Harapan Terhadap Kelangsungan Seni Ukir Nusantara

Harapan Terhadap Kelangsungan Seni Ukir Nusantara

Apa nan Anda ketahui tentang teknik ukir ? Indonesia merupakan negara nan kaya akan berbagai kebudayaan. Salah satu nan cukup populer ialah seni ukir. Seni ukir di Indonesia sudah ada sejak jaman primitif. Kebudayaan ini selalu mengalami perubahan sinkron dengan kepercayaan nan tumbuh dan berkembang di masyarakat pada jamannya.



Ragam Teknik Ukir Nusantara

Sebagai contoh, pada jaman kebudayaan Hindu-Budha, hasil seni ukir lebih condong ke arah kepercayaan tersebut. Seni ukir nan tumbuh di Indonesia juga berkembang di era kerajaaan atau istana. Hampir semua kerajaan nan ada di Indonesia memiliki kebudayaan seni ukir sendiri-sendiri. Ada seni ukir Bali, Madura, Cirebon, Padjajaran, Pekalongan, Yogyakarta dan Surakarta.

Ada banyak ukiran nan dapat dijumpai pada desain dan ornamen pada keratin, seperti di furniture, dinding ataupun kayu penyangga. Saat ini, banyak kolektor benda seni nan justru memburu furniture nan mempunyai bentuk dan ornamen klasik. Hal ini membuktikan bahwa seni ukir memiliki nilai nan tinggi dan tak lekang oleh jaman.

Jika zaman dahulu seni ukir lebih populer di kalangan keraton, saat ini seni ukir juga sudah digemari oleh kalangan masyarakat. Banyak pengrajin nan sengaja membuat seni ukir klasik dalam tampilan modern. Kemudian hasil dari seni ukir tersebut diterapkan pada benda-benda perabotan sehari-hari, nan banyak digunakan oleh masyarakat. Benda-benda tersebut terus disebarkan hingga mencakup kawasan nan lebih luas.

Hampir sama seperti pada zaman keraton, masing-masing daerah memiliki corak dan desain nan berbeda dalam hasil produksi seni ukirnya. Namun semuanya tetap menawarkan estetika masing-masing. Para kolektor pemburu benda seni ukir klasik pun tetap dapat memahami dengan jelas, bahkan mampu membedakan asal muasal hasil seni ukir nan ada, apakah berasal dari Cirebon, Padjajaran, Madura atau daerah lain di Indonesia.



Uniknya Seni Ukir Batak

Dari majemuk hasil seni ukir nan ada di Indonesia, dapat dikatakan bahwa ukiran nan berasal dari Batak ialah salah satu ukiran nan memiliki karakteristik khas, bahkan dianggap memiliki kekuatan nan sakral. Salah satu karakteristik khas nan membuat seni ukir dari Batak terlihat memiliki unsur magis ialah sebab lekuknya nan tak biasa.

Sebagai contoh pada seni ukir Batak nan berbentuk kepala kuda. Bentuk ini tentunya mengingatkan kita akan rumah adat suku Batak nan khas. Seni ukir nan tumbuh dan berkembang di Indonesia merupakan hasil dari kepercayaan masyarakat. Oleh sebab itu, apabila ada kepercayaan masyarakat nan bersifat magis dan segala hal nan berkaitan, maka aktualisasi diri tersebut akan muncul dalam bentuk seni ukir nan beragam.

Sekarang, coba kita amati rumah adat masyarakat Batak. Rumah ini selalu memiliki unsur seni budaya nan menggabungkan berbagai rona dalam gambar natural seperti hitam, merah, dan putih. Serta dekorasi ruangan nan terlihat geometris. Apabila kita perhatikan, setiap rumah adat Batak selalu memiliki hiasan berupa kepala binatang.

Hiasan ini biasanya selalu digabung dengan motif ukiran alam. Menurut salah satu sumber terpercaya, ukiran kepala kuda dalam rumah adat Batak ialah simbol dari perlindungan. Ternyata kuda memang dianggap sebagai hewan spesifik bagi masyarakat Batak Toba.

Hal ini ditunjukan bahwa hewan ini sering disembelih, dan menjadi hewan nan dipersembahkan spesifik buat menghormati para leluhur. Kepercayaan ini tentunya memiiki banyak unsur magis. Oleh sebab kuatnya unsur magis dalam kepercayaan masyarakat Batak membuat munculnya banyak benda hasil ukir dengan berbagai ragam dan desain.

Lain Batak lain pula Dayak. Suku nan berasal dari Kalimantan ini juga tak kalah dalam hasil seni ukirnya. Suku Dayak memiliki hasil seni ukir nan beragam, dengan model nan berbeda-beda. Etnis ini ingin menunjukan kepada global bahwa suku Kalimantan juga memiliki hasil seni ukir nan majemuk dan memiiki karakteristik khas tersendiri.

Semua hasil seni ukir dibuat dengan saksama, sehingga memiliki kualitas nan baik. Ini juga menunjukan bahwa seni tradisional dapat bersaing dengan seni modern. Bahkan dalam beberapa sisi, seni tradisional memiliki estetika nan tak dimiliki seni modern. Lekukan nan ada pada hasil seni rupa Kalimantan, tentunya berbeda dengan hasil seni ukir dari suku Asmat atau bahkan Jepara.

Perbedaan ini disebabkan sebab adanya latar belakang, dan tujuan nan berbeda pula dalam teknik nan digunakan. Meskipun teknik ukir dan hasil ukiran setiap daerah berbeda, namun pada dasarnya terdapat unsur nan sama dalam ragam ukir klasik.

Diantaranya ialah pilin, daun, ceplok dan lung. Pilin ialah suatu pola ukir dengan bentuk garis lengkung nan memusat. Penyebutan pilin buat beberapa daerah berbeda. Sebagai contoh, di Jepara, pilin dikenal sebagai ukel atau ulin. Di Bali, unsur ini lebih dikenal dengan nama util.

Bentuk pilin terbagi menjadi dua, yaitu pilin tunggal atau pilin nan terbentuk sendiri dari pokok daun dan pilin nan terbentuk sebab adanya bentuk lain nan muncul, seperti pada lubang, daun ceplok dan lain sebagainya.

Ukiran daun disebut juga dengan patra atau patran. Ukiran ini dapat dikategorikan berdasarkan disparitas pola, teknik ukir, objek asal, loka tumbuh pohon nan memiliki daun tersebut, dan penggambarannya. Ceplok ialah loka awal tumbuhnya suluran nan terdiri dari daun, pilin, kembang dan beraneka bentuk lainnya.

Sedangkan lung ialah suatu bentuk lanjutan dari daun nan tumbuh. Masing-masing daerah memiliki bentuk lung nan berbeda. Lung dianggap sebagai faktor pembeda nan menjadi karakteristik khas setiap daerah. Teknik ukir nan digunakan buat membuat seni ukir terbagi menjadi empat, yaitu pilin bersambung, simetri, roset dan medallion.

Pada pilin bersambung, teknik nan digunakan ialah pilin nan diurutkan dengan posisi bolak-balik. Simetri ialah benda nan digunakan sebagai alas nan akan dihias dengan cara membagi bagian tersebut menjadi dua sama besar.

Lalu si pengukir membuat ukiran nan sama besar pada kedua sisi bidang dengan bentuk nan sama. Pada teknik roset, pengukir membuat ukiran dengan menggunakan cara ceplok. Lokasi nan digunakan ialah pusat atau tengah lingkaran. Teknik ini juga dapat digunakan buat menghias bidang persegi. Tempatkan ceplok pada tengah persegi, lalu hiasi dalamnya menggunakan pola hias tertentu.



Harapan Terhadap Kelangsungan Seni Ukir Nusantara

Dengan memahami unsur dan teknik ukir setiap daerah di Indonesia, diharapkan semua masyarakat Indonesia menjadi lebih mengenal, dan menghargai kebudayaannya sendiri. Seni rupa klasik ialah warisan budaya leluhur nan harus dijaga dan dipertahankan. Pola nan berbeda dari semua hasil seni ukir menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sangat majemuk dan menjunjung tinggi perbedaan.

Semua daerah memiliki hasil budaya seni rupa nan khas dan tak dapat dibandingkan dengan seni rupa modern. Pelestarian akan budaya seni rupa Indonesia dianggap penting, sebab jaman sekarang makin banyak pemuda nan lebih tertarik dengan budaya asing dan melupakan kekayaan budayanya sendiri.

Salah satu cara buat mempertahankan budaya Indonesia ialah dengan meminta para artis ukir modern di Indonesia buat tetap membuat seni rupa dengan desain klasik agar terus dikenal masyarakat. Semoga bermanfaat.