Brahma - Wisnu - Siwa di Candi Prambanan, Peninggalan Agama Hindu
Candi merupakan bangunan suci peninggalan agama Hindu . Indonesia ialah surganya. Negeri seribu candi.Ratusan candi ada di sini. Sarat dengan arsitektur candi nan megah, relief penuh simbol kearifan, hingga tampilan candi yang menawan. Dari semua candi, Prambanan ialah nan terelok. Bahkan, di seluruh dunia.
Mahakarya kebudayaan Hindu abad IX (781 Saka atau 859 Masehi) ini, dibangun pada masa pemerintahan dua raja, yaitu Rakai Pikatan dan Rakai Balitung dari Dinasti Sanjaya. Bentuknya berupa enam candi utama, dua candi pengapit (utara-selatan), empat candi kelir dan empat candi sedut, serta lebih dari 250 candi kecil ( perwara ) di halaman luarnya.
Keberadaan Prambanan tak begitu jauh dari Candi Plaosan (candi kembar). Sekitar 17 kilometer dari kota Yogyakarta. Kini, di tengah area candi, dibangun taman indah. Ciptaan nan membuat pesona Prambanan semakin membius. Bahkan, kesakralan bangunan nan umumnya terdapat di candi seakan kalah mentereng dibanding estetika Prambanan.
Ingin melihat Prambanan di pagi hari, siang, sore. Bahkan, ketika malam pun daya tariknya tak akan pudar. Megah dan elok dilihat dengan postur tinggi menjulang. Terutama, candi primer (Candi Siwa) setinggi 47 m.
Pembangunan dan Penelantaran Candi Prambanan, Peninggalan Agama Hindu
Candi Prambanan dibangun pada tahun 850 Masehi. Candi ini merupakan candi peninggalan agama Hindu nan termegah dan terbesar di pulau Jawa. Awal mula pembangunan candi ini dirintis oleh Rakai Pikatan, raja kerajaan Medang (Mataram Kuno).
Konon, Candi Prambanan dibangun semegah mungkin buat menandingi kemegahan Candi Borobudur sebagai candi terbesar peninggalan agama Budha. Walaupun kini kita mengenal candi Prambanan dengan nama “Prambanan”, nama candi ini ialah Siwagrha atau Siwalaya. Keterangan nama ini ditemukan di dalam Prasasti Siwagrha nan dibuat pada tahun 856 Masehi.
Terlepas dari legenda nan meliputinya, candi ini sesungguhnya dibangun buat memuja Siwa. Nama Siwagrha sendiri berarti ‘rumah Siwa’ dan Siwalaya berarti ‘alam Siwa’. Dari prasasti Siwagrha ditemukan cukup banyak informasi tentang pembangunan candi peninggalan agama Hindu ini.
Di antara lain ialah informasi tentang pembelokan sungai Opak. Sungai ini terletak terlalu dekat dengan bangunan candi sehingga dikhawatirkan akan mengerosi area candi. Akhirnya sebuah pekerjaan generik dalam perubahan tata air dilakukan buat mengubah arah genre sungai.
Candi Prambanan sempat menjadi pusat kegiatan agama Hindu di pulau Jawa selama kurang lebih 100 tahun, hingga kemudian ditelantarkan oleh penggunanya. Penyebab primer penelantaran peninggalan agama Hindu ini ialah pindahnya ibu kota kerajaan Medang ke Jawa Timur.
Tidak diketahui niscaya kenapa pemindahan ibu kota ini terjadi. Para pakar sejarah berspekulasi bahwa pemindahan terjadi dampak meletusnya gunung Merapi (gunung ini terletak 20 km dari Candi Prambanan), atau dampak perang saudara dan perebutan kekuasaan. Yang pasti, pemindahan ini menyebabkan Candi Prambanan terlantar dan lama-kelamaan rusak; candi-candi kecilnya bahkan runtuh. Runtuhnya bangunan candi diperparah oleh gempa bumi di abad 16.
Penemuan Kembali Candi Prambanan, Peninggalan Agama Hindu
Candi Prambanan tak terkubur tanah atau lumpur. Reruntuhannya tetap berdiri di sana selama ratusan; bahkan ribuan tahun. Penduduk sekitar mengetahui adanya candi ini, tetapi tak mengetahui fungsi dan sejarah candi megah tersebut. Akhirnya, penduduk lokal menciptakan cerita rakyat mengenai candi ini, nan dikenal dengan cerita Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso.
Pemugaran dan pencerahan atas pentingnya candi ini baru terjadi sejak tahun 1733, saat seorang Belanda bernama C. A. Lons mempublikasikannya ke global Barat. Candi ini ditemukan oleh masyarakat Barat melalui mata Colin Mackenzie, nan melaporkannya kepada Sir Thomas Stamford Raffles agar segera diteliti lebih lanjut.
Akan tetapi, penelitian mendalam baru dilakukan di tahun 1880-an. Sayangnya, banyak tindakan penjarahan dalam proses penelitian dan renovasi; benda-benda artistik diambil oleh bangsa Belanda buat dijadikan dekorasi taman, sedangkan batuan candi diambil oleh bangsa pribumi sebagai bahan bangunan. Untungnya, candi-candi besar dan beberapa candi kecil masih dapat diselamatkan sehingga kita dapat menganggumi estetika dan kemegahan candi ini sekarang.
Brahma - Wisnu - Siwa di Candi Prambanan, Peninggalan Agama Hindu
Dewa Trimurti yaitu Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa pemelihara), dan Siwa (Dewa Perusak), ialah keyakinan agama Hindu. Keyakinan ini pula nan terlihat ketika bertatap langsung dengan Prambanan.
Sebagai candi peninggalan agama Hindu , Prambanan merefleksikan tiga bukti diri dewa masyarakat Hindu. Yaitu, Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), dan Candi Wisnu (utara). Di depan candi-candi tersebut, ada Candi Sarana (kendaraan) sebagai kendaraan dari tiga dewa itu. Yaitu, Candi Angkasa (kendaraannya Brahma), Candi Garuda (kendaraannya Wisnu), dan Candi Nandi (kendaraannya Siwa).
Candi Prambanan merupakan Candi Siwa sebab bilik primer dari candi induk ditempati Dewa Siwa sebagai Maha Dewa. Semua candi induk (Brahma-Wisnu-Siwa) menghadap ke timur, dengan bentuk menyerupai gunungan pada wayang kulit.
Seperti halnya Candi Borobudur, Prambanan juga memiliki relief nan bertutur kisah moral dari masa lampau. Pada dinding pagar langkan Candi Siwa dan Candi Brahma, dipahat relief cerita Ramayana (Rama-Sinta). Sementara pada pagar langkah Candi Wisnu, dipahat relief Krisnayana (kisah Kresna).
Relief di Prambanan tak hanya berupa manusia dengan berbagai aktivitasnya. Prambanan memilki relief burung dengan taraf detail dan akurasi luar biasa. Bagaikan membaca pesan dari nirwana sebab hewan burung pada masa itu diyakini membawa pesan-pesan dari dewa (nirwana).
Peninggalan Agama Hindu: Legenda Roro Jonggrang dan Candi Prambanan
Candi Prambanan peninggalan agama Hindu ini biasa juga disebut sebagai Candi Roro Jonggrang. Ini sebab legenda di masyarakat tentang seorang dara yang jonggrang (jangkung). Cantik rupawan, putri seorang raja bernama Prabu Boko.
Alkisah, ada lelaki bernama Bandung Bondowoso dari kerajaan Pengging nan mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintainya, Jonggrang meminta Bondowoso membuat 1.000 candi (arca) dalam semalam.
Permintaan nan mustahil. Namun, dengan kesaktian Bondowoso, permintaan itu hampir terpenuhi. Sayangnya, Roro Jonggrang bersiasat hingga usaha Bondowoso gagal.
Bondowoso nan baru membuat 999 candi (arca) menjadi kecewa dan murka kepada Roro Jonggrang sebab menipunya. Dia pun kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca nan ke-1.000.
Roro Jonggrang nan dikutuk menjadi arca bisa dilihat wujudnya di salah satu bilik Candi Siwa. Bagi masyarakat setempat nan kental dengan legenda Roro Jonggrang, arca tersebut diyakini ialah tubuh putri nan dikutuk walaupun menurut keyakinan agama Hindu arca berbentuk perempuan itu ialah patung Dewi Durga, permaisuri Dewa Siwa.
Membedakan Candi Peninggalan Agama Hindu dan Budha
Setelah membahas banyak hal mengenai peninggalan agama Hindu termegah di pulau Jawa, kini saatnya Anda memahami karakteristik khas candi Hindu dan perbedaannya dengan candi Budha. Secara garis besar, candi-candi di Indonesia merupakan peninggalan agama Budha dan Hindu.
Candi peninggalan agama Budha bisa dikenali melalui bentuk-bentuk stupa. Stupa ditemukan di candi Mendut, candi Borobudur, candi Ngawen, candi Pawon, dan sebagainya. Relief nan terukir pada dinding candi Budha bercerita tentang keyakinan aliran-aliran agama Budha tersebut. Hal nan paling mencolok pada candi peninggalan agama Budha ialah keberadaan arca sang Budha.
Sementara itu, candi peninggalan agama Hindu memiliki bentuk ratna pada puncaknya (berundak dan lancip). Karakteristik arsitektur ini bisa ditemukan di candi Prambanan, candi Sambisari, candi Selogriyo, dan sebagainya. Adapun relief nan terukir di dindingnya ialah kisah nan diambil dari kitab-kitab Hindu, misalnya kisah Ramayana. Di dalam candi, terdapat patung dewa Hindu, misalnya Siwa, Brahma, Wisnu, Ganesha, dan sebagainya.