Alam Semesta Sebagai Pusat Sumber Belajar Ilmu Pengetahuan

Alam Semesta Sebagai Pusat Sumber Belajar Ilmu Pengetahuan

Pembelajaran membaca dan menulis di beberapa sekolah saat ini masih belum mampu buat merangsang siswa dalam menghasilkan karya nan baik. Padahal tujuan primer dari pembelajaran ini ialah membelajarkan siswa agar bisa menggali potensi dan melatih keterampilan mereka secara maksimal.

Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing seharusnya selalu menghadirkan suasana pembelajaran nan menyenangkan dan inovatif. Simpson (1986) dalam Tompkins (1991:258) mempertegas uraian tentang peran guru, yakni guru hendaknya berperan sebagai pasangan nan bisa diajak bekerja sama oleh para siswa dalam menyusun, menyimak, mendorong, menantang, dan merespons aktivitas menulis.

Jadi, guru tak hanya bertindak sebagai penilai, tetapi sebagai pembimbing, dan partner dalam menulis. Fenomena dalam pembelajaran membaca dan menulis pada saat ini masih kurang menarik dan tak variatif. Hal inilah nan pada akhirnya membuat siswa tak serius dalam menghasilkan karya-karya terbaik mereka.

Padahal kompetensi nan dimiliki oleh setiap siswa sangat majemuk dan memiliki potensi buat dikembangkan lebih baik lagi. Seharusnya pembelajaran membaca dan menulis lebih ditekankan pada kegiatan proses membaca atau menulis itu sendiri. Proses pembelajaran sangatlah krusial keberadaannya.

Dari proses ini, guru bisa memantau dan melihat sejauh mana kemampuan dan perkembangan kompetensi setiap siswa. Akan tetapi, tak sedikit guru nan hanya mementingkan hasil akhir siswa tanpa memperhatikan proses belajar mereka. Norton (1994:144) menganjurkan agar guru-guru melibatkan para siswa dalam berbagai kesempatan buat menulis dan berinteraksi dengan teman-teman mereka selama proses menulis berlangsung daripada hanya mengevaluasi hasil akhir.

Di sinilah letak kelemahan para guru nan pada akhirnya tak mampu membentuk kreatifitas siswa-siswa mereka. Pusat sumber belajar akan menjadi salah satu wadah buat memperbaiki kemampuan membaca dan menulis siswa serta sebagai loka melatih guru buat mampu mengajar dengan model-model pembelajaran kreatif dan inovatif.



Pusat Sumber Belajar - Model Pembelajaran Kreatif

Beberapa model pembelajaran kreatif nan akan dibahas berikut ini antara lain:



1. TS (Tulis Susun-Mind Mapping)

Pusat sumber belajar dapat dijadikan salah satu solusi menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa. Pusat sumber belajar akan menjadi loka mengasah kemmpuan anak buat menulis dengan mengenalkan dan membuat teknik menulis nan inovatif dan kreatif serta mudah buat diingat dan dipelajari kembali.

Teknik menulis inilah nan dalam pusat sumber belajar dikenalkan kepada siswa nan selanjutnya akan mereka terapkan dalam pendidikan formal di sekolah masing-masing. Salah satu teknik menulis nan dapat diajarkan dalam pusat sumber belajar ialah mind mapping dan tulis susun. Mind mapping dan tulis susun merupakan dua teknik buat mencatat taraf tinggi.

Dengan keunggulan masing-masing nan dimiliki. Kedua teknik ini ialah teknik nan mampu bekerja selaras dengan otak bukan bertentangan dengannya ( De Porter 145: 1999). Tulis susunan merupakan catatan nan memudahkan kita buat mencatat pemikiran dan kesipmpulan pribadi bersama-sama dengan bagian-bagian kunci pembicaraan atau materi bacaan.

Catatan TS ialah car menerapkan pikiran sadar dan bawah sadar terhadap materi nan sama dengan cara sadar. Sebenarnya kedu pikiran kita ini aktif secara bersamaan ketika melakukan sebuaha aktifitas. Pikiran sadar berpusat pada material dan menuangkannya diatas kertas, sedangkan pikiran bawah sadar bereaksi membentuk kesan, membuat hubungan-hubungan dan melakukan holistik pekerjaan kurang lebih secara otomatis.

Catatan TS mengkoordinasikan kedua aktivitas mental ini buat mencapai hasil nan lebih efektif. Diharapkan dengan menerapkan teknik mencatat ini mampu meningkatkan kemampuan siswa buat menulis.

Dalam pusat sumber belajar , tak hanya siswa nan akan mendapatkan pembelajaran bagaimana membuat catatan atau menulis secara kreatif dan inovatif, pelatihan buat gurupun absolut diperlukan buat meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar, sehingga terbentuklah guru nan lebih kreatif dan mampu mengajar dengan baik.



2. Quantum learning dengan ESQ

Salah satu penyebab belum maksimalnya pendidikan Indonesia sebab kerangka berpikir pendidikan Indonesia nan belum memaksimalkan semua potensi kecerdasan siswa (multiple intelegence) sehingga belum dapat menghasilkan output pendidikan nan ungggul, dengan demikian siswa nan cerdas lebih cenderung diartikan dengan siswa nan mempunyai IQ diatas rata-rata, sehingga pembelajaran di kelas lebih menekankan pada peningkatan kecerdasan intelektual, dan terkesan mengabaikan kecerdasan emosional dan spiritual.

Oleh sebab itu selayaknya pembelajaran di kelas selayaknya mengacu pada pengembangan tiga aspek kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual. Dengan pengembangan ESQ di kelas, maka diharapkan pendidikan Indonesia nan meterialistik-sekuleristik bisa berubah menjadi pembelajaran nan menjadikan keimanan dan Tauhid sebagai pondasi, sehingga akan menghasilkan out put pendidikan nan beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Peningkatan ESQ nan menjadi dasar model pembalajaran Quantum Learning dikelas. Model pembelajaran Quantum Learning ini akan memaksimalkan penkondisian suasana pembelajaran nan menyenangkan.

Siswa bisa belajar dalam kondisi fun, kondisi nan memungkinkan dan mendukung mereka buat belajar dengan efektif, belajar dengan potensi kecerdasan nan mereka miliki, belajar dengan gaya belajar mereka masing-masing, belajar dengan memaksimalkan potensi otak kanan dan kiri, belajar bagaimana seharusnya mereka belajar, dan memperoleh hasil belajar maksimal, serta mampu melejitkan prestasi belajar, interaksi nan tercipta di kelas.

Proses belajar mengajar merupakan kenyataan nan kompleks, segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran, asosiasi sampai sejauh mana lingkungan itu diubah. Presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. (De Porter 2003:3). Oleh sebab itu selayaknya pembelajaran di kelas selayaknya mengacu pada pengembangan tiga aspek kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual).

Model pembelajaran ini diharapkan memaksimalkan pengkondisian suasana pembelajaran nan menyenangkan, dimana siswa bisa belajar dalam kondisi fun, kondisi nan memungkinkan dan mendukung mereka buat belajar dengan efektif, belajar dengan potensi kecerdasan nan mereka miliki, belajar dengan gaya belajar mereka masing-masing, belajar dengan memaksimalkan potensi otak kanan dan kiri, belajar bagaimana seharusnya mereka belajar, dan memperoleh hasil belajar maksimal, serta mampu melejitkan prestasi belajar. interaksi nan tercipta di kelas.



3. Super Brain Learning

Adalah model pembelajaran nan berusaha memaksimalkan potensi intelegensi siswa (multiple intelegensi). Akan tetapi, alam penerapan di lapangan masih banyak penerapan pembelajaran hanya mentoleransi IQ sebagai kemampuan dasar dan kompetensi nan harus dicapai tanpa memandang aspek nan lain.

Menurut beberapa penelitian bahwa pembelajaran nan mengedepankan aspek IQ saja ternyata tak mampu membentuk anak nan berbudi luhur dan religius. Justru membentuk anak menjadi anak nan individualis, materialis, toleransi nan rendah, dll. Oleh sebab itu, beberapa penelitian menyebutkan dalam menentukan kesuksesan IQ hanya berperan maksimal 20% saja, selebihnya hamper 80% EQ menentukan kesuksesan.

Super brain dalam penerapannya akan memaksimalkan potensi siswa baik dari potensi otak maupun intelegensia. Superbrain akan memfasilitasi gaya belajar siswa sehinga siswa akan belajar dengan nyaman dan tanpa paksaan.

Dalam memfasilitasi potensi otak siswa, maka superbrain memberikan transfer knowledge dengan menggunakan metode mind map (peta pikiran) dalam mencatat maupun dalam memeberikan informasi. Karena mind map mampu menyeimbangkan potensi otak kanan dan kiri siswa.

Dalam penerapannya buat memfasilitasi kinerja otak juga menggunakan alat bantu berupa NLP (neuro linguistic program), dengan tujuan membentuk lingkungan positif siswa dengan bahasa- bahasa positif buat menstimulus otak sehingga mengembalikan kepercayaan diri siswa nan akan berimbas pada hasil belajar siswa.

Sedangkan buat memfasilitasi gaya belajar siswa diberikan pelayanan pembelajaran nan sinkron dengan gaya belajar siswa (visual, audio, kinestetik). Oleh sebab itu, siswa akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sejenis nan sinkron dengan gaya belajar, dengan asa siswa lebih nyaman dan lebih mudah menangkap informasi dengan siswa nan memiliki gaya belajar nan sama.

Untuk memfasilitasi multiple intelegensi, superbrain memberikan pelatihan pra pembelajaran berupa training ESQ, dengan asa siswa mampu memliki emosional nan baik demikian juga dengan aspek spiritual. Sedangkan dalam pembelajaran, setiap materi pelajaran akan selalu dikaitkan dengan penciptaan.

Agar siswa selalu ingat kebesaran sang pencipta, dengan asa akan membentuk manusia nan berIPTEK dan berIMTAK nan sinkron dengan tujuan pembelajaran Indonesia. Dengan demikian pusat sumber belajar bisa meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas dan pada akhirnya akan memberikan perubahan pada system pendidikan negeri ini.



Alam Semesta Sebagai Pusat Sumber Belajar Ilmu Pengetahuan

Pusat sumber belajar mempunyai keterkaitan nan erat antara peserta didik, sarana, dan prasarana pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu upaya nan dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat buat meningkatkan kualitas seseorang baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Ada beberapa denifinisi tentang pusat sumber belajar, antara lain sebagai berikut.

  1. Sukorini (Warsito, 2008:215) bahwa pusat sumber belajar merupakan loka di mana berbagai jenis sumber belajar dikembangkan, dikelola, dan dimanfaatkan buat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan pembelajaran.

  2. Merril dan Drob mengatakan bahwa pusat sumber belajar merupakan suatu aktivitas nan terorganisasi nan berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan (Warsito, 2008:215).

Dengan demikian, penulis bisa menyimpulkan bahwa pusat sumber belajar merupakan wahana nan bisa digunakan oleh semua orang buat mengembangkan pola pendidikan dan bahan ajar kepada peserta didik dalam memperoleh pendidikan.

Sesuatu nan dipelajari di pusat sumber belajar tak hanya berbagai ilmu pengetahuan, seperti di sekolah, pelatihan, praktikum, ceramah, diskusi, seminar, dan lain-lain, bisa dijadikan materi di pusat sumber belajar.
Adapun tempat-tempat nan bisa dijadikan sebagai pusat sumber belajar, antara lain sebagai berikut.



1. Sekolah sebagai Sumber Belajar

Sekolah merupakan loka nan generik buat memperoleh pendidikan. Di sekolah terjadi hubungan pembelajaran antara guru dengan peserta didik. Sekolah ialah merupakan forum formal nan difasilitasi oleh pemerintah buat melakukan pembelajaran.



2. Perpustakaan sebagai Sumber Belajar

Perpustakaan merupakan suatu loka nan identik dengan loka membaca dan meminjam buku. Sebagai gudangnya buku tentu saja perpustakaan bisa menjadi gudangnya ilmu, sehingga bisa dijadikan pusat sumber belajar nan baik dan menyenangkan.

Berbeda dengan sekolah, baik negeri maupun swata, di mana pada sekolah formal peserta didik diharuskan datang ke loka tersebut buat melakukan proses pembelajaran. Apabila melanggar, maka akan mendapatkan hukuman atau teguran. Kehadiran seorang peserta didik pada loka pendidikan formal ialah suatu keharusan, sehingga terkesan ada paksaan.

Di perpustakaan, kehadiran seseorang buat memperoleh ilmu pengetahuan, didasarkan pada pencerahan dan keinginannya sendiri. Tidak ada paksaan maupun keharusan. Umumnya seseorang nan mengunjungi perpustakaan di dorong oleh suatu tugas pendidikan nan harus segera diselesaikan. Faktor lain nan mendorong seseorang buat mengunjungi perpustakaan ialah hobi.

Hobi membaca bisa mendorong seseorang buat mengunjungi perpustakaan sebab di sanalah kepuasan akan hobinya bisa tersalurkan. Perpustakaan nan menyediakan berbagai jenis buku, baik buku-buku ilmu pengetahuan, novel, dongeng, majalah, dan Koran merupakan pusat sumber belajar nan strategis buat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Kelemahan adanya ketidakterpaksaan seseorang kadang menjadikan perpustakaan sebagai loka nan sepi dan lebih identik dengan gudang buku nan tertata rapi. Untuk menghindari hal ini, sine qua non upaya dari para pengelola perpustakaan buat menjadikan perpustakaan sebagai loka nan lebih menarik.

Alunan musik fragmental nan syahdu atau susunan kursi-kursi di loka terbuka, bisa menjadi bahan pertimbangan oleh para pengelola perpustakaan agar perpustakaan menjadi loka nan menarik dan nyaman buat dikunjungi.

Alunan musik nan syahdu, menurut penulis tak akan mengganggu konsentrasi para pengunjung perpustakaan. Begitu juga dengan meja dan kursi nan ditata di ruang terbuka, akan menambah kenyamanan dalam membaca.



3. Laboratorium sebagai Sumber Belajar

Laboratorium bisa menjadi pusat sumber belajar sebab di laboratorium para peserta didik bisa melakukan riset, ujicoba, dan pelatihan ilmiah. Di laboratium peserta didik diarahkan buat berpikir kreatif dan inovatif.

Konsep-konsep metode ilmiah nan meliputi identifikasi masalah, merumuskan masalah, melakukan hipotesa, melakukan eksperimen (percobaan), dan menyimpulkan hasil eksperimen), mengajarkan dan mengharuskan setiap peserta didik buat berpikir objektif, kreatif, dan bebas dari berpretensi (dugaan).

Laboratorium sebagai wahana buat mempraktekan teori nan sudah dipelajari di dalam kelas memberikan kegunaan sangat besar kepada peserta didik buat menemukan berbagai kebenaran hakekat dari suatu ilmu pengetahuan. Di laboratorium, peserta didik bisa memupuk rasa ingin tahu terhadap suatu objek nan sedang diteliti.

Masih banyak kegunaan nan bisa diperoleh di laboratorium. Seperti kita ketahui, beragama inovasi besar dan munculnya ilmuwan besar, semua berawal dari laboratorium. Kondisi tersebut menjadikan laboratorium sebagai pusat sumber belajar nan urgen (penting) dan bisa diandalkan buat mencetak calon-calon ilmuwan masa depan.



4. Rumah sebagai Sumber Belajar

Rumah merupakan pusat sumber belajar nan pertama dan primer bagi setiap orang. Pertumbuhan fisik dan perkembangan kepribadian seorang anak, semuanya berasal dari rumah. Dari rumah anak mulai bisa mengenal segala sesuatu. Di rumah anak bisa mengembangkan segala sesuatu. Oleh sebab itu, tak salah jika rumah dijadikan sebagai pusat sumber belajar nan sangat krusial bagi setiap orang.

Jika sekolah hanya bisa memberikan pembelajaran dalam batas waktu tertentu, maka di rumah tak ada batasan waktu buat melakukan proses pembelajaran. Di rumah anak bisa belajar dengan santai melalui acara televisi, video, film, buku-buku cerita, bahkan buku-buku pelajaran nan dipelajari di sekolah.

Rumah memberikan lebih banyak waktu dan ruang kepada setiap orang buat memperoleh ilmu pengetahuan. Tidak hanya sebatas pengetahuan-pengetahuan formal, di rumah seseorang bisa mempelajari tatakrama dan sopan santun, mempelajari adat dan tata cara nan tak dipelajari di sekolah formal. Oleh sebab itu, ada kewajiban bagi setiap penghuni rumah buat menjadikan rumahnya sebagai pusat sumber belajar nan nyaman.



5. Alam sebagai Sumber Belajar

Alam semesta dan jagad raya adalah kreasi Allah SWT buat dipelajari oleh manusia dan buat dimanfaatkan pula oleh manusia. Segala sesuatu nan telah diciptakan oleh Allah SWT mengandung suatu ilmu pengetahuan buat manusia.

Masih ingat kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam pencarian tuhannya? Nabi Ibrahim menjadikan alam sebagai pusat sumber belajar buat mencari dan menemukan siapakah tuhan nan sebenarnya. Bagi Nabi Ibrahim a.s. berhala bukanlah tuhan, karena dia protesis manusia. Raja Namruz juga bukan tuhan karena dia memiliki kecenderungan dengan manusia lainnya.

Lalu, dilihatnya bulan, matahari, dan bintang nan kemudian disangkakannya sebagai tuhan. Nabi Ibrahim a.s. kemudian meragukan ketiganya, karena benda-benda tersebut selalu ada pada waktu-waktu eksklusif saja. Hingga kemudian tumbuh suatu keyakinan pada dirinya, bahwa nan disebut tuhan itu ialah Allah Swt nan menciptkan semua makhluk di dunia.

Nabi Ibramim a.s. telah menarik konklusi dan menemukan kebenaran dalam pencarian Tuhan nan sebenarnya. Nabi Ibrahim telah membuktikan bahwa alam semesta dan jagad raya bisa dijadikan pusat sumber belajar.

Begitu juga para ilmuwan, mereka bisa mengetahui bagaimana alam semesta ini terjadi, berapa lama umur matahari dan bumi ialah dari alam. Adanya teori big bang nan menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sebuah ledakan nan sangat dahsyat. Teori tersebut mempunyai hubungan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an pada surat al-Anbiya ayat 30 sebagai berikut.

"Dan apakah orang-orang nan kafir tak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu ialah suatu nan padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu nan hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al-Anbiya': 30).

Seorang ilmuwan bisa menyatakan suatu teori dengan melakukan penelitian nan rinci dan waktu nan lama. Teori big bang muncul sebab adanya penelitian terhadap alam semesta.

Begitu juga dengan teori-teori nan menyatakan umur alam semesta. Teori-teori tersebut tak muncul begitu saja, tetapi telah melalui penelitian nan dibuktikan dan didukung oleh penelitian-penelelitian lain nan "mengiyakan" terori tersebut.

Sebagai contoh adanya teori geosentris (bumi sebagai pusat tata surya), teori tersebut walaupun sempat diyakini kebenarannya, kemudian dibantah kebenarannya sebab adanya penelitian lain nan membuktikan bahwa bukan bumi sebagai pusat tata surya, tetapi matarhari (teori heliosentris). Penulis bisa menyimpulkan bahwa semua inovasi ilmu pengetahun, berasal dari alam semesta.

Allah Sang Maha Pencipta telah menciptakan semuanya buat dipelajari oleh manusia dan buat kepentingan manusia. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa alam merupakan pusat dari segala pusat sumber belajar. Hal ini sinkron dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Thaha ayat 50, "Ia berkata, 'Tuhan kami ialah Dzat nan telah menciptakan segala sesuatu nan sinkron dengan tuntutan ciptaannya, dan kemudian Dia memberinya petunjuk."