Film Darah Garuda
Sebelum kita mengulas tuntas film Darah Garuda ini ada baiknya kita mengulas terlebih dahulu film Merah Putih. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi antara film Merah Putih dan Film Darah Garuda. Film Darah Garuda merupakan lanjutan dari film Merah Putih.
Film Merah Putih
Film Merah Putih ialah sebuah film Indonesia nan ditayangkan di bioskop-bioskop di Indonesia sekitar pertengahan tahun 2009. Film ini berbentuk drama fiksi tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan dulu.
Yadi Sugandi nan menjadi pengarah adegan film ini menata jalannya proses film ini sungguh apik. Dengan para bintang film kawakan seperti Lukman Sardi, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Rudy wowor dan masih ada sederet seniman papan atas nan ikut meramaikan film ini. Rumah produksi nan memproduksi film ini ialah Margate House nan merupakan rumah produksi internasional milik Rob Allyn dan Jeremy Stewart.
Film ini mengambil latar perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi Serangan Militer Belanda ke satu nan terjadi di Jawa Tengah. Cerita mulai mengalir dengan persahabatan lima kadet nan sukses lolos dari pembantaian pasukan Belanda di Barak loka mereka berlatih militer.
Sinopsis Kisah Film Merah Putih
Kisah di dalam film ini dimulai dalam setting masyarakat Indonesia nan berada di tahun 1947 dan sedang melakukan perjuangan buat merebut kemerdekaan. Tomas nan diperankan oleh Donny Alamsyah, Dayan, Amir, Marius dan Soerono ialah lima orang prajurit nan mengikuti pelatihan di Barak Bantir, Semarang.
Selama masa pelatihan militer di Barak tersebut, pergolakan batin masing-masing tokoh terjadi melalui berbagai percakapan nan dilakukan. Mereka berlima ialah prajurit nan memiliki suku, agama dan latar belakang nan berbeda sehingga konflik mulai tercipta dengan disparitas nan terjadi pada mereka.
Namun, hal itu ternyata malah membuat mereka semakin erat ketika pada suatu malam, barak loka mereka berlatih tersebut di serang oleh pasukan Belanda. Seluruh penghuni barak meninggal dunia, kecuali mereka berlima.
Amir, Dayan, Marius, Tomas, Dan Soerono sukses kabur dan melarikan diri hingga akhirnya berjumpa dengan tentara gerilya di pedalaman hutan Jawa. Mulai dari sinilah konflik semakin memuncak ketika ada banyak sekali taktik baru nan mereka temukan buat mengalahkan penjajahan Belanda.
Film Darah Garuda
Sebenarnya judul nan sahih dari film Darah Garuda ini ialah Merah Putih II. Sayangnya, sebab dianggap kurang menjual maka akhirnya judul Darah Garuda ini ditambahkan sebagai penambah daya tarik dan nilai jual nan didasarkan pada judul. Film Darah Garuda ini memang merupakan lanjutan dari film Merah Putih dan merupakan film kedua dari Trilogi Merdeka.
Masih di sutradarai oleh sutradarai nan sama yaitu Yadi Sugandi, namun dengan penambahan satu pengarah adegan lagi yaitu Conor Allyn. Masih dengan pemeran-pemeran nan sama, film ini diluncurkan sekitar pertengahan tahun 2010 nan lalu.
Sinopsis Film Darah Garuda
Film di mulai dengan keadaan ketika Belanda masih melakukan agresi militer terhadap wilayah-wilayah nan ada di Indonesia. Belanda belum rela buat melepaskan Indonesia sebagai jajahannya. Padahal saat itu tahun 1947 dan Indonesia sebenarnya sudah memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945.
Serangan Belanda nan mendadak pada malam kelulusan mereka membuat seluruh prajurut nan berada di Barak latihan militer tewas. Agresi ini hanya menyisakan empat sekawan nan sukses menyelamatkan diri dari pembantaian tentara Belanda tersebut.
Meski saat itu mereka mengira hanya tinggal merekalah nan masih hidup, Amir dan kawan-kawan tetap bertekad dan bersikukuh buat melawan Belanda. Perjuangan keempat sekawan ini cukup menegangkan hingga akhirnya penduduk setempat dengan suka rela menolong mereka.
Bahkan kenekatan Amir dan kawan-kawan ini akhirnya membawa keberhasilan ketika mereka sukses menyergap pergerakan tentara Belanda. Mereka merebut persediaan bahan bakar dan menangkap Mayor Van Gaartner.
Mayor Gaardner ini akhirnya dijadikan sandera buat membebaskan Senja dan Melati yaitu kakak Surono dan istri Amir. Kedua perempuan tersebut ditangkap Belanda dan menjalani kerja rodi dengan menjadi pemetik kopi di perkebunan kopi.
Pertempuran seru terjadi hingga akhirnya Amir sukses membebaskan kedua perempuan tersebut.
Setelah keberhasilannya membebaskan Melati dan Senja, Amir bersama keempat temannya itu melanjutkan perjalanan hingga berjumpa dengan pasukan gerilya dibawah pimpinan Jenderal Sudirman.
Berbagai Pendapat Tentang Film Ini
Film karya anak bangsa ini cukup bagus dengan spesial imbas nan tak kalah dengan film-film dari luar negeri. Desingan peluru dan ledakan bom hampir menghiasi seluruh jalan cerita pertempuran di film ini. Jelas sekuel kedua dari Trilogi Merdeka ini jauh lebih baik dari film pendahulunya nan berjudul Merah Putih.
Dari berbagai warta nan mengatakan bahwa film Darah Garuda ini hampir menghabiskan dana kurang lebih empat miliar ternyata mengunakan berbagai pakar perfilman internasional. Dengan begitu, film ini lebih berkesan seperti film action barat.
Sayangnya, dana besar nan mereka keluarkan ternyata tak mampu mengeruk laba dari penjualan tiket nonton bioskop ketika film ini ditayangkan. Ada banyak dugaan mengenai kurang suksesnya film ini di pasaran. Dugaan tersebut antara lain :
- Anggapan bahwa film Indonesia kurang memiliki daya tarik sebab teknologi pembuatan film nan digunakan terkesan biasa-biasa saja.
- Kurangnya pemasaran film ini mengakibatkan banyak sekali masyarakat penggemar film action di Indonesia nan tak mengetahui kelahiran film action ini.
- Film Darah Garuda, masih dianggap sebagai film zaman prasejarah oleh masyarakat nan belum membaca atau belum mengetahui tentang sinopsis dari film ini.
- Kebanyakan film-film Indonesia dianggap kurang bermutu sebab selama ini film Indonesia lebih banyak bertema tentang pocong, kuntilanak dan sebangsanya.
- Kesadaran masyarakat akan mencintai sejarah nan pernah terjadi di masa lalu masih sangat kurang. Dengan begitu, ketika kemunculan film Darah Garuda ini membuat apresiasi masyarakat sangat kurang. Hal ini mengakibatkan penjualan tiket film ini tak sinkron seperti nan diharapkan.
- Dengan biaya produksi film nan hampir mencapai enam puluh empat miliar ternyata tak menghasilkan sebuah film nan kaya akan sensasi. Selain itu, juga tak menimbulkan kesan mendalam bagi para penonton nan sudah melihat film ini di bioskop-bioskop nan ada di Indonesia.
- Ada banyaknya kebohongan sejarah pada masa lalu nan terbongkar pada masa sekarang, membuat apresiasi masyarakat terhadap sejarah perjuangan Indonesia menjadi berkurang.
- Setting lokasi nan kurang mengenak membuat ada beberapa bagian dalam film ini terlihat seperti film animasi.
Manfaat Menonton Film
Sebenarnya ada banyak kegunaan nan dapat diambil ketika kita menikmati sebuah film bertema sejarah. Walaupun sebenarnya itu hanyalah fiksi belaka. Manfaat tersebut antara lain :
- Meningkatkan dan membangun rasa patriotisme di kalangan generasi muda buat mencintai bangsa dan tanah airnya.
- Membangun kebanggan kepada bangsa dan negara Indonesia bahwa global perfilman Indonesia pun mampu membuat film nan bermutu daripada hanya sekedar membuat film-film pocong, kuntilanak dan suster ngesot.
- Ada banyak nilai sejarah nan dapat diambil dari film Darah Garuda ini. Para pejuang kita rela gugur demi memperoleh kemerdekaan nan hingga saat ini dapat kita nikmati.
- Meningkatkan rasa syukur bahwa negara Indonesia saat ini ialah negara nan merdeka dan mampu membangun negaranya menjadi negara berkembang. Walaupun pada kenyataannya masih banyak nan kecewa dengan pemerintahan Indonesia nan masih dipenuhi dengan kasus korupsi.
- Film Darah Garuda harusnya mampu membangun semangat persahabatan dari berbagai suku, bahasa dan latar belakang. Dengan disparitas tersebut kita akan bisa saling melengkapi dan menciptakan kedamaian di tanah air ini.
- Kesuksesan film Darah Garuda ini seharusnya menjadi kesuksesan bersama bahwa teknologi perfilman kita mengalami peningkatan.