Curug Putri di Gunung Pulosari
Bagi Anda nan suka mendaki gunung, Gunung Pulosari dapat menjadi pilihan nan menantang. Berada di daerah Pandeglang, Banten, gunung ini kerap menjadi pilihan para pendaki. Selain menjadi ajang uji fisik, Gunung Pulosari nan berada pada ketinggian sekitar 1.346 mdpl kerap kali menjadi gunung nan selalu meriah pada hari-hari tertentu, misalkan pada tahun baru, hari kemerdekaan, dan lain sebagainya.
Gunung Pulosari
Bagi masyarakat Banten, Gunung Pulosari merupakan gunung penuh dengan aura keramat. Sejak zaman dahulu, gunung ini merupakan lokasi pemujaan. Di sini banyak ditemui situs-situs antik dalam bentuk bebatuan. Bahkan sejarah mencatat, bahwa Sunan Gunung Jati dan Sultan Hasanuddin pernah melakukan perjalanan ke gunung ini buat menemui Pucuk Umun.
Izin Warga buat Mendaki Gunung Pulosari
Jika Anda hendak melakukan pendakian ke sini maka Anda akan memulainya dari Desa Cilentung nan posisi ketinggiannya berada pada 150 mdpl. Dari kampung sini, akan nampak beberapa petunjuk ke Gunung Pulosari ditambah dengan warga nan sudah paham dengan kedatangan para remaja nan membawa ransel gunung.
Namun sebelum mendaki, kita biasanya akan diminta menunjukan bukti diri kepada warga pengelola di bawah kaki gunung dan membayar semacam uang keamanan sekitar Rp3.000,00 per orang. Biasanya di sini akan dijelaskan lokasi mana saja nan harus diwaspadai dan tak boleh didekati.
Curug Putri di Gunung Pulosari
Perjalanan pun dimulai. Sama seperti kebanyakan gunung lain, awal jalur pendakian di Gunung Pulosari cukup landai dan belum penuh rintangan. Kita akan dibawa melintasi ladang kebun dengan suara-suara binatang kecil nan meriah.
Di perjalanan, pertama kita akan disuguhi pemondokan pertama nan biasa digunakan sebagai loka istirahat. Di sini ada sebuah parit nan juga biasa digunakan buat mandi. Pendakian selanjutnya dilakukan selama kurang lebih 90 menit, dan kita akan disuguhi air terjun bernama Curug Putri.
Kawah Tenda di Gunung Pulosari
Setelah menyebrangi parit di Curug Putri, perjalanan dilanjutkan kembali dengan medan nan lebih menantang. Tak jauh dari Curug Putri, ada sebuah pemondokan loka istirahat lagi, nan di dekatnya ada semacam genre mata sungai.
Semua pendaki disarankan mengambil air dari sini sebanyak-banyak buat keperluan perbekalan, seperti memasak air dan makan, sebab setelah 90 menit perjalan berikutnya, mereka akan segera sampai di loka membangun tenda di dekat kaldera Gunung Pulosari nan jelas-jelas airnya mengandung belerang dan tak enak untuk minum.
Meskipun demikian, kaldera ini bermanfaat menghangatkan badan dan dapat juga digunakan buat merebus telur. Nah, di sinilah para pendaki dari berbagai daerah akan saling bertemu.
Puncak Primer di Gunung Pulosari
Mayoritas tenda hanya dapat dibuka di areal kawah. Sementara buat menuju puncak, sangat susah sekali membuat tenda. Selain luasnya nan sempit, soal keamanan pun menjadi perhitungan pendaki tersendiri. Syahdan menurut warga sekitar, pernah terjadi perampokan dan pembunuhan di sini. Tapi itu sudah tidak lagi terjadi sepanjang pendaki tak melakukan pendakian sendiri-sendiri.
Perjalanan menuju puncak ini membutuhkan waktu selama 90 menit dengan medan nan lebih terjal dan licin. Kadang kita harus memegang akar-akar agar tak tergelicir ke jurang. Puncak ini hanya berupa dataran nan sempit dan jalan percabangan nan sporadis dilalui orang serta sebuah batu penanda batu kilometer.
Di sini juga ada sebuah pemancar pemantau gempa. Di sini air sudah dapat diperoleh dari sebuah cerukan resapan mata air dari akar di sebelah selatan puncak turun melintasi jalur ke kecamatan Seketi. Jika Anda ke sini pada musim kemarau, dapat dipastikan tak ada air.
Rute ke Gunung Pulosari
Nah, jika Anda merasa tertantang silahkan datang. Jika naik bus dari Jakarta, Anda harus menuju Serang tembuskan ke arah Labuan. Lalu, Turun di perempatan Mengger, disambung lagi naik angkutan kota jurusan kampung Cilentung. Dari sini, dimulailah pendakian.
Gunung Pulosari - Sederhana dan Mengagumkan
Sederhana tetapi mengagumkan, itulah kira-kira citra dari Gunung Polusari nan berada di kampung Mandalawangi, Kota Pandeglang, Provinsi Banten. Jika dari Jakarta, kita dapat berangkat ke Pulosari dengan kerata barah lewat stasuin Tanah Abang atau juga jika ingin lebih dekat, pilihlah berangkat dari stasuin Kebayoran Lama.
Memilih alat transportasi kereta barah ini sebab biayanya murah. Hanya dengan uang Rp4.000, kita sudah dapat sampai di Rangkas Bitung. Setelah sampai di Rangkas Bitung, kita bisa menyewa angkutan generik ke kampung Mandalawangi dengan biaya sekitar Rp15.000. Waktu nan ditempuh dari Rangkas Bitung ke kampung Mandalawangi ialah satu jam setengah. Wajar saja bila biaya sewa angkot ini cukup mahal.
Jalur pendakian bisa dicapai sesudah melewati pasar Mandalawangi. Nah, buat mendapatkan berbagai keperluan saat pendakian, para pendaki biasanya mampir dulu ke sebuah warung bernama warung Ema. Warung Ema memang sudah dikenal oleh para pendaki dan biasanya di sini para pendaki membeli perbekalan.
Di depan warung Ema nan merupakan warung nasi sederhana ini terdapat warung kelontong nan lebih lengkap sehingga para pendaki tka perlu risi buat mengisi perbekalan.
Pendakian biasanya dimulai siang hari atau sekitar pukul satu siang. Pada jalur pertama pendakian, para pendaki akan disuguhi sebuah pemandangan sawah di sebelah kanan dan sebelah kiri sekaligus juga disuguhkan pemandangan gunung karang sebagai latarnya. Sementara itu, di sebelah timur bahari terlihat sebuah pantai dengan jelas kerena memang gunung ini letaknya berdekatan dengan pantai.
Selama dua jam pertama pendakian, terlihat jelas kumpulan vegetasi di sini nan khas dengan tanaman perkebunan seperti kakao, pohon kopi, dan sayur-sayuran. Setelah melewati dua jam pertama pendakian, lelah pun mulai melanda. Tapi, jangan risi sebab para pendaki akan disuguhkan pemandangan air terjun Cirateu. Air terjun ini biasanya dimanfaatkan buat mengambil persediaan air. Ada juga nan memanfaatkannya buat berfoto-foto.
Setelah melepas lelah di air terjun Cirateu, para pendaki akan melanjutkan perjalanan menuju ke kaldera Cipanas. Dari Cirateu menuju ke kaldera Cipanas menempuh waktu perjalanan sekitar 1 jam. Di kaldera Cipanas ini, para pendaki biasa membuat tenda buat bermalam sebab sore hari biasanya cuaca di sini mendung sehingga tak memungkinkan buat mealnjutkan pendakian.
Ada banyak kegiatan di malam hari ketika bermalam di kaldera ini. Selain makan malam dan membuat barah unggun, ada juga aktivitas lainnya seperti menyanyi bresama, tertawa lepas, dan masih banyak aktivitas lainnya nan membuat suasana semakin hangat.
Keesokan harinya sekitar pukul 5 subuh, para pendaki akan melakukan pendakian ke puncak gunung nan biasa dikenal dengan istilah summit attack . Namun, terkadang cuaca tak mendukung sehingga ada juga nan melakukannya pada pukul 8 pagi. Tapi, sebelum menuju puncak, sempatkan dulu sarapan agar stamina tubuh tetap terjaga, tetap segar, dan tak lemas.
Gunung Pulosari nan tingginya mencapai 1.346 meter ini memang cukup sulit didaki. Untuk mendaki dari kaldera menuju puncak gunung, para pendaki harus sabar luar biasa sebab selain medannya nan menanjak, juga dipenuhi oleh pohon tumbang. Bahkan, para pendaki harus mendaki dengan sudut kemiringan sampai 45 derajat atau istilahnya “dengkul berjumpa jidat”.
Jika keadaannya seperti ini, waktu tempuh nan awalnya diperkirakan 1 jam berubah menjadi 2 jam. Di puncak gunung, dibangun sebuah menara dan sebuah bungker buat mendeteksi adanya gempa. Gempa nan dimaksud mungkin gempa nan bisa menyebabkan tsunami atau gempa nan terjadi dari Gunung Pulosari kerana memang gunung ini ialah gunung berapi.
Nah, selamat mendaki.