Tidak Mengantuk dan Tidak Pula Tidur

Tidak Mengantuk dan Tidak Pula Tidur

Ayat kursi merupakan ayat nan dibaca dalam setiap kesempatan oleh seluruh umat islam di dunia. Ayat kursi ternyata memiliki berbagai keutamaan nan tidak dimiliki ayat lain. Selain itu, ayat kursi sebagai bagian dari surat Al-Baqarah juga memiliki keistimewaan mengenai keagungan Allah SWT. Ayat ini dibaca, dihafal, dan menjadi salah satu ayat favorit umat islam.

Mengapa demikian? Apa alasannya? Dan bagaimana makna di balik ayat kursi tersebut? Salah satu nan menyebabkan ayat kursi menjadi salah satu favorit dan termasuk ke dalam ayat nan paling sering dibaca dan diamalkan ialah sebab makna nan terkandung di dalamnya, yaitu mengenai keagungan Allah. Di samping itu, semua surat dalam Al-Qur'an berisi kemuliaan dan ajaran islam nan menuntun manusia ke jalan nan lurus.

Tak ada disparitas pendapat antara para ulama dan para pakar tafsir, bahwa seluruh ayat dalam al-Qur'an ialah mulia dan terjamin kebenarannya sebab Allah Swr. sendiri nan menjaga. Namun dengan kehendaknya, Allah Swt. telah memberi keistimewaan pada surat dan ayat lain. meski semua ayat istimewa, Allah telah memberikan sebuah keistimewaan nan lebih agar diamalkan oleh seluruh umat manusia.

Dari sebanyak 114 surat dalam al-Qur'an, Surat Al-Fatihah diberi kelebihan sebagai surat nan paling agung, sedang ayat 255 dalam surat Al-Baqarah nan lebih akrab sebagai ayat kursi, dinilai sebagai ayat paling agung. Dalam tafsir ayat kursi di bawah ini akan dijelaskan bagaimana keagungan ayat tersebut.



Dalil-Dalil Keagungan Allah dalam Ayat Kursi

Dari nama ayatnya saja semestinya kita mengetahui makna di balik "kursi" itu sendiri. Dalam konsep sederhana, kursi ialah loka duduk. Ayat inilah nan berisi tentang "kursi" nan merupakan kedudukan, kekuasaan, dan keagungan Allah SWT. Sinkron dengan nama ayatnya juga, ayat ini berisi mengenai hakikat kekuasaan Allah nan tidak terbatas baik di langit maupun bumi, baik sekarang, maupun nanti, hingga selamanya.

Keistimewaan ayat kursi dijelaskan dalam sebuah hadits nan diriwayatkan Muslim dari Ubay bin Ka'b bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,

"Wahai Abu Mundzir, tahukah engkau ayat mana di kitab Allah nan paling agung?"

Aku (Ubay) menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu".

Maka kemudian Rasulullah berkata, "Wahai Abu Mundzir, Tahukah engkau ayat mana di kitab Allah nan paling agung?" Rasulullah hingga mengulangi pertanyaan tersebut hingga tiga kali.

Aku (Ubay) menjawab "Allahu laa ilaaha illaa huwal Hayyul Qayyum"

Lalu Rasulullah menepuk dadanya sambil berkata "Semoga ilmumu menjadi ringan, wahai Abdul Mundzir" (HR. Muslim)

Selain itu, dalil nan membahas mengena keutamaan ayat kursi menyebutkan bahwa kita sebagai umat islam akan mendapatkan penjagaan dengan mambaca ayat kursi. Dari Abu Hurairah r.a, Rasullullah bersabda

"Bila engkau akan beranjak ke loka tidurmu, maka bacalah ayat Kursi sebab sesungguhnya ia (dapat menjadikanmu) senantiasa mendapatkan penjagaan dari Allah dan syaitan tak akan mendekatimu hingga pagi hari"



Tiada Tuhan Selain Allah

Ayat kursi diawali dengan penyebutan nama "Allah" nan tak ada Tuhan selain Dia. Ini ialah intisari dari ajaran tauhid dalam Islam, yakni mengesakan Allah Swt. Dalam setiap aspek kehidupan, semestinya semua berpusat pada Allah Swt. tak ada sesembahan lain (illah-illah) lain selain Allah. Tak sembarang ayat nan diawali dengan penyebutan kalimat tauhid seperti itu. Ayat kursi berisi penegasan bahwa Allah lah Tuhan satu-satunya nan patut disembah dan sebagai satu-satunya penguasa baik di langit maupun bumi.

Kemudian, dalam ayat tersebut terdapat penggalan kata "al-hayyu" dan "al-Qayuum" . Dua kata ini ialah sebagian dari asmaul husna nan artinya "yang hayati dengan sendirinya dan selamanya" . Semestinya dengan kedua sifat ini, seluruh makhluk termasuk manusia, hanya menggantungkan diri dan segenap keinginan kepada Allah. Sifat-sifat Allah nan menandakan kekuasaannya tergambar jelas dalam ayat kursi.

Ketika menggantungkan harapan, impian, dan hayati pada sesuatu nan tak kekal, pada saatnya akan sia-sia manakala nan menjadi loka bergantung itu terkena hukum alam nan bernama mati. Tentu hal itu tak dapat dijadikan sebagai panduan sebab memiliki sifat nan sama dengan kita.

Tapi, berbeda manakala hanya menggantungkan segenap lahir dan batin kepada Allah nan jelas-jelas Maha Hayati dengan sendiri dan selamanya. Dua kata dari asmaul husna nan terdapat dalam ayat kursi ini semakin mengukuhkan ketauhidan kita. Kekekalan Allah tidak diragukan lagi dan hanya Allahlah nan patut disembah sebab memiliki sifat tersebut.

Sifat al-Hayyu dan al-Qayuum ini seakan menjadi penunjuk dari holistik sifat Allah. Semuanya berpusat dari sifat Allah nan hayati dengan sendirinya dan selamanya. Kekuasaan Allah dalam sifatnya nan hayati dengan sendirinya dan selamanya ini memberikan peringatan pada umat manusia bahwa Allah selalu ada dan kekal. Allah ialah penguasa sesungguhnya nan tidak akan terhapus baik oleh waktu, maupun oleh kematian nan hanya milik umat-Nya. "Kursi" atau kekuasaan dan keagungan Allah ialah keagungan nan paling konkret dari semuanya.



Tidak Mengantuk dan Tidak Pula Tidur

Laa ta'hudzuhuu shinatuu walaa na'um

"Dia tak mengantuk dan tak tidur" . Ini memperkuat kembali kata-kata sebelumnya, bahwa Allah Swt. tak hanya hayati dengan sendirinya dan selamanya, tapi juga tak mengantuk dan tak tidur. Hal ini memberikan penekanan pada sifat Allah nan sangat berbeda dengan umat-Nya. Mengantuk dan tidur merupakan salah satu sifat mustahil Allah.

Secara harfiah sebenarnya dengan tak mengantuk saja sudah cukup menjadi penjaga, apalagi kalau tak tidur. Betapa luar biasa penjagaan Allah terhadap seluruh makhluk-Nya. Dengan mengetahui hal ini, jelas bahwa Allah selalu bersama orang-orang nan ada di jalanNya, baik siang maupun malam. Berbeda dengan orang nan merasa tak dekat dengan Allah dengan melakukan berbagai hal tanpa perhitungan dan tak memperdulikan bahwa itu baik atau buruk.

Lahuuma fissamaawaati wamaa fil ardli

Kata-kata selanjutnya dalam ayat kursi nan kalau diterjemahkan ialah berbunyi "Kepunyaan-Nya apa nan ada di langit dan di bumi." Kepada siapa lagi kita harus bergantung, kepada siapa lagi harus mengharap, kepada siapa lagi layak meminta kalau seluruh nan ada di langit dan di bumi ialah kepunyaan Allah? Ini manifestasi keyakinan dari awal ayat ini tentang penegasan kalimat tauhid.

Mandzallazii Yasfa'u indahuu illaa biidznihii

"Tiada nan bisa memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya."

Tafsir kalimat ini ialah bahwa tak ada kekuatan nan dapat memberi seorang makhluk kegunaan dan mencagah dari bahaya. Memang benar, di akhirat kelak seorang muslim dapat memberikan syafaat buat orangtua, anak, saudara atau sahabatnya, selama dia beriman dan meninggal dalam keadaan beriman pula.

Petikan kata-kata dalam ayat kursi ini menegaskan bahwa Allah Swt. punya kekuatan buat memberi syafaat dan memberi ijin kepada sesama makhluk buat memberi syafaat. Memberi syafaat berarti menjadi mediator bagi orang lain dalam mendatangkan kegunaan atau mencegah bahaya.

Ya'lamu maa bayna aidiihim wamaa qalfahum

"Dia mengetahui apa nan di hadapan mereka dan di belakang mereka"

Maksud dari makna ini ialah Allah mengetahui segala sesuatu mengenai masa lalu dan masa depan manusia. Allah mahamengetahui apa nan sudah dilupakan manusia dan apa nan akan dihadapi manusia di masa depan. Apalagi nan sedang terjadi saat ini. Seperti halnya kekuasaan Allah, ilmu Allah juga tidak ada batasnya.

Walaa yukhii thuuna bisayyi ii min'imihii illa bimasyaa

"Dan mereka tak mengetahu apa-apa dari ilmu Allah kecuali dengan apa nan dikehendaki-Nya"

Kita sebagai umat manusia hanya mengetahui ilmu nan Allah turunkan melalui Al-Qur'an dan Hadist. Ilmu Allah nan lain nan menyangkut penetahuan-Nya mengenai apa nan di bumi dan di langit, apa nan terjadi di masa lalu, sekarang, atau masa depan hanya Allah lah nan mengetahuiNya.

Wasi'a kursiyyuhus samawaati wamaa filardi

"Kursi Allah meliputi langit dan bumi"

Kekuasaan Allah tak hanya menyangkut mengenai umat manusia dan segala nan ada di bumi. Allah nan mahamengetahui memiliki kekuasaan bukan hanya di bumi, melainkan juga di langit nan tidak diketahui manusia.