Lion Airline dan Kecelakaan Pesawat
Lion Airline mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Indonesia, ketika menawarkan tiket murah buat setiap penerbangan domestik. Pelayanan transportasi udara nan selama hanya menjadi kebutuhan kalangan pebisnis dan masyarakat ekonomi kelas atas, tiba-tiba saja bergairah. Antrian panjang selalu mewarnai setiap bandar udara nan selama bertahun-tahun sepi peminat kecuali ketika musim ibadah haji tiba.
Lion Airline telah sukses mengubah kerangka berpikir bahwa menggunakan pesawat itu mewah dan mahal, menjadi sangat terjangkau. Bayangkan saja buat penerbangan dengan Lion Airline ke Surabaya, dibanding dengan ongkos kereta barah kelas bisnis malah lebih mahal kereta api. Tapi sayangnya kebijakan tiket murah ini tak sejalan dengan optimalisasi keamanan penerbangan. Lion Airline sebuah maskapai penerbangan asal Indonesia ini, seringkali mengalami kasus kecelakaan dan terlambat terbang.
Kebijakan tiket pesawat murah nan dijalankan Lion Airline ialah mengadopsi kebijakan transportasi udara di eropa. Namun kebijakan ini tak berjalan lama sebab ternyata ada hal-hal penting seperti keselamatan penumpang nan terabaikan.
Apabila sisi ini saja tetap mendapat prioritas, maka kebijakan tiket pesawat murah nan dijalankan Lion Airline akan menjadi bagian krusial buat menggairahkan global penerbangan di Indonesia. Tentu saja tak lantas membuat maskapai lain kebakaran jenggot dan serta-merta ikut-ikutan kebijakan nan diambil Lion Airline ini.
Menjual tiket murah buat penerbangan domestik seperti nan dijalankan oleh maskapai Lion Airline dan belakangan diikuti pula oleh maskapai penerbangan Adam air dan nan lainnya, menurut pengamat penerbangan masih tetap dapat dilaksanakan.
Dapat dilaksanakan dalam arti masih memungkinkan memberikan laba dan akan tetap banyak peminatnya, asal jangan memangkas biaya dari pos-pos krusial seperti sistem perawatan pesawat sebelum dan sesudah penerbangan. Bila biaya ini nan dipangkas, dikhawatirkan akan menyebabkan terabaikannya keselamatan penumpang.
Lion Airline tak saja menjadi maskapai penerbangan pertama di Indonesia nan memberikan layanan tiket murah, tapi menjadi maskapai penerbangan di Asia pertama nan setiap penerbangannya menyediakan dua kelas sekaligus yaitu buat kelas bisnis dan kelas ekonomi.
Maskapai penerbangan Lion Airline sampai dengan 2011 didukung oleh pesawat 55 buah pesawat Boeing 737-900 ER sebuah pesawat berbadan lebar, 2 buah pesawat Boeing 747-400 dan armada dalam proses pemesanan yaitu 201 pesawat Boeing 737 Maxs, 12 buah pesawat Boeing 737-800 dan sebanyak 140 buah pesawat Boeing 737-900 ER. Sebelumnya (sampai dengan pertengahan 2011), maskapai penerbangan Lion airline juga pernah didukung MD-82, Boeing 737-200 dan Airbus A310-300.
Lion Airline Berbekal Pengalaman Pariwisata
Tak kurang dari 13 tahun kakak beradik, Kusnan dan Rusdi Kirana bergelut dengan global pariwisata di bawah bendera Lion Tours. Bisnis di global travel dan pelayanan pariwisata ini telah sukses meraup sukses, namun impian keduanya tetap ingin memiliki maskapai penerbangan sendiri. Mungkin ketika mencarter pesawat buat kepentingan tour itulah, keduanya sering bersinggungan termasuk dalam bidang bisnisnya.
Namun, impian itu baru terwujud pada Oktober 1999. Dengan kapital awal 10 juta dollar Amerika, keduanya secara sah membuka perusahaan dalam bidang transportasi udara ini. Operasionalnya sendiri tidak langsung saat itu juga melainkan baru dimulai pada 30 Juni 2000 dengan menyewa sebuah pesawat Boeing 737-200. Ini tanggal nan menjadi sejarah bagi Kusnan dan Rusdi Kirana, impian buat punya maskapai penerbangan telah terkabul.
Maskapai penerbangan milik Kusnan dan Rusdi Kirana ini diberi nama Lion Air atau Lion Airline, diambil dari nama perusahaan sebelumnya Lion Tours nan telah dikenal.
Sebagai maskapai penerbangan partikelir nan melayani rute domestik, Lion Airline di bandara Soekarno-Hatta tak seperti penerbangan lokal lainnya nan berada di Terminal 1 A, maskapai penerbangan Lion Airline justru ditempatkan di Terminal 2F atau terminal embarkasi dan kedatangan maskapan penerbangan internasional.
Namun ini menjadi motivasi tersendiri bagi Kusnan dan Rusdi Kirana, sebab seiring dengan berkembangnya bisnis transportasi udara ini, Lion Airline justru ingin bersaing dengan Garuda dan Saudi Arabian Airline nan sama-sama melayani perjalanan ibadah umroh.
Untuk keperluan bersaing di pasar trasportasi udara internasional, maskapai penerbangan Lion Airline telah memesan secara bertahap 178 buah Boeing 737-900 ER. Sejauh ini armada nan sudah siap melayani rute internasional ialah 2 buah Boeing 747-400 nan telah dimiliki maskapan Lion airline.
Lion Airline dan Kecelakaan Pesawat
Dengan kebijakan tiket murah nan dilakukan maskapai Lion Airline, semakin dipertanyakan banyak pengamat transportasi udara. Hal ini mengemuka sebab ternyata seiring dengan kebijakan tiket murah nan ditawarkan maskapan Lion Airline, diikuti pula oleh banyak insiden mulai dari nan ringan sampai dengan kategori berat dan merenggut banyak nyawa.
Kejadian ini semakin menguatkan dugaan bahwa kebijakan harga tiket murah itu dilaksanakan dengan memangkas biaya dari pos-pos penting seperti perawatan rutin pesawat dan seleksi kru pesawat. Namun tentu saja hal ini dibantah oleh manajemen maskapai penerbangan Lion Airline.
Insiden pertama nan dialami maskapai penerbangan Lion Airline ialah oleh pesawat Boeing 737-200 rute Jakarta-Pekanbaru-Batam pada 14 Januari 2002. Pesawat dengan nomer penerbangan 386 PK-LID ini gagal terbang dan akhirnya pesawat terjerembab sejauh lima meter. Dalam insiden ini, 7 orang menderita luka berat dan patah tulang.
Lalu, pesawat Lion Airline MD-82 nan melayani rute Ambon-Makasar-Denpasar dengan nomer penerbangan 787 keluar landasan saat mendarat di Bandara Hasanuddin. Jenis pesawat nan sama juga mengalami hal nan sama ketika mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Pesawat dengan nomer penerbangan 332 itu melayani rute Jakarta-Palembang.
Masih segar dalam ingatan kejadian insiden di Palembang, jenis pesawat nan sama yaitu MD-82 pada 30 Nopember 2004, menewaskan 26 orang penumpang saat pesawat milik Lion Airline dengan nomer penerbangan 538 tersebut tergelincir pada saat mendarat di Bandara Adisumarmo, Solo. Dua bulan kemudian pesawat jenis MD-82 ini mengalami insiden kembali ketika ban kempes dan gagal take-off di Bandara Wolter Mongonsidi.
Lagi-lagi pada 3 Februari 2005, MD-82 mengalami insiden, tergelincir keluar landasan pada saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. Selang sembilan hari, pesawat jenis nan sama mengalami hal serupa di Bandara Selaparang, Mataram.
Dari sekian insiden menghebohkan ialah ketika Boeing 737-900ER nan baru dipesan Lion Airline nan melayani rute Jakarta-Pekanbaru juga mengalami kejadian serupa yaitu tergelincir pada saat mendarat. Pesawat Lion Airline dengan nomor penerbangan 598 itu membuat heboh global penerbangan di tanah air. Ketika tergelincir di landasan Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, semua penumpang memang selamat.
Namun, Dirjen Perhubungan Darat tetap melarang Boeing 737-900ER mendarat di Pekanbaru bila landasan basah. Terpaksa buat melayani rute tersebut, maskapai penerbangan Lion Airline kembali menggunakan Boeing 737-400 nan rencananya akan dipensiunkan.
Dari sisi harga tiket, maskapai penerbangan Lion Airline, memang murah dan membuat transportasi udara semakin bergairah. Tapi banyaknya insiden nan dialami oleh Lion Airline juga menyisakan pekerjaan rumah nan besar, tak saja bagi jajaran manajemen, tapi juga otoritas pemberi ijin penerbangan.
Artinya sudah sejauh mana peran otoritas global penerbangan nasional melakukan audit nan jujur dan bersih, sehingga diketahui faktor apa sebenarnya nan dialami maskapai Lion Airline sehingga begitu banyak terjadi insiden. Kalau memang hal ini terjadi dampak adanya biaya pada pos-pos vatal nan dikurangi buat memangkas harga tiket sehingga menjadi murah, maka harus segera ditindak lanjuti.
Kalaupun Lion Airline memang tetap diberlakukan penjualan tiket murah buat kelas ekonomi, harus tetap diiringi dengan mengutamakan keselamatan agar gairah transportasi udara sekarang ini tak sengaja dipadamkan kembali. Buat apa murah kalau ternyata gampang sekali celaka!