksudnya sebelum Anda menulis berita, sebaiknya mengumpulkan dulu fakta-fakta di lapangan ketika mengenai topic warta nan akan ditulis.


Data-data itu antara lain tanggal peristiwa, pelaku berita, loka kejadian, dan akar permasalah hingga menyebabkan sebuah peristiwa atau keputusan oleh pelaku berita.
Jangan sungkan dalam proses mengumpulkan data sebaiknya interview langsung dengan narasumber dan orang nan dianggap krusial dalam permasalahan ini.

Sekiranya data nan dikumpulkan lengkap, langkah selanjutnya ialah menyusun warta sinkron dengan rangkaian peristiwa dan rumus 5 w + 1 H diatas. Sebelum naik cetak atau posting di internet, sebaiknya di edit terlebih dahulu, jika ada kesalahan ketik, segara dikoreksi. Demikian juga sekiranya ada nan kurang, dapat segera ditambahi.

  1. Penyajian seimbang

Penyajian warta nan baik, mengikuti prinsip warta seimbang. Jangan lantas memihak pada satu narasumber, sehingga nanti terkesan warta itu terlalu berat sebelah. Bahkan dapat menimbulkan permasalahan baru.
Pewarta nan baik, ketika menulis warta posisinya harus netral, tak memihak siapapun. Maka dari itu saat menyajikan warta sebaiknya juga penggunaan both cover story, menyajikan warta dari dua frame nan berbeda.
Untuk mencapai level warta seperti itu bagi orang awam cukup sulit. Tapi melalui belajar dan latihan menulis warta rasanya nanti akan terlatih, dan mampu menyuguhkan warta nan berkwalitas dan enak dibaca.

  1. Bahasa


Bahasa dalam jurnalistik merupakan saluran krusial buat menyampaikan sebuah informasi. Gunakanlah bahasa Indonesia nan baik dan benar. Bahasa buat warta ialah bahasa tulis nan sifatnya lugas. Penyampaian beritanya jangan berbelit-belit. Menulis warta sebaiknya jangan menggunakan singkatan kata atau kalimat nan tidak baku. Dan kalau perlu si pembuat warta dapat menyisipi kosa kata daerah.
Bisa juga menggunakan bahasa daerah setempat jika memang target pembacanya ialah hanya kalangan terbatas. Menggunakan bahasa dearah dapat menarik perhatian orang awam buat membaca warta tersebut.

  1. Variatif

Pembuat warta nan baik, dia tahu siapa nan kelak akan mengonsumsi beritanya. Maka dari itu agar warta nan disajikan dapat diterima semua kalangan sebaiknya dalam sekali terbit, pembuat warta menyajikan berbagai menu informasi dengan menyasar semua kalangan usia.

Membangun semangat menyajikan warta kepada warga, butuh proses nan panjang, dan pembelajaran. Gairah menulis warta di kalangan masyarakat, perlu diapresiasi positif, ini menunjukan, demokrasi Indonesia menuju sebuah kemajuan bangsa.

Bangsa nan maju dan makmur itu diukur dari dinamika industri broad casting dan penerbitan. Pemerintah tidak berhak lagi mengatur apalagi mengontrol kebebasan masyarakatnya buat bersuara. Melainkan memberikan fasilitas dan melindungi hak mereka.


Demikianlah sekilas tentang, jurnalisme warga, nan menjadi pilihan alternatif. Semoga bermanfaat.