Sejarah Universitas Garut

Sejarah Universitas Garut

Tahukah Anda Universitas Garut atau Uniga? Sebelum membahas tentang Universitas Garut, ada baiknya kita kenal dulu tentang Garut. Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Letaknya berdampingan dengan beberapa kabupaten kota di Jawa Barat. Di sebelah utara kota Garut tepat berbatasan dengan kabupaten Sumedang, kabupaten Tasikmalaya berbatasan pada wilayah timur, kabupaten Cianjur dan Bandung berdampingan dengan Garut bagian barat, dan buat sebelah selatan, Garut berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Sebagai sebuah kabupaten kota, Garut memiliki beberapa fasilitas penunjang masyarakatnya nan hingga 2007 berjumlah 2.429.167 jiwa. Fasilitas nan dimiliki tak terlalu jauh dengan fasilitas generik nan biasa dimiliki oleh sebuah kabupaten. Fasilitas generik tersebut di antaranya forum pendidikan dan wahana kesehatan. Meskipun tak berlabel kota pelajar, Garut memiliki beberapa perguruan tinggi, salah satunya ialah Universitas Garut .



Universitas Garut dan Perguruan Tinggi Lainnya di Garut

Masyarakat Garut, khususnya para siswa-siswi lulusan SMA nan tinggal di seputaran wilayah Garut, sejak beberapa tahun nan lalu sepertinya cukup mendapat kemudahan buat melanjutkan jenjang pendidikan nan lebih tinggi. Para siswa-siswi tersebut, tak harus meninggalkan kota Garut buat berkuliah. Mereka dapat menjadikan Uniga sebagai pilihan.

Selain Uniga, siswa-siswi tersebut dapat memilih beberapa perguruan tinggi lain di Garut. Jumlah perguruan tinggi di Garut ada delapan, sebagian besar perguruan tinggi tersebut berbentuk sekolah tinggi atau akademik.

Perguruan tinggi itu di antaranya, AMIK atau STMIK Garut, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Musadaddiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Siliwangi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yasa Anggana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Garut, Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP), dan Sekolah Tinggi Teknologi Garut (STTG).



Tentang Universitas Garut

Uniga dibangun pada 1998. Meskipun terhitung baru, Uniga mempunyai kualitas nan tak kalah dengan beberapa perguruan tinggi partikelir di kota-kota lain, misalnya saja perguruan tinggi partikelir di Bandung, Tasikmalaya, dan Sumedang. Uniga berdiri di bawah yayasan Universitas Garut. Sebagai sebuah perguruan tinggi partikelir nan bernaung pada sebuah yayasan, Uniga memiliki beberapa pemegang jabatan krusial selain Rektor. Mereka ialah jajaran para pengurus yayasan nan terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara.

Kepengurusan tersebut sama dengan kepengurusan pada beberapa yayasan lain, ia mengalami perubahan dalam setiap periode waktunya. Pada awal yayasan Garut ini didirikan, nan menjabat sebagai ketua yayasan ialah Prof. H. Cecep Syarifuddin.



Sejarah Universitas Garut

Sejarah berdirinya Uniga diawali pada 1975. Saat itu, tokoh pendidikan orisinil Garut bernama Prof. KH. Anwar Musaddad nan juga merupakan pendiri sekaligus rektor pertama IAIN atau UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, berniat mendirikan sebuah perguruan tinggi di Garut.

Hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan Kota Garut nan waktu itu sedang mengalami perkembangan cukup pesat, khususnya dalam bidang pembangunan. Sebagai sebuah kabupaten nan cukup besar, Garut saat itu belum memiliki sebuah forum pendidikan tinggi nan bisa mengakomodasi kebutuhan masyarakat nan juga semakin tinggi.

Nah, didasari hal tersebut, KH. Anwar Musaddad akhirnya mendirikan sebuah perguruan tinggi nan bernaung pada sebuah yayasan bernama Yayasan Perguruan Tinggi Garut. Perguruan tinggi nan diberi nama Sekolah Tinggi Ilmu Kemasyarakatan (STIK) ini pada waktu itu hanya memiliki sati program studi, yakni Kesejahteraan Sosial.

Karena perjuangan maksimal dari seluruh pengelola Sekolah Tinggi Ilmu Kemasyarakatan (STIK) dan ditambah dengan meningkatnya kebutuhan pendidikan di Garut, maka didirikanlah program studi tambahan, yaitu Ilmu Administrasi dan Pekerja Sosial Medik. Setelah itu, tepatnya pada 1991, yayasan nan mengelola STIK melebarkan sayap dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan program studi di dalamnya ialah Manajemen dan Akuntansi.

Pada 1996, didirikan juga program Pascasarjana nan terdiri atas Jurusan Ilmu Administrasi (konsentrasi Administrasi Negara). Setahun kemudian atau pada 1997, yayasan ini kembali menambah satu fakultas, yaitu Fakultas Agama Islam dengan Program Studi Kependidikan Islam, Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Kabupatan Garut nan sebagian besar warganya bekerja sebagai petani memberikan celah buat didirikannya sebuah forum pendidikan tinggi di bidang pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut, Yayasan Gilang Kencana nan awalnya mengelola pendidikan dasar menengah berinisiatif mendirikan Sekolah Tinggi Pertanian Gilang Kencana Garut. Sekolah tinggi ini memiliki dua program studi, yakni Budidaya Pertanian dan Studi Peternakan.

Seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat Garut akan forum pendidikan tinggi, didirikanlah dua perguruna tinggi di bawah naungan Yayasan Prima Garut, yakni Sekolah Tinggi Farmasi dan Akademi Tekstil. Kedua perguruan tinggi ini didirakan pada 1996.

Ada satu lagi cita-cita nan belum terwujud di Kota Garut pada waktu itu, yaitu mendirikan sebuah universitas bernama Uniga. Nah, buat merealisasikan cita-cita warga Garut tersebut, ketiga yayasan penyelenggara perguruan tinggi partikelir di Garut tersebut (Yayasan Perguruan Tinggi Garut, Yayasan Perguruan Prima, serta Yayasan Gilang Kencana) sudah sepakat menyatu dalam sebuah wadah bernama Yayasan Universitas Garut nan mengelola Uniga.



Universitas Garut dan Jurusan Keilmuan

Uniga menyediakan jenjang pendidikan buat program tingkatan 1, diploma 3, dan pascasarjana. Untuk program pascasarjana, Uniga menyediakan satu jurusan keilmuan, yaitu mengenai Ilmu Administrasi Negara.

Untuk program jenjang pendidikan S1 dan D3, jurusan keilmuan nan disediakan Uniga berjumlah lebih banyak. UNIGA menyediakan delapan jurusan keilmuan bagi jenjang pendidikan S1, di antaranya Farmasi, Agronomi, Produksi Ternak, Manajemen, Akuntansi, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Komunikasi, dan Ilmu mengenai Kesejahteraan Sosial.

Sementara buat jenjang Diploma 3, calon mahasiswa baru nan melanjutkan pendidikannya ke UNIGA dapat memilih satu di antara lima jurusan nan disediakan. Jurusan tersebut, di antaranya Teknik Telekomunikasi, Akuntansi, Pekerja Sosial Medik, Desain Tekstil, dan Manajeman Niaga Tekstil.



Dies Natalis ke-12 Universitas Garut

Pada Dies Natalis nan ke-12, Uniga kembali mewisuda 472 wisudawan dari berbagai program nan ada, mulai dari Program Diploma, Program Sarjana, dan Program Magister. Dari total jumlah wisudawan, 87 orang di antaranya sukses mendapat nilai dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Cumlaude.

Sejak didirikan pada 1973 nan awalnya berupa sekolah tinggi, Uniga sudah melahirkan sekitar 13.808 alumni. Seluruh alumni tersebut sudah terserap ke berbagai bidang profesi seperti di lingkungan pemerintah, pembangunan, perbankan, dan berbagai bidang kehidupan lainnya. Walaupun demikian, jumlah ini dirasa belum seimbang dengan kebutuhan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan dunia nan kian kompleks. Itulah nan diungkapan oleh Rektor Uniga dalam acara Dies Natalis tersebut.

Di sisi lain, masih banyak potensi nan tersedia belum dikelola secara maksimal. Terkait dengan masalah pengelolaan sumber daya alam di daerah terpencil dan tertinggal, ini ialah sebuah peluang usaha bagi mereka pencari kerja, termasuk juga lulusan dari Uniga. Rerktor Uniga menambahkan bahwa keanekaragaman sumber daya hidup ataupun nonhayati ini dapat dijadikan sebuah peluang buat mengembangkan riset, baik itu buat kebutuhan sains ataupun kepentingan saat ini.

Wisuda nan juga dihadiri oleh beberapa pihak seperti dari jajaran Kopertis Wilayah IV, Kopertis Wilayah II, dan para dosen Uniga tersebut ditandai dengan ditandatanganinya MoU antara Uniga, Indonesia Power, KONI, dan KADIN. Penandatangan ini dalam rangka jalinan kemitraan serta kolaborasi program di bidang kewirausahaan, olahraga, dan community development.

Itulah profil lengkap Universitas Garut. Anda berminat kuliah di sana?