Identitas Kebudayaan Sa Huynh
Pengaruh Kebudayaan Sa Huynh Kepada Indonesia
Mungkin tak banyak nan tahu bahwa bangsa Vietnam memberi sumbangan cukup besar bagi perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. Salah satunya ialah kebudayaan Sa Huynh, nan merupakan kebudayaan pantai dan berkembang di akhir zaman logam, sekitar 600 SM - 1 M.
Vietnam merupakan sebuah negara dengan kebudayaan nan cukup kental. Coraknya nan sama dengan kebudayaan Indonesia, memberikan sedikit pengaruh, dan salah satunya ialah kebudayaan Sa Huynh.
Seperti kita ketahui, zaman logam atau nan biasa disebut dengan zaman perundagian, ialah sebuah masa perkembangan kebudayaan di mana mulai dikenal penggunaan alat dari logam secara dominan. Sebelumnya, kebudayaan prasejarah menggunakan batu sebagai alat dalam kehidupan mereka. Dan kebudayaan Sa Huynh menjadi salah satu kebudayaan nan identik dengan logam.
Zaman logam sendiri dibagi menjadi tiga periodisasi sinkron dengan kemajuan teknologi di dalamnya, yakni: zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Kebudayaan Sa Huynh menjadi saksi bisu ketiga zaman tersebut.
Penamaan itu merujuk pada jenis logam nan dieksplorasi pada masa tersebut. Indonesia sendiri - dan Asia Tenggara secara generik - tak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi.
Teknologi nan digunakan kebudayaan Sa Huynh buat membuat logam dicurigai merupakan hasil taaruf dan pengaruh dari kebudayaan Cina. Benda perunggu nan ditemukan di wilayah Sa Huynh berupa seperti gelang dan lonceng. Dua benda logam tersebut disinyalir ikut memengaruhi kebudayaan dan keberadaan lonceng dan gelang di Indonesia.
Identitas Kebudayaan Sa Huynh
Kebudayaan Sa Huynh berasal dari kampung pesisir di selatan Da Nang, diantara Thua Thein dan delta sungai Dong Nai di provinsi Quang Nam, Vietnam, dan memiliki keahlian tinggi dalam bidang kerajinan logam, terutama perunggu.
Kebudayaan Sa Huynh memiliki corak nan sangat mirip dengan kebudayaan Dongson, nan selama ini kita kenal memiliki pengaruh kuat di Asia Tenggara. Kebudayaan Sa Huynh ini berlangsung antara 600 SM hingga 1 M.
Penduduk Sa Huynh sebagai pelaku kebudayaan Sa Huynh menggunakan bahasa Cham. Cham sendiri ialah kebudayaan nan memiliki corak khas dengan rona budaya India Champa, dan merupakan kelompok masyarakat nan menggunakan bahasa Austronesia.
Bangsa Cham disinyalir memiliki interaksi kebangsaan dengan dengan masyarakat orisinil kepulauan Indonesia. Dari situlah interaksi antara kebudayaan Sa Huynh dengan Indonesia terlihat begitu akrab dan saling terkait.
Ciri khas kebudayaan Sa Huynh nan membedakan dari kebudayaan Dong Son maupun kebudayaan lain, ialah kubur tempayan. Yakni prosesi penguburan dengan memasukkan jenazah ke dalam tempayan sebelum menguburkannya ke dalam tanah.
Budaya inilah nan diyakini dibawa oleh orang Cham ke Kepulauan Indonesia, berdasarkan bukti-bukti arkeologis berupa inovasi tempayan kubur di Bahari Sulawesi nan memiliki kemiripan dengan tempayan kubur di Sa Huynh.
Penemuan tempayan kubur di Bahari Sulawesi mendukung teori jalur perkembangan kebudayaan Sa Huynh nan ada di Vietnam masuk ke Indonesia. Selama ini, kebudayaan Vietnam diyakini masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yakni jalur barat, melewati pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan; dan jalur timur, melalui Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.
Penyebaran kebudayaan Sa Huynh terlihat dari jejak jalur barat dapat dan dapat dilihat pada berbagai motif hias gerabah di kompleks gerabah Buni, (Bekasi), maupun komplek gerabah Gilimanuk (Bali). Sementara jejak jalur timur terlihat pada kompleks gerabah Kalumpang (Sulawesi Selatan).
Pengaruh kebudayaan Sa Huynh bukan saja terlihat pada motif hias, tetapi juga pada teknologi nan dipakai. Dari sana terlihat bahwa bangsa Sa Huiynh telah mencapai taraf pengetahuan dan teknologi nan cukup tinggi dibandingkan bangsa-bangsa semasanya. Dan, hal nan sama terlihat pula pada gerabah-gerabah nan ditemukan pada situs-situs gerabah di Indonesia.
Satu hal nan harus diakui ialah kebudayaan itu terlahir dari Norma para manusianya. Kebiasaan masyarakat suatu wilayah. Jika kebudayaan Sa Huynh memiliki kecenderungan atau dinilai memiliki pengaruh besar dalam kebudayaan Indonesia, itu semua dapat jadi dampak persamaan Norma para masyarakatnya.
Jejak Pengaruh Kebudayaan Sa Huynh di Indonesia
Mungkin tak banyak nan tahu bahwa bangsa Vietnam memberi sumbangan cukup besar bagi perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. Salah satunya ialah kebudayaan Sa Huynh, nan merupakan kebudayaan pantai dan berkembang di akhir zaman logam, sekitar 600 SM - 1 M.
Seperti kita ketahui, zaman logam atau nan biasa disebut dengan zaman perundagian, ialah sebuah masa perkembangan kebudayaan di mana mulai dikenal penggunaan alat dari logam secara dominan. Sebelumnya, kebudayaan prasejarah menggunakan batu sebagai alat dalam kehidupan
Zaman logam sendiri dibagi menjadi tiga periodisasi sinkron dengan kemajuan teknologi di dalamnya, yakni: zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Penamaan itu merujuk pada jenis logam nan dieksplorasi pada masa tersebut. Indonesia sendiri - dan Asia Tenggara secara generik - tak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi.
Sa Huynh
Sa Huynh ialah kampung pesisir di selatan Da Nang, diantara Thua Thein dan delta sungai Dong Nai di provinsi Quang Nam, Vietnam, dan memiliki keahlian tinggi dalam bidang kerajinan logam, terutama perunggu. Kebudayaan Sa Huynh memiliki corak nan sangat mirip dengan kebudayaan Dongson, nan selama ini kita kenal memiliki pengaruh kuat di Asia Tenggara.
Penduduk Sa Huynh menggunakan bahasa Cham. Cham sendiri ialah kebudayaan nan memiliki corak khas dengan rona budaya India Champa, dan merupakan kelompok masyarakat nan menggunakan bahasa Austronesia. Bangsa Cham disinyalir memiliki interaksi kebangsaan dengan dengan masyarakat orisinil kepulauan Indonesia.
Ciri khas kebudayaan Sa Huynh nan membedakan dari kebudayaan Dong Son maupun kebudayaan lain, ialah kubur tempayan. Yakni prosesi penguburan dengan memasukkan jenazah ke dalam tempayan sebelum menguburkannya ke dalam tanah. Budaya inilah nan diyakini dibawa oleh orang Cham ke Kepulauan Indonesia, berdasarkan bukti-bukti arkeologis berupa inovasi tempayan kubur di Bahari Sulawesi nan memiliki kemiripan dengan tempayan kubur di Sa Huiynh.
Penemuan tempayan kubur di Bahari Sulawesi mendukung teori jalur perkembangan kebudayaan Vietnam masuk ke Indonesia. Selama ini, kebudayaan Vietnam diyakini masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yakni jalur barat, melewati pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan; dan jalur timur, melalui Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.
Jejak jalur barat dapat dilhat pada berbagai motif hias gerabah di kompleks gerabah Buni, (Bekasi), maupun komplek gerabah Gilimanuk (Bali). Sementara jejak jalur timur terlihat pada kompleks gerabah Kalumpang (Sulawesi Selatan).
Pengaruh kebudayaan Sa Huiynh bukan saja terlihat pada motif hias, tetapi juga pada teknologi nan dipakai. Dari sana terlihat bahwa bangsa Sa Huiynh telah mencapai taraf pengetahuan dan teknologi nan cukup tinggi dibandingkan bangsa-bangsa semasanya. Dan, hal nan sama terlihat pula pada gerabah-gerabah nan ditemukan pada situs-situs gerabah di Indonesia.