Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang

Pusat kerajaan Mataram terletak di Yogyakarta, Surakarta dan Jawa Tengah. Kerajaan ini dikenal sebagai Kerajaan Mataram Hindu nan telah memerintah daerah ini dari abad ke-8 sampai abad ke-10. Kerajaan ini memiliki tanah nan sangat fertile sehingga bisa mendukung beberapa bangunan candi, seperti Candi Prambanan dan Candi Borobudur.

Berdasarkan seorang arkeolog Belanda, DR. Krom, pada abad sebelumnya sebelum kedatangan agama Hindu, orang Jawa terkenal akan:

  1. Irigasi (sawah) atau pertanian
  2. Perikanan
  3. Astronomi
  4. Penenunan
  5. Batik
  6. Gamelan
  7. Wayang

Kerajaan ini diperintah oleh orang Jawa nan mengadopsi agama dan budaya Hindu. Sebelum kedatangan agama Hindu, orang Jawa telah memiliki budaya dan kepercayaannya sendiri. Kebudayaan Hindu Jawa merupakan hasil dari rendezvous dua peradaban, yaitu adat dengan Hindu. Pengaruh Islam diawali pada abad ke-15 nan masuk ke dalam peradaban masyarakat Jawa dan kembali menghasilkan percampuran budaya.

Kerajaan Mataram I pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kemungkinan, ini dikarenakan letusan Gunung Merapi nan menghancurkan dan menutupi beberapa candi dengan debu dan bebatuan, seperti Candi Borobudur dan Candi Sambisari.

Beberapa ilmuwan menganalisis bahwa pusat kekuasaan dipindahkan ke arah timur ialah sebab perang nan terjadi di antara penguasa. Meskipun pusat pemerintahan di pindahkan ke Jawa Timur, tetapi para penguasa merupakan keturunan atau keluarga nan berasal dari penguasa kerajaan ini.

Kerajaan pertama didirikan di lembah sungai Brantas di mana pertanian berkembang sebab memiliki tanah nan subur. Rajanya ialah Mpu Sindok, nan telah meninggalkan banyak catatan pada batu dan Raja Dharmawangsa. Di bawah kepemimpinannya, epik Bharatayudha diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa kuno.

Dari 1019 sampai 1042, Airlangga merupakan salah satu raja terbesar di Jawa Timur. Kerajaan Kediri masih ada sampai 1222, diikuti oleh Kerajaan Singhasari (1222-1292) dengan wilayahnya sampai Malang sekarang ini.



Kerajaan Majapahit (1294-1400)

Majapahit didirikan oleh Wijaya. Majapahit merupakan kerajaan Indonesia nan paling kuat, dengan ibukotanya terlatak di Trowulan (dekat Surabaya). Majapahit mencapai masa keemasannya di bawah Raja Hayam Wuruk (1350) dengan maha patihnya nan sangat pintar Gajah Mada. Pada masa itu, daerah kekuasaan Majapahit hampir mencakup seluruh wilayah Indonesia sekarang ini.

Gajah Mada terkenal dengan Sumpah Palapa-nya. Ia bersumpah bahwa ia tak akan pernah makan rempah-rempah (palapa) sebelum dia mampu menyatukan seluruh kepulauan Indonesia di bawah payung kekuasaan Majapahit. Satelit komunikasi pertama Indonesia diberi nama Palapa buat menghormati Gajah Mada.



Kerajaan Demak (Jawa Tengah)

Setelah runtuhnya Majapahit, pusat kekuasaan dialihkan ke Demak (30 km) sebelah timur Semarang, Jawa Tengah, nan ditandai dengan kemunculan Islam di Jawa. Setelah jatuhnya Majapahit pada 1478, beberapa orang nan tak setuju dengan Kerajaan Demak melarikan diri ke Bali dan di sekitar pegunungan Bromo (Tengger) dan menjaga keyakinan mereka sampai dengan saat ini.

Demak terkenal dengan Wali Songo (sembilan pemimpin Islam) dalam proses pengislaman. Kerajaan Hindu terakhir di Kediri ditaklukkan pada 1527. Pada saat nan sama, Sunda Kepala dibebaskan dan namanya diubah menjadi Jayakarta - Kota Agung (sekarang Jakarta). Raja pertamanya ialah Raden Patah, ayahnya ialah Raja Majapahit nan menikah dengan ibu muslim Je’ampa. Raja kedua ialah Patiunus, dan ketiga ialah Trenggano.

Kemunculan Demak dan Islam di Jawa disebarkan oleh Wali Songo, sembilan pemimpin agama. Di antaranya ialah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunang Gunung Jati (Faletehan). Islam menjadi agama resmi kerajaan dan memberikan kode moral dan sosial. Pada saat nan sama, filosofi dan tradisi Jawa masih terus berlanjut.



Kerajaan Pajang

Trenggano merupakan raja terakhir Demak, Joko Tingkir telah memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang (10 km barat Solo) pada 1540. Joko Tingkir (anak dari desa Tingkir) menjadi penguasa dengan gelar Sultan Hadiwijoyo.



Kerajaam Mataram II

Panembahan Senopati ialah penguasa Mataram pertama (1584-1601). Ayahnya, Pemanahan (Ki Ageng Mataram) merupakan kepala prajurit di Pajang, kakeknya ialah raja terakhir Kerajaan Majapahit.

Penambahan berasal dari kata sembah -artinya salam hormat- nan dilakukan dengan telapak tangan, ujung jari menghadap ke atas dan menyentuh ujung hidung. Ini ialah cara penghormatan kepada tetua mereka, atasan mereka terutama keluarga kerajaan. Sehingga, panembahan ialah orang nan sangat dihargai, dipuja bahkan disembah.

Panembahan Senopati dengan anaknya Sutowijoyo merupakan raja legendaris dari kerajaan ini. Cerita dari Panembahan Senopati dipenuhi dengan cerita tentang kekuatan fisik dan hal gaib. Saat ini, istana lama (Kotagede) nan berjarak 5 km tenggara Yogyakarta dan kuburannya menarik ribuan peziarah dan dianggap oleh banyak orang sebagai loka kudus Dinasti Mataram.

Tempat-tempat tersebut adalah:

1. Parang Kusumo

Di pantai selatan Parangtritis (20 km selatan Yogyakarta), di mana dia menerima wahyu ilahi dan membuat perjanjian dengan Kanjeng Ratu Kidul (dewi paling tinggi bahari selatan) bahwa ratu harus melindungi raja-raja Mataram dan rakyatnya dari perbuatan jahat. Beberapa menganggap, bahwa setiap dinasti raja Mataram melakukan menikah dengan ratu, lebih tepatnya pernikahan spiritual atau perjanjian.

2. Bambang Lipuro

Tempat ini terletak 10 km selatan Yogyakarta, di mana Sutowijoyo muda menerima wahyu ilahi, nan dikenal dengan Lintang Johar.

3. Dlepih Kahyangan

Tempat ini terletak 68 km tenggara Solo dan merupakan loka peristirahatan, di mana dia mengubah Hutan Mentaok menjadi sebuah kerajaan nan sangat kuat.

Dlepih Kahyangan juga dikaitkan dengan penasehat bijaksana seperti ayahnya sendiri Pemanahan, Ki Ageng Giring (ayah angkatnya), pamannya Juru Mertani dan Penjawi. Dia juga sangat menghormati Sunan Kalijogo, nan mengatakan kepada Sultan Pajang - Hadiwijoyo, ayah angkatnya buat memindahkan dengan segera Hutan Mentaok seperti nan telah dikanjikan pada Pemanahan dan Suto Wijoyo.

Sultan Hadiwijoyo enggan melepaskan Mentaok setelah mendengarkan ramalan Sunan Suci nan menyebutkan bahwa suatu hari nanti kerajaan ini akan menjadi sebuah kekuatan nan mulia dan kuat. Sunan Giri mengatakan bahwa pendirian kerajaan ini ialah kehendak Tuhan. Memang benar, kerajaan ini meluaskan wilayah kekuasaanya sebab memiliki kekuatan militer nan nan kuat.

Pada 1588, pusaka Pajang nan merupakan simbol kekuatan raja dibawa ke Mataram, diikuti dengan penaklukkan Demak (1588), Madiun (1590), Kediri, Ponorogo dan loka lainnya di tempat-tempat bagian selatan Jawa Timur (1591).

Raja kedua Mataram ialah Panembahan Sedo ing Krapyak (1601-1613) dimana kota kudus Suci berada di bawah kerajaan ini. Sultan Agung Hanyokrokusumo ialah raja ketiga (1613-1646), nan merupakan prajurit raja terbesar di Jawa. Di bawah kepemimpinannya, Mataram mencapai puncak kejayaannya, mendominasi semua bagian Jawa kecuali Banten dan Batavia.

Perang melawan koloniaslisme Belanda di Batavia mengandung banyak pelajaran budaya bagi Indonesia. Sultan Agung memusatkan kekuatannya di pedalaman, dia tak mengapresiasi para pedagang. Dia pindah ke ibukota Kerta, Selatan Kotagede. Kuburannya di bukit Imogiri dikunjungi oleh banyak peziarah, nan percaya pada kekuatan kudus supranatural. Kalender bulan Jawa nan sekarang digunakan diciptakan oleh Sultan Agung dengan menggabungkan kalender Jawa dan Islam.

Penerus Sultan Agung adalah:

  1. Susuhunan Amangkurat I (1646 -1677)
  2. Susuhunan Amangkurat II (1677 -1703)
  3. Susuhunan Amangkurat III (1703 -1708)
  4. Susuhunan Pakubuwono I (1704 -1719)
  5. Susuhunan Amangkurat IV (1719 -1726)
  6. Susuhunan Pakubuwono II (1726 -1749)

Terus terlibat dalam serangkaian perang internal di Jawa dan perang melawan Belanda VOC (Perusahaan Hindia Barat) telah melemahkan kekuatan Kerajaan Mataram. Ibu kota kerajaan ini dipindahkan beberapa kali, yaitu ke Plered (dekat Kerta) oleh Amangkurat I tahun 1647, ke Kartosuro (10km) barat Solo oleh Amangkurat II tahun 1680, dan ke tepi Sungai Solo oleh Pakubuwono II tahun 1743.