Asosiasi Internasional

Asosiasi Internasional



Bila Tidak Saling Menguntungkan

Kalau dalam satu perdagangan internasional hanya satu pihak nan diuntungkan, maka pihak lain hanya akan menjadi pasar. Hal ini tentu saja tak baik. Pihak nan tak diuntungkan akan berusaha mendapatkan keadilan. Hal ini juga nan terjadi kepada Indonesia. Negara lain nan lebih diuntungkan tentunya harus memberikan sesuatu nan lebih kepada Indonesia agar produknya masih tetap dapat dijual di negara ini.

Pada saat kemerdekaan negara Indonesia baru diproklamirkan, negara ini tak mempunyai dana buat membangun. Kalau pada saat penjajahan Belanda, penggunakan trem sebagai alat transportasi telah digunakan dan rakyat biasa saja dengan alat transportasi itu. Tidak ketika Indonesia mulai menerima utang dari Jepang. Semua trem dan rel buat trem dibongkar dan Jepang mendatangkan berbagai bentuk alat transportasi seperti sepeda motor dan mobil nan diproduksi oleh perusahaan Jepang.

Lalu mulailah rakyat Indonesia mengenal sepeda motor merek Honda, Suzuki, Yamaha, Kawasaki, dan lain-lain. Mobil-mobil merek Jepang juga mulai masuk ke Indonesia. Mobil-mobil seperti Toyota, Mitsubishi, daihatsu, dan lain-lain mulai merajai jalanan di Indonesia. Sedangkan ke Jepang, Indonesia mengekspor gas dan bahan standar lain nan dibutuhkan oleh Jepang dalam melancarkan semua produksi perusahaannya.

Jepang nan menjelma menjadi negara kaya dan negara industri itu memang cukup bergantung kepada Indonesia. Semakin hari semakin terasa kalau keadaan perdagangan Indonesia-Jepang, kurang seimbang. Latar belakang perdagangan kedua negara memang cukup unik dan niscaya ada ketimpangan melihat betapa kuatnya Jepang bercokol di negeri ini. Barang-barang produk Jepang seakan menguasai hampir di semua lini kehidupan.

Barang-barang elektronik nan ada di setiap rumah di tanah air ini hampir semuanya dari Jepang. Sedangkan barang-barang Indonesia masih cukup sedikit. Indonesia memang tak dapat berkutik dan tak mampu melakukan banyak hal sebab pada awal pembangunan negeri ini telah dibantu oleh Jepang. Hingga sekarang pun, negara Jepang masih menjadi negara nan paling banyak memberikan utang kepada Indonesia.

Masih banyak lagi kisah nan sama dengan apa nan terjadi dengan Indonesia. Biasanya negara-negara jajahan akan melakukan hal nan sama. Pada akhirnya, negara nan dibantu itu akan menjadi pasar bagi barang-barang dari negara nan memberinya utangan atau nan memberikan donasi konsultasi atau donasi apapun. Tidak ada nan perdeo dalam perdagangan internasional ini. Sine qua non interaksi imbal balik nan dilakukan oleh kedua negara.

Tanpa adanya interaksi timbal balik, maka interaksi perdagangan internasional ini tak akan terjadi. Tidak ada orang nan ada di global ini nan akan memberikan donasi tanpa adanya imbalan. Yang menjadi masalah ialah kalau negara nan dibantu tak dapat bangkit dan akan selamanya menjadi kuli di negaranya sendiri. Tentu saja tak ada nan mau hal ini terjadi. Oleh sebab itulah sine qua non alih teknologi.

Negara maju itu memberikan beasiswa kepada anak-anak bangsa nan mempunyai kemampuan buat mempelajari teknologi nan telah digunakan di negaranya. Anak-anak bangsa ini akan disekolahkan sinkron dengan ilmu nan dibutuhkan di negerinya. Setelah ia menamatkan pendidikannya, ia harus kembali ke negara asalnya dan membangun negerinya dengan baik. Dari interaksi nan cukup adil ini, negara nan dibantu akhirnya dapat bangkit dan dapat mengekspor bahan nan lebih baik sehingga tak hanya menjadi pasar bagi negara maju semata.



Latar Belakang

Bagaimana interaksi perdagangan itu dilakukan? Secara sederhana, interaksi perdagangan itu terjadi bila ada interaksi nan saling menguntungkan. Sebagai ilustrasi, misalnya Anda ialah seorang pedagang sembako di kota A, sedangkan teman Anda pedagang baju di kota B. Di kota A, tak ada penjual pakaian. Mayoritas penduduk di kota A menjadi pedangang sembako sebab dinilai lebih menguntungkan. Begitupun, di kota B. Karena kondisi alamnya nan tak bersahabat, di kota tersebut sporadis ditemukan pedagang sembako.

Kalaupun ada, kualitas sembako nan dijual tak begitu baik. Lantas, apa nan terjadi selanjutnya? Sudah dapat ditebak bahwa A dan B akan melakukan transaksi perdagangan. A akan mengekspor sembako dan mengimpor pakaian, sedangkan B akan mengekspor baju dan mengimpor sembako. Hubungan antara A dan B tersebut disebut dengan perdagangan internasional. Mengapa? Karena sudah melewati batas-batas wilayah dan negara.

Mata uang nan digunakan pun bukan lagi mata uang negara masing-masing, melainkan mata uang nan berlaku secara internasional. Berdasarkan ilustrasi sederhana tersebut, dapat kita ketahui bahwa latar belakang perdagangan internasional ialah sebagai berikut.

Pertama, adanya disparitas SDA (Sumber Daya Alam). Disparitas sumber daya alam menjadi alasan primer mengapa dua negara melakukan perdagangan internasional. Disparitas sumber daya alam berarti disparitas jenis barang nan diproduksi. Bila jenis barang tersebut merupakan barang penting, sudah niscaya akan terjadi perdagangan internasional. Sumber daya alam ini sangat krusial bagi pembangunan di suatu negara.

Kedua, adanya disparitas harga barang. Dalam ilustrasi tersebut, tak dijelaskan bahwa disparitas harga barang dapat menyebabkan timbulnya perdagangan internasional. Namun, alasan disparitas harga barang memang sahih adanya. Dapat saja terjadi kondisi harga barang di dalam negeri lebih mahal dibanding harga barang di luar negeri sehingga para pedagang dalam negeri mengimpor barang dagangan dari luar negeri buat memperoleh laba lebih banyak.

Ketiga, adanya disparitas kualitas. Tak bisa dipungkiri bahwa sebagai konsumen kita menginginkan kualitas barang bagus. Bila di dalam negeri tidak tersedia kualitas barang nan bagus, kita akan berlari ke luar negeri. Itulah nan terjadi saat ini. Sebagian besar penduduk Indonesia lebih mencintai produk luar negeri daripada dalam negeri sebab salah satunya memang masalah kualitas.

Keempat, adanya keinginan buat memperluas pasar di luar negeri (ekspansi). Latar belakang perdagangan internasional nan lainnya ialah buat perluasan pasar. Sebagai contoh, salah satu restoran cepat saji nan berasal dari negeri Paman Sam membuka cabang di Indonesia tidak lain dan tidak bukan ialah buat memperluas pasar mereka di Indonesia.



Asosiasi Internasional

Beberapa hal tersebut ialah hal-hal nan berkaitan dengan latar belakang pada perdagangan internasional. Namun, pada dasarnya, kolaborasi antara dua negara dalam bentuk perdagangan internasional dapat terjadi sebab perbedaan. Disparitas membuat dua negara saling berinteraksi. Hubungan ini juga nan akhirnya melahirkan berbagai asosiasi taraf internasional termasuk juga zona-zona ekonomi internasional.

Adanya ASEAN tak semata buat interaksi politik atau interaksi saling menguntungkan antarnegara di Asia Tenggara. Interaksi tersebut juga menyangkut urusan ekonomi dan perdagangan pada umumnya. Jangan heran kalau ada pemikiran tentang mata uang bersama seperti nan diterapkan di zona Eropa. Indonesia sangat aktif dalam organisasi seperti ini. Kini bahkan ASEAN telah bekerja sama dengan negara-negara lain seperti Amerika, Cina, Rusia, dan Korea Selatan.

Kerja sama itu bukan hanya buat memperkuat zona ekonomi namun juga zona perdamaian. Adanya persaingan bisnis antara Cina dan negara-negara kaya lainnya, ternyata mau tak mau menarik negara-negara lain seperti Indonesia ke dalamnya. Indonesia nan merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk nan banyak ini seperti kembang latif yang harum nan siap dipetik. Indonesia menjadi rebutan.

Pangsa pasar sangat krusial bagi semua negara. Orang luar negeri pun banyak nan berinvestasi di negara dengan julukan jamrud di khatulistiwa ini. Sumber daya manusia nan belum terlalu bagus juga menjadi bagian dari tujuan perdagangan. Sangat mudah menarik hati orang Indonesia. Buktinya K-Pop telah mempengaruhi budaya anak muda Indonesia. Sandang nan semakin terbuka dan barang-barang nan berbau Korea lainnya.

Perdagangan Indonesia-Korea nan masih memberikan laba kepada Korea, membuat negeri ini mencoba bangkit dan membuat perjanjian baru. Berbagai cara dilakukan agar Indonesia dapat menjadi bagian dari kekuatan ekonomi dunia. Indonesia kini masuk ke dalam G-20. Itu artinya pendapatan per kapita bangsa ini cukup bagus.