Musim Kemarau dan Akibatnya
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) di Indonesia atau mungkin juga di global perlu menemukan piranti lunak terbaru agar bisa lebih cermat dalam memprediksi keadaan cuaca, iklim, musim dan arah angin. Bagaimana tidak, prediksi musim nan mestinya musim kemarau nyatanya hujan, begitu pula sebaliknya.
Baru-baru ini global dikejutkan dengan badai salju nan melanda Eropa, Amerika, dan Australia. Berdasarkan prakiraan cuaca, di luar negeri seremoni Natal berlangsung di musim panas, ternyata salju turun dengan sangat hebat.
Sahabat, jangan anggap sepele sebuah ramalan cuaca. Sebab, hal ini berkaitan dengan nasib hayati nyawa orang banyak. Misalnya, ketika orang akan melakukan perjalanan melalui darat, udara, dan laut. Kondisi cuaca menjadi perhitungan tersendiri buat selamat sampai di tujuan.
Perbedaan Iklim, Cuaca, dan Musim
Cuaca ialah kenyataan atmosfer bumi berlangsung dalam jangka waktu nan pendek. Misalya pada suatu sore, cuca menjadi dingin sebab baru saja terjadi hujan. Atau pada siang hari terasa sangat panas sebab hujan yag tidak kunjungdatan. Itulah cuaca nan terjadi pada jangka waktu nan lumayan pendek.
Sedangkan iklim berbeda dengan cuaca, rentang waktunya lebih panjang. Sebut saja Indonesia memilliki iklim tropis. Hal ini memang disebabkan sebab keberadaan Indonesia pada bumi. Dan iklim tropis ini dimiliki Indonesia dalam jangka waktu nan sangat panjang dan tidak berubah-ubah dalam jangka waktu tersebut.
Sedangkan musim ialah pembagian perubahan iklim di bumi. Biasanya dibagi menjadi 4 musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Indonesia terletak di daerah tropis. Oleh sebab itu, di Indonesia hanya terjadi dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.
Setiap musim memiliki cirri dan karakternya sendiri. Dan setiap musim ini pula berbeda dengan musim nan lain. Ada hal nan bisa membedakan satu musim dengan musim nan lainnya.
Apa itu Musim Kemarau?
Untuk saat ini jelaslah tak dapat digeneralisir bahwa kemarau identik dengan kekeringan. Sebab, musim ini pun ternyata turun hujan nan dinamakan dengan istilah kemarau basah (lembab). Musim ini sendiri dipengaruhi sistem muson. Disebut musim kemarau sebab menurut BMKG curah hujan per bulan harus di bawah 60 mm per bulan (atau 20 mm per dasarian) selama tiga dasarian berturut-turut.
Lawan dari musim kemarau ialah musim penghujan. Pertanyaannya mengapa kadang suatu musim berjalan lebih panjang dari biasanya? Gejala ini disebut ENSO nan bisa memperpanjang kekeringan.
Masih menurut BMKG, penyebab hujan pada musim tidak ada hujan ini: "kondisi anomali iklim nan terjadi selama musim tidak ada hujan ini. Anomali iklim tak terlepas dari sejumlah kondisi faktor pengendali curah hujan di wilayah Indonesia dengan menghangatnya suhu permukaan bahari perairan Indonesia."
Musim ini memang telah menjadi sebuah hal nan wajar dari kedaan alam nan ada di Indonesia. Karena Indonesia merupakan Negara nan memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Setelah musim hujan memang bisa dipastikan akan datang musim panas atau kemarau. Namun selama beberapa waktu ini terjadi sedikit disparitas nan ada. Pada musim tidak ada hujan ini, banyak daerah nan menjadi kering, sulit buat mendapatkan air bahkan sumber air banyak nan kering. Dengan kenyataan seperti ini, akan sangat sulit buat bisa memperoleh air.
Air ialah hal terpenting nan sine qua non di dalam kehidupan manusia. Air banyak sekali khasiatnya bagi manusia. Dalam banyak aktivitas keseharian manusia nan membutuhkan air.
Untuk itu, jika air hilang keberadaannya atau menjadi sulit buat memperoleh air maka hal itu akan bisa menyebabkan masalah bagi peradaban manusia. Kesulitan buat mendapatkan air seakan menambah masalah nan telah muncul.
Banyak sekali dampak nan akan menimpa manusia dari hilangnya air atau sulitnya buat mendapatkan air. Kekeringan nan menimpa banyak daerah juga memberikan pengaruh kepada keberlangsungan hayati para petani.
Juga kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari nan membutuhkan air. Misalnya buat mandi dan memasak saja sulit buat dilakukan sebab tak ada air. Maka benarlah jika dikatakan bahwa air ialah hal nan krusial buat selalu ada di dalam kehidupan manusia.
Musim Kemarau dan Akibatnya
Perubahan Pola Tanam . Akibat perubahan cuaca nan tak menentu, petani diharapkan menyesuaikan pola tanam dalam menghadapi musim tidak ada hujan ini. Petani nan mengandalkan tadah hujan sulit mendapatkan air. Petani lebih baik tak menanam padi, tetapi ganti dengan palawija.
Hal ini sangatlah wajar sebab musim kemarau ialah musim dimana sangat sulit buat mendapatkan air, terutama bagi para petani di daerah pertanian. Para petani harus bisa memutar otak buat bisa menemukan cara nan jitu agar tanaman nan ada di sawah atau ladangnya bisa bertahan.
Tanaman ialah seperti halnya manusia nan tetap membutuhkan air sebagai makanannya. Banyak tanaman nan wafat ketika tidak ada air. Ketidakberadaan air memang bisa menyebabkan tanaman wafat sehingga bisa merugikan para petani.
Untuk itu, haruslah dicari terobosan baru, mencari jenis tanaman nan bisa digunakan atau ditanam di kala tak ada banyak air. Petani niscaya sudah bisa memperkirakan datangnya musim di waktu tak ada air sehingga bisa menentukan jenis tanaman nan akan ditanam.
Banyak kekeringan melanda beberapa daerah. Indonesia memang menjadi Negara nan subur. Banyak hutan serta tanaman nan ada di dalamnya. Curah hujan nan dimiliki Indonesia pun begitu melimpah.
Namun, ternyata Indonesia juga mengalami masa di mana tak ada hujan turun selama beberapa waktu. Dan dengan keadaan nan seperti ini tentunya kadar kandungan air nan ada juga berkurang.
Dengan ini maka kekeringanlah nan akan terjadi. Sulit buat mendapatkan air, baik bagi manusia itu sendiri, tumbuhan dan juga hewan. Air menjadi sebuah barang nan langka. Untuk mendapatkan air pun menjadi sebuah perjuangan berat nan harus dilakukan.
Banyak daerah di Indonesia nan mengalami ekeringan di masa tak turun hujan ini.hal nan sulit terutama dialami oleh sebagian petani. Karena mereka akan mengalami kesulitan buat bisa mengairi sawah mereka.
Juag bagi kebanyakan masyarakat secara umum. Karena memang air ialah sumber kehidupan, dimana tak ada air maka akan jauh dari kehidupan. Banyak penduduk di beberapa daerah nan harus berjalan selama beberapa kilometer hanya buat mendapatkan beberapa kaleng air saja. Mereka tetap saja melakukannya agar bisa bertahan buat mendapatkan air.
Sejatinya, masalah kekeringan ini bisa dipecahkan dengan regulasi dan kebijakan nan jelas dari pemerintah kita. Tentu kita sudah paham waktu mana saja nan hujan akan tak turun nan menyebabkan kekeringan. Pada waktu hujan turun, dapatlah diatur bagaiman buat bisa menampung air sehingga air tetap bisa dinikmati oleh penduduk kita di kala hujan tidak turun.
Hanya saja dalam melakukan ini diperlukan sebuah tekad dan niat nan kuat. Dalam pengaturan ini nan diperhatikan ialah bagaimana mengatasi permasalahan nan menimpa rakyat. Pemerintah tentu bisa bekerja dengan optimal mengenai hal ini.
Selama ini, jika ada permasalahan mengenai kekeringan, nan banyak dilakukan oleh pemerintah ialah mendatangkan air dalam jumlah nan bear di dalam kendaraan-kendaraan besar seperti truk.
Hal ini memang bisa membantu persediaan air penduduk. Namun hal ini hanya bisa mengatasi permasalahan kekeringan ini secara temporer saja. Apalagi datangnya kendaraan ini tak setiap hari sedangkan kebutuhan akan air setiap hari.
Untuk itu, persediaan akan airlah nan harus dikelola dengan maksimal dan memadai. Agar bisa menyelesaikan masalah sulitny air saat hujan tidak datang. Dengan ini tentunya masalah tentang air bisa segera diatasi.
D atangnya beberapa bencana. Satu hal lagi, El Nino biasanya terjadi akhir Desember sampai beberapa minggu. El Nino mengakibatkan kekeringan. Berbeda dengan La Nina nan menyebabkan curah hujan nan tinggi dan berlebihan. Hal ini nan bisa menimbulkan banjir dan tanah longsor.
Hal ini memang disebabkan oleh taraf kadar udara atau tekanan udara nan meningkat saat tak ada hujan. Untuk itu, beberapa bala ini hanya ada ketika pada musim tersebut.
Sahabat, iklim di global umumnya sekarang sudah berubah. Mau tak mau, suka atau tak kita pun perlu menyesuaikan diri. Sebab, kalau tak begitu, kita dengan sendirinya pun tak mampu memprediksi ke arah mana kita akan melangkah.
Itulah bagaimana musim kemarau memberikan pengaruhnya terhadap peradaban manusia.