Fenomena Lipsync Shinta Jojo

Fenomena Lipsync Shinta Jojo

Wajah manis khas mojang Priangan. Kulit putih dan mata bulat memesona. Rambut hitan digerai lepas sebahu. Begitulah sosok dari Shinta Jojo . Dua mahasiswa dari Kota Bandung ini, pada pertengahan 2010 sempat menyedot perhatian dari publik Indonesia.



Popularitas Shinta Jojo

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak kecil pun sangat familiar dengan nama maupun sosok kedua gadis manis dan imut tersebut. Ketenaran Shinta Jojo bahkan mampu menutupi kasus video mesum Ariel, Cut Tari dan Luna Maya nan sebelumnya begitu marak diberitakan. Untuk sesaat, masyarakat Indonesia larut dengan kehebohan video lipsync nan mereka upload di YouTube.

Awalnya video itu akan diupload ke Facebook. Namun sebab hambatan ukuran arsip nan besar, Shinta Jojo memutuskan buat menyimpannya di portal berbagi video terbesar di dunia, yakni YouTube. Tidak ada niat apa pun, selain ingin menyalurkan keisengan dan kenarsisan mereka. Shinta Jojo tak terpikir mencari popularitas atau mendapat apresiasi dari masyarakat Indonesia.

Namun, ternyata penampilan jenaka mereka nan membawakan lagu Keong Racun dengan cara lipsync, dianggap sangat menghibur. Kehadiran Shinta Jojo jadi perbincangan hangat di global hiburan. Mereka pun sontak menjadi selebritas dadakan.

Lihat saja bagaimana angka fantastis para netter (pengguna internet) di YouTube nan menyaksikan video Keong Racun Shinta Jojo. Semenjak diupload pada 18 Juni 2010, video lipsync mereka telah mencapai angka 6,967,727. Jumlah pengunjungnya jauh melebihi video lipsync populer lainnya dari Norman Kamaru nan hanya mencapai angka 2.413.286.

Keisengan dan kenarsisan Shinta Jojo di video tersebut pertama kali diperbincangkan di lembaga Online Indonesia, Kaskus. Perbincangan ini makin meluas ketika situs detik.net menjuluki mereka sebagai Duo Keong Racun. Pemberitaan nan membuat para netter semakin banyak mengunjungi YouTube buat melihat aksi kedua dara tersebut.

Selesaikah sampai disitu? Ternyata tidak. Di situs jejaring sosial Twitter, perbincangan mengenai Shinta Jojo bahkan menjadi Trending Topics selama empat hari. Dan bagaikan imbas bola salju (snow ball effect), popularitas Shita Jojo di global maya akhirnya mengantarkan mereka buat mencicipi bagaimana rasanya menjadi selebritas. Terkenal dan dilimpahi uang banyak.

Sosok Shinta Jojo pun terlihat wara-wiri di global hiburan Indonesia. Berbagai undangan menjadi bintang tamu di beberapa stasion televisi nasional, bintang iklan produk tertentu, menjadi model video klip lagu Keong Racun nan diaransemen ulang oleh Charly ST 12 dan dinyanyikan duo Putry Penelope, hingga menyanyi sungguhan di single lagu mereka nan berjudul Tokek Belang.

Momentum kesuksesan video lipsync Keong Racun telah membuat Shinta Jojo menuia popularitas dalam waktu singkat. Popularitas nan berawal dari keisengan. Sama sekali tak direncanakan oleh kedua gadis nan masih berstatus sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung itu.



Fenomena Keong Racun Shinta Jojo

Uniknya, lagu Keong Racun nan berirama dangdut house music (dangdut koplo) ini sebenarnya bukan lagu anyar. Tapi, lagu Keong Racun sudah pernah dibawakan oleh seniman dangdut nan suaranya dilipsync oleh mereka berdua. Jadi, di video tersebut Shinta Jojo tak menyanyi sungguhan.

Lagu dangdut dengan lirik menggelitik itu memang asik didengar. Dipadukan dengan irama house nan membuat bersemangat ketika mendengarnya, Keong Racun punya syarat sebagai lagu berhasil di pasaran. Namun, ketika pertama kali dibawakan oleh penyanyi sesungguhnya yaitu Lisa, Keong Racun tak mampu mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Popularitas nan didapat oleh Lisa, tak sebesar Shita Jojo. Lagu Keong Racun hanya disukai oleh para penikmat musik dangdut.

Lagu nan diciptakan oleh Buy Akur itu, baru meledak di pasaran ketika video lipsync Shinta Jojo ramai dibicarakan. Padahal, Shita Jojo hanya mengandalkan aksi kocak dan narsis mereka nan mengundang tawa. Hanya saja, keberuntungan agaknya berpihak kepada Shinta Jojo. Bukan kepada Lisa, seniman nan menyanyikan lagu tersebut.

Popularitas atau ketenaran mereka dapatkan dalam waktu singkat dan dengan cara terbilang mudah. Inilah nan membuat video lipsync Keong Racun Shinta Jojo disebut sebagai sebuah kenyataan di global hiburan Indonesia.

Fenomena nan melibas pakem bahwa ketenaran atau popularitas didapatkan butuh waktu lama. Shinta Jojo jadi contoh bagaimana menjadi terkenal itu dapat didapatkan dengan cara mudah dan waktu singkat. Tak perlu bersusah payah membangun setapak demi setapak tangga kesuksesan sebagai artis. Tak perlu pula menunggu waktu lama agar popularitas didapatkan. Bahkan tanpa kapital kemampuan menyanyi mumpuni, terbukti Shita Jojo sukses mencatatkan namanya sebagai selebritis dadakan.

Memang, beberapa pihak menganggap kesuksesan Shinta Jojo ibarat kenyataan bintang jatuh. Yaitu kesuksesan nan didapat dalam waktu singkat, dan akan singkat pula berakhirnya. Shinta Jojo pun dianggap hanya mengandalkan keberuntungan. Hoki nan besar disebut-sebut sebagai karena primer Shinta Jojo bisa merasakan glamornya global selebritas, dan bukan sebab kemampuan orisinil mereka.

Pandangan ini terbukti benar. Meroketnya popularitas Shinta Jojo hanya bertahan dalam waktu tidak begitu lama. Beberapa bulan setelah kenyataan Keong Racun menggebrak global hiburan Indonesia, sosok Shinta Jojo sudah tidak lagi tampak di televisi atau media-media lainnya. Meskipun nama Shinta Jojo masih lekat di benak masyarakat, tapi kehadiran mereka di ruang publik sudah tak terdengar atau terlihat lagi.

Selain itu, kenyataan Keong Racun nan dipopulerkan oleh Shinta Jojo menuai kritik dari sebagian kelompok masyarakat, yaitu dari para budayawan. Menurut mereka, kenyataan Keong Racun mencerminkan kondisi memprihatinkan masyarakat Indonesia. Ini sebab lirik dari lagu nan menceritakan perselingkuhan itu, bukanlah lirik lagu mendidik. Tapi sebaliknya, mengumbar sesuatu nan tak pantas secara etika.

Para sosiolog juga berpendapat serupa. Hanya saja nan mereka soroti ialah kenyataan video lipsync Shinta Jojo . Populernya video tersebut dianggap mencerminkan kehidupan para remaja atau kalangan muda nan semakin apatis terhadap kondisi sosial di masyarakat. Mereka lebih sibuk mengurusi hal-hal remeh seperti membuat video lipsync nan secara sosial tak memberi kegunaan apa pun.

Selain itu, video lipsync Shinta Jojo menjadi bukti bahwa kaum remaja atau kalangan muda tak memiliki visi hayati nan jelas. Mereka termasuk kelompok nan gamang terhadap masa depan. Akibatnya, mereka pun terjebak pada arus negatif gaya hayati modern. Yaitu gaya hayati ikut-ikutan.



Fenomena Lipsync Shinta Jojo

Lipsync dalam global tarik suara sebenarnya merupakan sesuatu nan pantang dilakukan oleh seorang penyanyi profesional. Ini sebab ketika bernyanyi secara lipsync (seperti Shinta Jojo), penyanyi itu sesungguhnya tak bernyanyi. Ia hanya mengerakkan bibir dan berakting seolah benar-benar sedang bernyanyi. Sehingga ada unsur ‘penipuan’ di dalamnya.

Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, di Indonesia mengalami booming video lipsync nan diupload di internet (YouTube). Contohnya, video lipsync Shinta Jojo, Norman Kamaru. Berawal dari popularitas di global maya, mereka (para pelaku video lipsync) pun menapaki kepopuleran di global nyata. Mulai dari mendapat kontrak sebagai bintang iklan, presenter acara tevisi, hingga masuk ke dapur rekaman dan menghasilkan beberapa single lagu.

Fenomena maraknya video lipsync ini, ditanggapi negatif oleh kalangan pengamat musik Indonesia. Mereka (para pengamat musik) beranggapan bahwa kenyataan video lipsync bisa menjadi ancaman bagi industri musik Indonesia. Yakni bisa menurunkan kualitas musik. Mengapa? Karena, mereka nan masuk ke global industri musik melalui ‘jalur’ video lipsync, umumnya memiliki kualitas bernyanyi di bawah rata-rata.

Para selebritis dadakan itu dapat eksis sebab imbas dari hebohnya pemberitaan media massa. Jadi, bukan sebab kemampuan bernyanyi mereka nan luar biasa. Dan salah satu contoh paling konkret ialah video lipsync Shinta Jojo. Lalu, kemana Shinta Jojo sekarang ini?