Cerita Bandung Bondowoso - Kelembutan Loro Jonggrang
Banyak di antara kita nan mungkin kurang familiar dengan tokoh Bandung Bondowoso . Namun, bagaimana dengan Loro Jonggrang? Tentu kita akan langsung teringat akan candi nan memiliki nama sama dengan tokoh nan disebutkan sebelumnya.
Ya, Candi Loro Jonggrang. Dua tokoh tersebut sebenarnya memiliki interaksi nan erat. Adanya Candi Loro Jonggrang menurut mitos ialah sebab perbuatan Bandung Bondowoso. Siapakah Bandung Bondowoso? Apa nan dapat kita pelajari dari tokoh "pencipta" Candi Loro Jonggrang tersebut?
Cerita Bondowoso - Tamak Membawa Sengsara
Bandung Bondowoso merupakan salah satu raja nan sangat terkenal akan kesaktiannya. Dia juga pembunuh Prabu Baka nan notabene ialah ayah dari Loro Jonggrang. Kesaktiaan nan tak diiringi dengan iman membuat Bandung Bondowoso menjadi orang nan serakah dan tamak.
Setelah sukses membunuh Prabu Baka, Bandung Bondowoso kemudian berniat buat memperistri Loro Jonggrang. Loro Jonggrang berada dalam dilema. Di satu sisi tentu dia sangat membenci pembunuh ayahnya. Anak mana nan tak membenci seseorang nan telah membunuh orang tuanya. Namun, di sisi lain ia juga tak mungkin dapat menolak lamaran Bandung Bondowoso mengingat kesaktian Bandung Bondowoso dapat membunuhnya.
Satu-satunya cara nan dapat dilakukan oleh Loro Jonggrang ialah mengelabui Bandung Bondowoso. Untuk dapat menjadikan Loro Jonggrang sebagai istrinya, Bandung Bondowoso harus membuatkan candi sebanyak seribu buah dalam waktu semalam.
Karena cinta nan begitu mendalam hingga membuat akal sehat Bandung Bondowoso tak dapat menalar. Bandung menyetujuinya. Dia merasa konfiden dapat membuatkan candi dalam waktu semalam dengan donasi budak-budaknya nan terdiri atas jin dan setan. Dan memang sahih adanya, dalam waktu kurang dari satu malam Bandung Bondowoso sudah dapat mengerjakan candi lebih dari setengahnya.
Tentu hal tersebut membuat Lowo Jonggrang galau. Dia pun memutar otak buat menggagalkan planning Bandung Bondowoso. Dengan dibantu beberapa dayang istana, Loro Jonggrang membuat kondisi seolah-olah pagi sudah datang dan fajar sudah menyingsing.
Bandung Bondowoso nan merasa sudah di atas angin tiba-tiba diperlakukan seperti itu oleh Loro Jonggrang. Dia tahu Loro Jonggrang telah menipunya. Bandung Bondowoso merasa harga dirinya terinjak-injak sebagai penguasa. Selama ini kesaktiannya tak pernah tertandingi oleh siapa pun dan baru kali ini ia merasa kalah hanya oleh seorang wanita.
Kemarahannya nan luar biasa tersebut kemudian ia lampiaskan dengan menjadikan Loro Jonggrang sebagai candi nan ke seribu. Ia mengutuk Loro Jonggrang menjadi candi agar tak ada nan dapat memiliki Loro Jonggrang, selain sebab luapan emosi.
Bila ia tak dapat memiliki Loro Jonggrang, maka orang lain pun juga tak dapat memilikinya. Tidak ada artinya semua kekayaan dan kekuasaan nan Bandung Bondowoso miliki sebab ia tak dapat mendapatkan orang nan ia cintai. Keserakahan dan ketamakan telah membuat hatinya buta sehingga menghalalkan segala cara buat mendapatkan nan diinginkan.
Bandung Bondowoso Era Modern
Kisah Bandung Bondowoso ternyata patut kita pelajari dan telaah. Betapa saat ini mungkin sering kita temui Bandung Bondowoso dalam bentuk modern. Tidak pernah puas, menghalalkan segala cara, serta menghancurkan kebahagiaan orang lain bukan lagi hal nan tabu lagi.
Kisah Bandung Bondowoso di masa lalu sekalipun hanya mitos namun dapat kita jadikan cerminan buat diri kita sendiri betapapun besarnya kekuatan, kecerdasan, dan kekayaan, namun bila tak disertai dengan keimanan tak akan ada artinya. Meskipun tentu saja di balik sisi negatif Bandung Bondowoso, kita juga dapat belajar sisi positif nan dimilikinya.
Tidak mudah menyerah dan memiliki cita-cita nan tinggi ialah nan dimiliki Bandung Bondowoso. Manusia nan tak memiliki cita-cita hanya akan menjadi mayat hayati nan tak berarti. Cita-cita menjadikan hayati manusia memiliki passion dan nyawa nan sebenarnya.
Namun, tentu saja semangat nan dimiliki tak boleh berlebihan. Ambisi, optimis, atau apapun nan hiperbola dapat mengubah malaikat menjadi setan, begitulah ibaratnya.
Kisah Bandung Bondowoso dapat jadi merupakan prediksi orang-orang zaman dahulu terhadap mayoritas karakter orang nan hayati di zaman sekarang. Bila dulu, manusia nan memiliki karakter seperti Bandung Bondowoso tak terlalu banyak jumlahnya, sekarang sebaliknya, orang-orang nan tak memiliki karakter seperti Bandung Bondowosolah nan jarang.
Bila dalam kisah tersebut seorang Bandung Bondowoso membunuh seorang rivalnya, pada masa sekarang ini banyak kita temui seseorang tega membunuh saudaranya sendiri. Membunuh dalam arti kiasan maupun sebenarnya.
Berapa banyak juga orang-orang nan saat ini sering menyalahkan orang lain sebab tak dapat menggapai sesuatu nan diinginkan. Sama seperti Bandung Bondowoso nan begitu murka ketika keinginannya tak terwujud. Menyalahkan orang lain dianggap sebagai sesuatu nan kondusif buat melepaskan diri dari kesalahan sendiri.
Cerita Bandung Bondowoso - Kelembutan Loro Jonggrang
Selain belajar dari tokoh Bandung Bondowoso, kita juga dapat belajar dari tokoh Loro Jonggrang. Lagi-lagi kita membuktikan bahwa kelembutan wanita ialah sumber kekuatannya. Loro Jonggrang terbukti mampu mengelabui Bandung Bondowoso. Walau pada akhirnya ketahuan namun cara Loro Jonggrang setidaknya mampu membuat Bandung Bondowoso terkecoh.
Dari zaman dulu ternyata kelembutan wanita dipergunakan sebagai senjata baik buat hal-hal nan positif maupun negatif. Memang sudah terbukti bila kelembutan wanita ialah senjata terampuh nan tak dimiliki oleh laki-laki. Dalam kisah tersebut, Bandung Bondowoso nan berkuasa dan disegani dapat bertekuk lutut di hadapan Loro Jonggrang, seorang tawanan nan baru ia kenal. Bahkan, ia rela menghinakan diri hanya buat mendapatkan Loro Jonggrang.
Membuat Cerita Ulang Kisah Loro Jonggrang dan Bandung Bondowoso
Kisah Loro Jonggrang dan Bandung Bondowoso sebenarnya cukup menarik buat dikemas lagi menjadi cerita dengan setting modern. Tujuannya tak lain ialah buat mengingatkan kepada masyarakat akan buah dari ketamakan.
Banyak pesan moral nan dapat kita dapatkan dari mitos Loro Jonggrang dan Bandung Bondowoso tersebut. Dan nampaknya, saat ini masyarakat kita sudah kehilangan cerita-cerita nan mengandung nilai moral seperti itu. Padahal cerita nan kita tonton sedikit banyak akan mempengaruhi karakter kita di masa depan.
Ada seseorang nan menjadi sangat introvert sebab sedari kecil ia sudah dijejali dengan cerita-cerita nan sejenis. Pun ada seseorang nan ketika dewasa menjadi seseorang nan keras sebab ia sering menonton cerita nan serupa. Itu sebabnya, tak ada salahnya bukan bila kisah Bandung Bondowoso diangkat kembali dalam bentuk komik, kumpulan cerita, dan novel nan diperuntukkan bagi semua orang dari majemuk kalangan.
Orang-orang dapat belajar imbas negatif dari sifat-sifat nan dimiliki oleh Bandung Bondowoso. Pun dengan sifat-sifat Loro Jonggrang. Kisah tersebut juga cocok bila dikemas dalam bentuk novel teenlit , terlebih remaja saat ini lebih mudah mengalami kegalauan hati remaja pada masa lampau.
Bagi orang dewasa, kisah Bandung Bondowoso dan Loro Jonggrang dapat dijadikan pengingat bila ingin melakukan hal-hal nan dapat merugikan orang lain. Jadi, akankah penulis di Indonesia berinisiatif buat membuat cerita Loro Jonggrang dan Bandung Bondowoso menjadi sebuah karya sastra nan menarik dan mengandung nilai moral? Kita lihat saja.