Beberapa Mitos dalam Video Seram
Beredarnya video seram di masyarakat Indonesia telah menjadi hal nan lumrah. Bahkan dalam beberapa kalangan, hal tersebut telah menjadi sebagian dari hobi mereka di global hiburan.
Beberapa kejadian nan dianggap muskil nyatanya mampu dipertontonkan kepada khalayak dalam berbagai media massa. Salah satunya ialah tayangan nan setiap malam Jumat masih digandrungi oleh para pecinta horor, yakni program TV " [Masih] Global Lain ".
Tayangan tersebut pada mulanya merupakan tayangan nan menarik perhatian sebab memperlihatkan sisi lain dari global mistik nan selama ini tak pernah kita lihat, dengar, atau rasakan sebelumnya.
Dalam tayangan tersebut, beberapa tempat-tempat angker nan terkenal di Indonesia dikunjungi oleh kru acara buat memastikan bahwa loka tersebut memang mampu menyajikan sajian gaib nan diharapkan penonton horor di Indonesia.
Tidak hanya itu, ketika program televisi tersebut pertama kali ditayangkan, ada beberapa ritual spesifik nan dilakukan oleh kru acara beserta ahli spiritual (ustad, parapsikolog, dll.) dengan memberikan sesembahan dan bacaan agar para makhluk global lain mau menampakkan diri di depan peserta uji nyali dan di hadapan kamera.
Namun pada perkembangannya, tayangan tersebut kemudian dicekal dan dianggap tak layak tayang sebab mengangkat nilai-nilai takhayul secara hiperbola sehingga mengakibatkan munculnya dogma nan berbau musyrik di kalangan umat Islam.
Pemanggilan nan dilakukan kru acara terhadap makhluk global lain tersebut dianggap sebagai pelecehan dan tantangan terhadap manusia sebagai kreasi Tuhan. Oleh sebab itu, acara tersebut sempat vakum dalam beberapa waktu.
Namun, global entertainment memang tak pernah berhenti menyajikan majemuk sajian menarik sekaligus menantang bagi para penontonnya sehingga setelah masa vakum tersebut, muncullah acara serupa dengan judul [Masih] Dunia Lain. Bedanya, pada acara nan baru ini tak dilakukan sesembahan dan ritual eksklusif buat memanggil makhluk global lain agar mau menampakkan diri di hadapan peserta uji nyali dan kamera TV.
Acara reality show ini benar-benar hanya membuktikan kebenaran bahwa ada makhluk lain nan juga hayati berdampingan dengan manusia di global ini sehingga ketidakpercayaan beberapa peserta uji nyali bisa dibuktikan langsung dengan mengikuti acara tersebut.
Meskipun pada awalnya tayangan ini memiliki kecenderungan buat mengubah pola pikir masyarakat (secara tak langsung bertindak secara edukator), namun penangkapan nan salah dari masyarakat akan menjadikan nilai-nilai edukasi nan terdapat dalam tayangan tersebut berubah menjadi nilai-nilai konsumtif belaka.
Trauma Setelah Menonton Video Seram
Beberapa video seram nan ditayangkan program televisi tersebut memang memberikan hiburan bagi beberapa kalangan, khususnya kalangan pecinta horor atau orang-orang nan sama sekali tak percaya pada kekuatan mistik.
Akan tetapi, kebanyakan masyarakat Indonesia ialah masyarakat nan memercayai takhayul dan keberadaan makhluk mistik sehingga tayangan tersebut bukan saja mampu membuat rasa takut semakin menumpuk, tetapi juga memberikan kenyataan takhayul nan berlebihan.
Ada kalanya, entertainment menyajikan fakta sekaligus mitos secara bersamaan dalam video seram tersebut. Kedua hal nan bertolak belakang ini mampu memberikan anggapan membingungkan terhadap para penonton. Sebagai contoh, anggapan bahwa di ruangan gelap dan berasap makhluk mistik akan mudah menampakkan diri (baik dalam bentuk nyata, jejadian, ataupun hanya suara).
Beberapa fakta mengenai hal tersebut diungkapkan melalui video seram dalam tayangan horor. Akan tetapi, mitos juga kian bertebaran di mana-mana sehingga masyarakat memiliki ketakutan baru setelah menonton acara tersebut. Masyarakat jadi enggan jalan sendiri di loka nan gelap hanya sebab anggapan nan didapatnya setelah menonton video seram di televisi.
Rasa takut nan muncul dari masyarakat tak akan membuat para produsen tayangan televisi mengurangi tayangan tersebut. Sebaliknya, semakin besar ketakutan masyarakat akan hal itu, semakin gencar pula para produsen memproduksi tayangan bergenre horor buat memuaskan anggapan masyarakat mengenai mitos mistik nan beredar.
Tidak hanya itu, video seram juga acapkali ditonton oleh anak-anak di bawah umur sehingga memacu rasa trauma mereka terhadap global gaib. Selain berdampak negatif terhadap psikisnya, hal tersebut juga membuat perkembangan spiritual anak menurun sebab memiliki kepercayaan hiperbola terhadap hal-hal berbau mistik.
Beberapa Mitos dalam Video Seram
Beberapa tayangan di televisi menampilkan penampakan video seram buat menghibur masyarakat, mendidik masyarakat, serta membuat masyarkat nan tak percaya mistik menjadi percaya bahwa Tuhan memang menciptakan global lain tersebut.
Akan tetapi, dalam tayangan tersebut juga selalu muncul (mungkin pula sengaja dimunculkan) mitos nan kemudian beredar di masyarakat sebagai bentuk kepercayaan baru nan nantinya akan mendatangkan imbas bagi global enterteinment.
Beberapa mitos tersebut antara lain ialah sebagai berikut.
- Beberapa hantu nan muncul seperti pocong, kuntilanak, gunderewo, dan tuyul akan mengganggu manusia dalam keadaan sendiri atau dalam keadaan gelap.
- Hantu pocong dan kuntilanak merupakan jelmaan dari arwah gentayangan nan penasaran terhadap kematiannya.
- Hantu kuntilanak merupakan jelmaan arwah gentayangan nan jasadnya belum sempat dikuburkan dengan baik.
- Hantu gunderewo merupakan penghuni atau pemilik sebuah ruangan, pepohonan, atau rajanya global gaib. Oleh sebab itulah hantu gunderewo sering dideskripsikan dengan badan hitam nan besar (raksasa).
- Tuyul merupakan piaraan seseorang nan ingin kaya. Oleh sebab itulah, tuyul sering disebut-sebut sebagai hantu cilik nan suka mengambil uang.
- Hampir semua hantu atau setan diasumsikan sebagai makhluk nan jahat.
Mitos-mitos seputar makhluk mistik nan sering ditayangkan lewat video seram itu sepertinya memang sudah dipercaya masyarakat Indonesia sehingga sangat sulit buat menularkan ide rasional kembali kepada kalangan tersebut.
Pada satu sisi, dengan mengenal mitos mengenai makhluk mistik itu, manusia (masyarakat Indonesia) lebih sering melantunkan ayat-ayat kudus Al-Quran atau doa-doa buat menghindarkan diri dari agresi makhluk gaib. Akan tetapi di sisi lain, fenomena tersebut membuktikan bahwa masyarakat Indonesia melakukan ritual doa bukan sebab sang Pencipta, melainkan sebab rasa takut nan besar terhadap gangguan hantu atau setan tersebut.
Hal ini membuktikan adanya ketimpangan spiritual dalam proses pencapaian edukasi masyarakat lewat video seram. Tujuan edukasi nan pada awalnya berharap agar manusia lebih percaya pada kekuatan Ilahi malah berbalik menjadi ancaman nan besar sebab ketakutan terbesar muncul dampak anggapan kekuatan nan besar dari para hantu nan ditayangkan.
Hal seperti inilah nan seharusnya diantisipasi oleh pihak produsen entertainment sehingga bukan hanya laba individu atau kelompok saja nan diutamakan. Keselamatan spiritual masyarakat Indonesia juga harus diangkat sebagai bagian dari praktisi sekaligus konsumen entertainment.
Dunia hiburan lagi-lagi harus mempertimbangkan kembali tujuan entertainment dalam ruang lingkup masyarakat. Jika tujuannya ialah menghibur dan mendidik manusia agar lebih bermoral dan berwawasan luas, maka nilai-nilai budaya dan wawasan juga harus dimasukkan ke dalam poin-poin penayangan program.
Dengan begitu, tak akan ada lagi orang nan dirugikan secara mental hanya sebab melihat video seram nan ditayangkan sejumlah reality show (yang keuntungannya hanya akan didapatkan oleh pihak produsen dan praktisi tayangan tersebut).