Asal-Usul Surabaya Menurut Mitos

Asal-Usul Surabaya Menurut Mitos

Asal-usul Surabaya mengingatkan kita akan pentingnya sejarah sebuah kota. Sama dengan asal-usul kota lain, asal-usul Surabaya juga menyuguhkan berbagai cerita menarik tentang negeri Sura dan Baya itu. Surabaya nan kita kenal sekarang ialah sebuah kota padat penduduk, dilengkapi dengan infrastruktur kota modern, dan termasuk dalam jajaran lima kota terbesar di Indonesia.

Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Surabaya nyatanya memang menyuguhkan sesuatu nan "besar". Cerita sejarah Surabaya atau asal-usul Surabaya merupakan salah satu "kebesaran" nan dimiliki oleh Surabaya ini.

Terletak di Pulau Jawa, Surabaya memiliki sebuah legenda nan tak jauh dari kebudayaan masyarakat Jawa. Dalam ceritanya, asal-usul Surabaya terlahir dari sebuah pertempuran antara dua hewan. Sebuah pertempuran nan terasa tak mungkin pada zaman sekarang ini.

Asal-usul Surabaya nan identik dengan pertempuran itu secara kebetulan sepertinya juga mengena pada peristiwa pertempuran nan terjadi di Surabaya pada zaman perjuangan. Peristiwa nan terjadi pada 10 November itu membuat Surabaya dijuluki sebagai kota pahlawan.

Hingga kini, semangat juang dan semangat tempur arek-arek Suroboyo terus berkobar. Tidak dapat dipungkiri bahwa asal-usul Surabaya nan penuh semangat tersebut masih terbawa hingga kini.



Asal-usul Surabaya dalam Tinjauan Geografis

Asal-usul Surabaya secara geografis, merupakan kota nan terletak di tepi pantai nan berhadapan langsung dengan selat Madura. Sebuah sungai mengalir membelah kotanya, yakni Sungai Brantas.

Penelitian geografi menyimpulkan bahwa asal-usul Surabaya pada zaman dahulunya terbentuk dari gugusan kepulauan. Menurut cerita asal-usul Surabaya, Surabaya ialah muara sungai dengan pulau-pulau kecil bertebaran di sekelilingnya. Pulau-pulau kecil tersebut diduga terbentuk dari sedimentasi dampak lumpur nan hanyut dari letusan Gunung Kelud.

Sejarah mencatat bahwa Gunung Kelud menjalani siklus 15 tahunan dengan tekun. Pada tiap siklus itu, Gunung Kelud meletus. Semburan lava dan laharnya berenang di Sungai Brantas melewati Blitar dan Kediri, lalu mengendap di Surabaya. Asal-usul Surabaya nan berkenaan dengan bidang geografi kota itu pun diceritakan demikian.

Asal-usul Surabaya ternyata memang dari endapan sedimen letusan gunung berapi. Letusan dari gunung legendaris itu menimbulkan sedimentasi nan berlangsung monoton dan mengakibatkan pendangkalan sungai. Ditambah dengan fakta geologis nan merekam proses tektonik, daratan Surabaya mengalami kenaikan permukaan hingga 5-8 cm tiap seratus tahun. Sementara garis pantai menjauh sepanjang 7,5 cm per tahun.

Seiring dengan waktu, endapan semakin meninggi sehingga selat-selat nan memisahkan pulau tersebut mengalami penyempitan. Kemudian, pulau-pulau kecil itu menyatu menjadi daratan luas, sedangkan selat-selat berubah menjadi anak sungai. Asal-usul Surabaya pun terjadi.

Latar belakang asal-usul Surabaya dalam bidang geografis ini menyebabkan Surabaya termasuk dataran rendah dengan permukaan tanahnya berkisar 0-6 meter di atas permukaan laut.



Asal-usul Surabaya dalam Tinjauan Historis

Cerita asal-usul Surabaya telah ada sejak abad ke-14, bahkan mungkin sebelumnya. Hal ini bisa disimpulkan dari disebutkannya nama Surabaya dalam kitab kakawin Negarakartagama (1365 M), “Yen ring Janggala lok sabha n rpati ring Surabhaya terus ke Buwun”, nan artinya 'jika di Jenggala ke laut, raja tinggal di Surabaya terus ke Buwun'.

Asal-usul Surabaya dapat terlihat dari nama Surabaya nya itu sendiri. Kata Surabaya dalam ejaan “Curabhaya” juga ditemukan pada prasasti Trowulan nan berangka 1280 Saka atau 1358 Masehi. Dalam prasasti tersebut, Curabhaya merujuk pada sebuah kelompok masyarakat di tepi sungai.

Yang menarik dari asal-usul Surabaya ini ialah fakta sejarah bahwa kerabat Kerajaan Majapahit pada masa Raden Wijaya, Adipati Jayengrono, pernah memerintah sebuah daerah pelabuhan bernama Junggaluh atau Ujunggaluh.
Letak geografi daerah tersebut merujuk pada lokasi Surabaya sekarang. Oleh sebab itu, muncul asumsi bahwa asal-usul Surabaya berawal dari daerah nan diberi nama Ujunggaluh.

Kata Ujunggaluh nan dicurigai ada kaitannya dengan asal-usul Surabaya berasal dari dua kata, hujung dan galuh. Hujung berarti 'tanjung atau tanah nan menjorok ke laut', sedangkan galuh berarti 'emas'.

Ujunggaluh disebut juga Ujungperak dan diduga dari asal kata inilah muncul nama Tanjung Perak nan berada di muara Sungai Kalimas (sungai emas). Asal-usul Surabaya juga menceritakan tentang sejarah pelabuhan paling terkenal di kota tersebut.

Asal-usul Surabaya juga ikut implisit dalam beberapa prasasti. Berdasarkan prasasti Raja Balitung, Randusari, Klaten, Ujunggaluh ialah loka kedudukan wali daerah setingkat bupati.

Yang menjadi pertanyaan, kapan Ujunggaluh berubah menjadi Surabaya?
Berdasarkan penelitian sejarahwan, disimpulkan bahwa perubahan nama itu terjadi pada kisaran 1334-1352, saat meletusnya Gunung Kelud nan bertepatan dengan kunjungan Hayam Wuruk ke loka tersebut. Pendapat ini berdasarkan konteks budaya Jawa, perubahan nama daerah memiliki kaitan erat dengan sebuah peristiwa besar. Asal-usul Surabaya memang erat kaitannya dengan segala hal nan terjadi pada kota itu.

Letusan Gunung Kelud pada 1334 M merupakan bala mengerikan nan menelan korban sangat banyak. Bahkan, dampak bala itu, garis pantai Ujunggaluh bergeser jauh ke arah utara dan mengubah paras geografis muara Sungai Brantas. Musibah nan terjadi pada zaman dahulu juga ikut mewarnai cerita asal-usul Surabaya.



Asal-Usul Surabaya Menurut Mitos

Bencana alam nan mengoyak Ujunggaluh melahirkan mitos mengenai asal-usul Surabaya. Mitos itu menyebutkan bahwa telah terjadi perkelahian antara penguasa bahari dan penguasa daratan nan mengakibatkan bumi berguncang dan gunung meletus.

Penguasa lautan dalam mitos daerah setempat ialah seekor ikan Chura nan ganas dan mematikan, sedangkan penguasa daratan ialah Bhaya atau buaya nan buas dan sangat kuat. Asal-usul Surabaya hingga kini memang tak dapat dilepaskan dari cerita pertempuran nan terjadi antara dua penguasa alam itu.

Peperangan antara dua binatang diraja itu berlangsung berhari-hari dan menimbulkan kerusakan fatal di sejumlah tempat. Demi mendamaikan dua binatang nan bertikai itu, digabungkanlah nama mereka menjadi satu, Churabhaya. Kata ini kemudian diucapkan menjadi Surabaya. Dari cerita itulah, asal-usul Surabaya lebih banyak dikenal secara luas oleh masyarakat.



Cerita Asal-Usul Surabaya di Masa Kolonial

Saat bangsa Eropa menjejakkan kaki di bumi pertiwi, Surabaya merupakan pelabuhan nan telah ramai dikunjungi bangsa asing. Surabaya merupakan bandar pelabuhan nan menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Di sini, telah bermukim bangsa pedagang dari China, Parsi, dan Gujarat. Meskipun cerita mengenai asal-usul Surabaya sudah lama berlalu, namun tradisi masyarakatnya masih menyiratkan kebudayaan Surabaya.

Asal-usul Surabaya mengantarkan kota ini berkembang menjadi pelabuhan transit pada masa Trunojoyo. Pada 1677, Cornelis Speelman memimpin sepasukan besar angkatan perang menyerbu benteng Trunojoyo.

Asal-usul Surabaya dihiasi dengan cerita-cerita peperangan. Pertarungan monoton mempertahankan kedaulatan berlangsung hingga 1743, ketika Paku Buwono II bersedia menyerahkan haknya atas pantai utara Pulau Jawa dan Madura (termasuk Surabaya) kepada VOC, disusul dengan kedatangan VOC di sana pada 1746.

Struktur pemerintahan baru bentukan VOC pun menggantikan struktur lama. Gubernur Jenderal Belanda di Batavia memerintahkan kepada Muller buat memetakan kota tersebut pada 1746. Pemerintahan kota Surabaya di masa kemerdekaan kemudian dikukuhkan dengan Undang-undang No.22 tahun 1948. Demikianlah berlangsung sampai sekarang. Asal-usul Surabaya membuat kota ini penuh dengan cerita. Cerita tentang peperangan dan kudeta menjadi sebuah cerita nan mewarnai perjalanan Surabaya.