Pengertian
Puasa Arafah
Bagi nan tak sedang menjalankan haji, maka melaksanakan puasa ini sangat dianjurkan. Puasa nan dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijah tepatnya ketika para jamaah haji di Makkah sedang melakukan wuquf di Padang Arafah nan merupakan salah satu rukun haji nan harus dilalui. Wuquf di Padang Arafah inilah nan menjadi pembeda antara haji dan umrah. Tetapi di Indonesia, puasa sunnah satu ini memang mengandung sedikit kontroversi. Ketika ada nan berbeda pendapat tentang tanggal 9 Dzulhijjah itu.
Sebenarnya, ketika seremoni hari raya Idul Adha, tak ada disparitas pengerjaan sholat ied atau pun puasa Arafah sebab bergantung pada aplikasi wukuf. Orang nan diluar Saudi Arabia hanya mengikuti apa nan terjadi di sana dan tak harus berpikir tentang perhitungan nan berbeda pada penanggalan. Disparitas ini terjadi sebab ada disparitas penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal. Sayangnya, masih ada nan mengikuti almanak nan sering tak sama dengan almanak Arab Saudi.
Yang terjadi ialah orang berpuasa Arafah ketika para jamaah haji telah selesai wukuf. Seharusnya ketika jamaah haji selesai wukuf, orang nan diluar Saudi Arabia mengerjakan sholat Ied dan memotong kurban. Hal ini memang harus diluruskan. Tetapi kenyataannya mereka berpendapat bahwa mereka berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah di Indonesia. Akhirnya nan melakukan puasa pada saat jamaah haji wukuf, harus menunggu satu hari melaksanakan sholat ied Idul Adha.
Demi menjaga persatuan dan kesatuan, hal ini harus dilakukan. Inilah salah satu keunikan bangsa ini. Namun, akhir-akhir ini, telah banyak orang nan berpendapat bahwa puasa Arafah itu ketika jamaah haji wukuf dan tentu saja tak mengikuti penanggalan.
Keutamaan Puasa Arafah
Puasa sunnah Idul Adha/ Arafah ini juga mempunyai keutamaan nan besar yaitu diampuninya dosa selama dua tahun, setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya. Mengenai hal ini nabi Muhammad bersabda. Diriwayatkan dari Abi Qotadah Al-Anshori rodhiallohu 'anhu bahwa Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa pada hari Arofah (9 dzulhijjah), beliau bersabda: menghapuskan (dosa) setahun nan lalu dan setahun nan akan datang". (HR. Muslim: 1162).
Melihat keutamaan tersebut, tak salah kalau banyak orang nan berusaha berpuasa sunnah satu ini. Bahkan buat mempopulerkannya, para pengguna jejaring sosial membuat status nan mengingatkan agar teman-temannya nan lain ikut berpuasa Arafah. Bahkan anak-anak sekolah dasar pun mulai ada nan berpuasa Arafah. Mereka mulai melihat dan menyadari bahwa mengikuti perintah agama itu ialah satu kewajiban nan harus dilatih sejak kecil.
Jadi berdasarkan hadis di atas, meski puasa Arafah ini sunnah tetapi sangat dianjurkan sebab keutamaannya dan teramat rugi jika meninggalkannya. Sedangkan nan dimaksud dengan diampuni dosa setahun nan telah lalu dan setahun nan akan datang itu, bahwa Allah akan memberikan taufiqnya agar orang nan telah berpuasa itu tergerak hatinya buat melakukan amalan – amalan buat menghapuskan dosa nan telah dilakukan.
Tidak mudah buat menjadi orang baik. Tetapi kalau tak mencoba lebih mendekatkan diri kepada Allah, hati akan terasa semakin jauh dari-Nya. Dalam hal ini dosa nan diampuni ialah dosa- dosa kecil saja bukan termasuk dosa – dosa besar. Kalau berbuat dosa besar semacam sirik, zina, memakan riba maka haruslah melakukan tobat sebagaimana pendapat jumhur ulama.
Kemudian, bagaimana dengan orang nan sedang melakukan wuquf di Arafah. Maka puasa tetap diperbolehkan asalkan puasa itu tak membuat badannya lemah sehingga menjadikan ibadahnya tak maksimal. Dan berbuka pada saat itu lebih disukai sebagaimana nan dicontohkan oleh nabi Muhammad.
Jika puasa Arafah itu jatuh pada hari jum’at maka tetap tak diharamkan sebab ada karena tertentu. Begitu besar keutamaan puasa Idul Adha khususnya puasa Arafah, sebab itu tidak ada alasan buat tak bersemangat buat tak melaksanakannya.
Puasa sehari sebelum Idul Adha ini merupakan puasa sunnah nan dilakukan kepada umat Islam nan tak sedang melaksanakan ibadah haji. Puasa ini disebut juga dengan puasa hari Arafah. Waktu pelaksanaannya bertepatan pada setiap tanggal 9 di bulan Dzulhijjah. Keesokan hari setelah puasa ini, dilaksanakan seremoni Idul Adha. Tepatnya pada tanggal 10 Dzulhijjah bulan Hijriah. Idul Adha dilaksanakan dengan melakukan shalat Idul Adha sebanyak dua rakaat dan khutbah Idul Adha.
Setelah selesai, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan ibadah kurban nan telah disiapkan sebelumnya. Aplikasi penyembelihan hewan kurban, harus pada hari Idul Adha dan hari-hari tasyrik. Dianjurkan buat tak melakukan mutilasi hewan kurban pada malam hari. Secara logika memang malam hari ialah waktu istirahat dan akan sangat sulit buat menyediakan waktu dan tenaga buat memotong dan membagikan daging kurban tersebut.
Pengertian
Ibadah puasa dalam ajaran Islam memiliki arti menahan diri dari semua hal nan akan membatalkan puasa. Waktu puasa semenjak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Atau ketika mulai adzan shubuh berkumandang sampai dengan masuk waktu shalat maghrib.
Menurut pendapat Pakar Fiqih dan Ushul Fiqih, Wahbah Az-Zuhaili, mendefinisikan puasa sebagai penahanan diri dari semua bentuk keinginan syahwati, perut dan faraj (kemaluan), dan dari segala hal nan masuk melalui kerongkongan. Baik berupa minuman, makanan, obat-obatan, dan sebagainya. Puasa boleh dilakukan oleh setiap orang Islam nan berakal, tak dalam keadaan haidh (menstruasi) dan nifas.
Hikmah Puasa
Puasa sehari sebelum Idul Adha memiliki hikmah nan sama dengan ibadah puasa lain, baik nan wajib atau sunnah. Hikmah puasa ini berdasarkan pada keterangan dari para ulama, nan tentunya berdasarkan pada Al-Quran dan Hadits. Adapun hikmah puasa di antaranya proses pendidikan ruhani menuju jalan ketakwaan kepada Allah Swt. Penahanan diri agar terbiasa tunduk dan patuh kepada setiap perintah-perintah Allah SWT, serta berusaha menjauhi semua larangan-Nya.
Salah satu bentuk ibadah penghambaan diri kepada Allah Swt. Pendidikan bagi jiwa manusia agar berusaha dalam kesabaran terhadap segala bentuk penderitaan dalam melaksanakan perintah-Nya. Melatih diri buat tak selalu mengikuti setiap bisikan keinginan dan hawa nafsu manusia. Melatih diri buat tetap bersikap hayati sebagaimana ajaran-ajaran Islam. Wahana menumbuhkan dan memupuk sikap rasa afeksi kepada sesama manusia.
Menciptakan rasa persaudaraan terhadap orang lain, saling membantu, dan menyantuni orang nan tak berkecukupan. Menanamkan rasa takwa kepada Allah Swt, baik dalam keadaan terang-terangan atau sembunyi. Menjauhkan diri dari dampak dosa-dosa pelanggaran ajaran-ajaran-Nya. Karena puasa merupakan wahana penebusan dosa manusia. Proses pembelajaran diri buat melatih peringai dan konduite moral nan luhur kepada sesama.
Puasa mengajarkan kesabaran, kejujuran, kedisiplinan, dan tekad kuat dalam melaksanakan setiap pekerjaan. Ibadah puasa nan dijalani dengan baik membantu manusia buat berpikir lebih jernih dan tenang. Mendorong manusia buat empati lapar dan mengajarkan perlunya menjalin solidaritas dengan orang lain.
Anjuran aplikasi ibadah puasa sebelum Idul Adha berdasarkan pada keterangan hadits riwayat Imam Muslim. Dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Puasa hari Arafah bisa menghapus dosa-dosa buat dua tahun. Setahun nan telah berlalu dan satu tahun nan akan datang.”
Pelaksanaan ibadah puasa harus memenuhi syarat. Berdasarkan pada keumuman pendapat ulama, maka terdapat lima syarat puasa, yaitu: beragama Islam, termasuk usia baligh, berakal nan sehat, mampu melaksanakan puasa, bermukim atau menetap. Bagi Anda nan akan melaksanakan puasa menjelang Idul Adha, jangan lupa buat berniat dalam hati sebelum melaksanakannya. Lengkapilah seremoni Idul Adha dengan berkurban buat mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Perlu diingat bahwa puasa itu baik juga buat kesehatan. Tidak ada salahnya menyempatkan diri buat berpuasa sehari saja. Semoga segala amal ibadah kita diterima di sisi Allah Swt. Amin!