Tokoh Sastra dan Karya Sastranya

Tokoh Sastra dan Karya Sastranya

Dalam menyelami global sastra khususnya tokoh sastra sepertinya akan kurang lengkap tanpa membahas sosok fenomenal dan karismatik, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Hamka telah memberikan rona nan tidak terkira dalam perkembangan global sastra Indonesia.

Hamka adalah sastrawan nan lahir pada tahun 1908 di Sumatera Barat. Ia telah mampu mengubah cara pandang orang Indonesia mengenai sastra. Sosoknya nan religius, gaya bahasanya nan halus, serta tutur katanya nan sopan telah memberikan makna tersendiri bagi perkembangan global sastra Indonesia.



Tokoh Sastra dan Karya Sastranya

Karya Hamka nan terkenal di antaranya ialah Di Bawah Lindungan Ka'bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dan Di Dalam Lembah Kehidupan. Karya-karyanya tersebut mampu memberikan citra tentang kehidupan dan pandangan manusia. Hamka sebagai tokoh sastra Indonesia telah sukses menguraikan kalimatnya dalam karyanya sehingga mampu menerobos ke dalam jiwa.

Buku pertama nan fenomenal karya Hamka ialah novel nan berjudul Di Bawah Lindungan Ka'bah. Novel tersebut baru-baru ini juga disajikan dalam bentuk film nan ternyata telah mampu membuat penonton meneteskan air mata. Novel ini bercerita tentang dua orang saudara, yaitu Hamid dan Zainab nan terpaksa terpisah sebab disparitas status keluarga.

Zainab memiliki seorang ayah bernama Haji Ja'far. Sedangkan Hamid merupakan anak dari seorang pembantu nan bekerja di rumah Haji Ja'far. Sejak kecil Zainab dan Hamid selalu bersama hingga pada akhirnya tumbuh perasaan terpendam nan ternyata tak bisa mereka ungkapkan.

Ketika Zainab dan Hamid beranjak dewasa, Haji Ja'far meninggal dunia. Kondisi keluarga Zainab pun berubah pasca meninggalnya sang ayah. Ibunda Zainab kemudian menjodohkan Zainab dengan kerabatnya.

Tanpa diduga ternyata dalam alur cerita ini, Hamka memperlihatkan suatu keikhlasan nan mendalam dari sosok Hamid. Ketika ibunda Zainab meminta pertimbangan kepada Hamid buat menjodohkan anaknya, tanpa diduga ternyata Hamid mendukung planning tersebut. Hal itu terpaksa dilakukan Hamid sebab ia merasa tak sepadan dengan Zainab walaupun ia sangat mencintainya. Untuk menghilangkan kesedihannya, Hamid pergi meninggalkan kampung halamannya.

Kelanjutan kisah ini dipaparkan cukup tragis oleh tokoh sastra Hamka. Setelah kepergian Hamid ternyata Zainab menolak perjodohan tersebut dan rela menunggu Hamid sampai batas waktu nan tak bisa diketahui. Hingga pada akhirnya, teman Zainab berjumpa dengan Hamid di bawah Ka’bah dan menceritakan semua hal tentang Zainab. Namun, tanpa diduga, dengan alur nan mengesankan, Hamka menceritakan bahwa sebelum Hamid dan Zainab berjumpa ternyata Zainab telah meninggal.

Selain itu, karya tokoh sastra Hamka nan tak kalah mengharukan ialah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dikisahkan dalam novel itu tentang dua orang tokoh, yaitu Zainudin dan Hayati. Pada awalnya, Zainudin dan Hidup saling mencintai dan berjanji buat hayati bersama. Hingga pada akhirnya, Hidup berjumpa dengan Aziz, seorang nan kaya raya. Karena Hidup silau akan kekayaan aziz, maka Hidup memilih menikah dengan aziz dan meninggalkan Zainudin begitu saja.

Semenjak ditinggal oleh Hidup ternyata Zainudin masih tetap menaruh perasaan kepada Hidup dan menunggunya hingga dia tetap membujang. Namun, di sisi lain ternyata kehidupan Hidup jauh dari nan dibayangkan. Ternyata suami Hidup bukanlah orang nan baik sehingga sering berlaku kasar kepada Hayati. Hingga pada akhirnya Zainudin berjumpa kembali dengan Hayati, dan pada akhirnya Aziz menyerahkan kembali Hidup kepada Zainudin sebelum Aziz bunuh diri.

Dengan alur kisah nan tidak biasa ternyata kelanjutan dari cerita ini, tokoh sastra Hamka berusaha mengetahui kedalaman perasaan manusia. Ternyata setelah melihat Hayati, Zainudin kembali menaruh perasaan kepada Hayati. Akan tetapi, sebab Zainudin masih menaruh sakit hati kepada Hidup atas perbuatannya nan dilakukan dulu, Zainudin menolak buat kembali kepada dengan Hayati. Lalu Zainudin menyuruh Hidup pergi meninggalkannya dengan menaiki kapal Van Der Wijck.

Tanpa disangka, tokoh sastra Hamka kembali membuat alur cerita ini begitu menyedihkan. Kapal Van Der Wicjk nan ditumpangi oleh Hidup tenggelam. Setelah mendengar kabar tersebut Zainudin segera mencari informasi mengenai nasib dan keberadaan Hayati, hingga pada akhirnya Hidup ditemukan sekarat. Meskipun Hidup ditemukan sekarat, Zainudin dan Hidup masih sempat meminta maaf atas tindakan nan mereka lakukan masing-masing.

Dari dua novel tersebut, secara tak langsung kita dapat mengetahui karakter dan kehalusan budi pembuatnya. Tokoh sastra Hamka berusaha menyajikan sebuah novel cinta dengan gaya bahasa nan halus dan sopan. Ketika membaca novel tersebut masih terlihat nilai-nilai ketimuran nan dipegang teguh pada saat itu.

Ungkapan perasaan dituliskan secara halus oleh Hamka sehingga terkesan begitu agung dan terhormat. Mungkin saat ini sudah sangat sporadis kita jumpai jenis novel seperti karya tokoh sastra yang satu ini. Novel nan ada saat ini lebih cenderung menggambarkan sesuatu nan kurang begitu sopan buat dibaca dan meninggalkan adat-adat ketimuran sebagaimana nan diajarkan oleh nenek moyang kita.

Jika kita bandingkan secara saksama kualitas novel nan ada saat ini dengan nan dibuat oleh tokoh sastra Hamka, karya sastra telah mengalami perubahan nan cukup drastis. Dapat kita lihat dari hasil tulisannya bahwa novel karya tokoh sastra pada zaman Hamka dibuat dengan penuh perasaan dan pemikiran nan mendalam. Alur percintaan nan mengejutkan disampaikan dengan kemasan nan menarik. Di dalamnya implisit pula pesan-pesan nan meliputi ketaatan pada agama, kehalusan pada sesama, serta pemikiran nan arif dan bijaksana.

Semua buah pemikiran tokoh sastra Hamka tersebut bisa juga kita temui dalam buku lainnya nan berjudul Di Bawah Lembah Kehidupan . Buku ini tak hanya menceritakan tentang kisah satu cerita saja, tetapi mengenai kisah kehidupan nan dialami oleh beberapa orang dan keadaan. Misalnya, kisah percintaan beda agama.

Tokoh sastra Hamka menggambarkan percintaan beda agama secara menarik. Pada akhir cerita, kedua tokoh berpisah dengan baik-baik dengan pertimbangan buat kebaikan sesama. Kisah lainnya, yaitu tentang pengangkatan anak. Cerita ini berakhir dengan tak bahagia. Kisah lainnya nan tak kalah menyedihkan ialah seorang ayah nan menikahi gadis nan dicintai oleh anaknya nan pada akhirnya anak dan istrinya meninggal dunia.

Selain beberapa kisah tersebut, tokoh sastra Hamka menulis banyak kisah lainnya nan mengajarkan kesabaran dan kehalusan budi buat menjalani kehidupan. Seolah dari buku tersebut kita diingatkan buat tak mudah putus harapan dalam menjalani kehidupan, sebab ternyata masih banyak orang lain nan mengalami kehidupan nan lebih sengsara dari kita.

Mungkin ketika membaca novel karya sastra ini tak semua orang dapat memahaminya dengan jelas. Gaya bahasa nan mendayu-dayu seolah memaksa kita membaca dengan hati nurani dan menerjemahkannya dengan hati nan jernih, sehingga dapat diperoleh makna nan terkandung di dalamnya.

Karya-karya tokoh sastra nan satu ini merupakan warisan tidak ternilai buat indonesia dan dunia. Dalam hal ini, Hamka tak memakai bahasa nan sembarangan buat novelnya. Dengan begitu, karya-karyanya sangat ramah, sopan, dan menyentuh perasaan. Untuk pecinta karya sastra, karya Hamka menjadi bacaan wajib.