Pertemuan dengan Soekarno

Pertemuan dengan Soekarno

Fatmawati istri soekarno memiliki namanya aslinya Fatimah. Beliau dilahirkan di kota kecil di daerah Bengkulu, 5 Februari 1923. Pada umur 22 tahun, dia dikenal dengan nama Fatmawati. Dialah istri Soekarno, ketika menyuntingnya, Soekarno belum menjadi presiden pertama Republik Indonesia.

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, dialah orang pertama nan menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah-Putih nan dikibarkan saat upacara proklamasi. Puluhan tahun setelah kemerdekaan dan hingga Fatmawati istri Soekarno meninggal, namanya tetap harum sebab jasanya menjahit bendera merah putih pertama.

Fatmawati merupakan keturunan keluarga terpandang. Ayahnya bernama Hassan Din, merupakan tokoh Muhammadiyah nan sangat disegani di Bengkulu, sedangkan ibunya bernama Siti Chadijah. Orangtuanya keturunan Puti Indrapura Mukomuko nan masih merupakan keluarga kerajaan dari Kasultanan Indrapura nan daerah kekuasaannya terletak di Pesisir Selatan-Sumatera Barat. Ayahnya merupakan keturunan ke-6 dari Kerajaan Putri Bunga Melur.

Meskipun Fatmawati merupakan anak dari keluarga terpandang, tak serta-merta membuat kehidupan masa kecilnya berjalan sempurna. Justru sebaliknya, Fatmawati mengalami banyak sekali kesulitan di masa kecilnya. Ayahnya nan tadinya menjadi salah seorang pegawai di perusahaan Belanda nan berada di Bengkulu harus bubut dari perusahaan itu demi mempertahankan ideologinya sebagai tokoh Muhammadiyah.

Sejak keluar dari perusahaan itu, kehidupan orang tua Fatmawati tak menentu. Ayahnya harus bergonta-ganti pekerjaan demi menghidupi Fatmawati dan ibunya. Mereka juga kerap berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya buat membangun usaha nan seringkali menemui kegagalan.

Fatmawati terhitung beberapa kali pindah sekolah sebab pekerjaan ayahnya itu. Ia pernah mencicipi bangku Sekolah Gedang atau Sekolah Rakyat, Sekolah berbahasa Belanda atau HIS, HIS Muhammadiyah. Ketika Fatmawati bersekolah di HIS Muhammadiyah, saat itu usianya 12 tahun, Fatmawati bahkan rela berjualan ketoprak sepulang sekolah demi membantu meringankan beban orang tuanya nan pada saat itu membuka warung beras.



Pertemuan dengan Soekarno

Fatmawati pertama kali berjumpa dengan Soekarno saat usianya masih 15 tahun. Ketika itu, Fatmawati bersama ayah, ibu, dan pamannya pergi naik delman buat mengunjungi rumah Soekarno di daerah Curup. Di Curup, Soekarno tinggal dengan Bu Inggit, isterinya. Ketika berkunjung ke rumah Soekarno, Fatmawati terkesan dengan sikap dan sifat Bu Inggit. Diam-diam, Fatmawati mengagumi Bu Inggit.

Menurut pengakuan Fatmawati, Bu Inggit halus pembawaannya, murah senyum, selalu berpakaian rapi. Bu Inggit juga merupakan orang nan selalu hati-hati dengan gerak-geriknya. Namun siapa nyana, Fatmawati justru malah menyakiti hati orang nan dikaguminya itu sebab Soekarno ternyata diam-diam mengaguminya. Kelak, Fatmawati dituduh menjadi orang nan paling bertanggungjawab atas perpisahan Soekarno dan Bu Inggit.

Ketika ikut, ayahnya datang ke rumah Soekarno, Fatmawati memang berdandan sangat cantik. Ia mengenakan pakaian kurung rona merah hati dan tutup kepala voile kuning dibordir, nan merupakan baju nan sangat populer buat dipakai gadis seumurannya.

Sejak pertama kali melihat Fatmawati, Soekarno langsung tertarik. Soekarno mulai seing mengirimi Fatmawati surat-surat nan berisi kata-kata rayuan dan puisi romantis . Soekarno tidak segan buat menyelipkan kalimat-kalimat rayuan dalam surat-suratnya dan terang-terangan mengungkapkan kekagumannya pada Fatmawati. Sebagai gadis nan baru menginjak usia remaja, tidak urung kata-kata rayuan Soekarno membuat Fatmawati tersipu.

Masa awal perkenalannya dengan Soekarno merupakan masa-masa berat bagi Fatmawati. Bagaimana tidak, ketika itu Soekarno sudah mempunyai istri, yaitu Bu Inggit, nan merupakan sosok nan dikagumi Fatmawati sendiri. Bu Inggit ini dikenal setia mendampingi Soekarno disaat-saat Soekarno harus menjalani sanksi sebagai tahanan Belanda.

Soekarno nan saat itu menjabat sebagai pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) memang menjadi target empuk Belanda. Bu Inggit lah nan setia mendampingi Soekarno di pembuangan. Namun ketika Fatmawati masuki dalam kehidupan Soekarno dan Bu Inggit, tidak ayal membuat Bu Inggit kecewa dan mundur dari kehidupan Soekarno. Soekarno harus merelakan perempuan nan begitu sabar dan setia itu demi Fatmawati.

Pada saat pernikahannya, Soekarno tak datang secara langsung ke Bengkulu buat mengikuti prosesi pernikahan, namun Soekarno ketika itu diwakil salah seorang kerabatnya nan bernama Opseter Sardjono. Setelah resmi dipinang, orang tua Fatmawati lah nan mengantarnya ke Jakarta buat menemui Soekarno nan saat itu sedang sibuk dengan perjuangannya melawan pendudukan Belanda. Sejak pertama kali menginjakkan kakinya di Jakarta, Fatmawati mendampingi Soekarno dalam usahanya memperjuangkan kemerdekaan buat Indonesia.

Mungkin Fatmawati memang ditakdirkan menjadi pendamping Soekarno pada saat perjuangan suaminya itu sedang mencapai titik puncaknya. Kehidupan Fatmawati dan Soekarno memang penuh dengan gejolak perjuangan . Masa-masa dua tahun pertama semenjka pernikahan mereka, Belanda sedang gencar-gencarnya melakukan tekanan pada Soekarno nan dikenal sebagai tokoh pemuda pejuang kemerdekaan.

Fatmawati harus sabar ketika menghadapi situasi genting nan menimpa Soekarno. Kesabaran Fatmawati mendapatkan ganjaran nan setimpal ketika Indonesia dapat meraih kemerdekaan pada saat usia pernikahan keduanya berjalan dua tahun.

Namun, kemerdekaan Indonesia tak serta-merta membuat kehidupan mereka menjadi lebih tenang. Justru sebaliknya, perjuangan dirasakan semakin berat sebab banyak kejadian-kejadian krusial nan menimpa mereka setelah masa kemerdekaan. Salah satunya adalah, ketika Soekarno memutuskan buat memindahkan ibu kota negara ke Yogyakarta.

Fatmawati rela pindah ke Yogyakarta membawa anak-anaknya demi menemani sang suami. Kepindahan ke Yogyakarta membuat Soekarno lebih memperhatikan Fatmawati. Pada saat di Yogyakarta, Soekarno sering mengajak Fatmawati naik sepeda menikmati pemandangan sore. Fatmawati syahdan selalu memeluk Soekarno dari belakang ketika sedang diboncengnya.

Konon, Fatmawati tak ingat secara niscaya tanggal pernikahannya dengan Soekarno, karena ketika itu, tak banyak orang nan mencatat tanggal-tanggal penting, termasuk tanggal pernikahan . Namun, ada sebuah versi sejarah nan mengatakan jika keduanya menikah pada awal bulan Juni 1943. Ketika disunting Soekarno, Fatmawati ialah perempuan ketiga nan dinikahi Soekarno.

Dari pernikahan itu, Fatmawati dan Soekarno dikaruniai lima orang anak, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra. Pada saat kelahiran anak pertamanya, usia Soekarno sudah menginjak umur 42 tahun.

Sayang sekali, kebersamaan mereka tak bertahan abadi. Soekarno nan memang dikenal sebagai playboy ini diam-diam mengagumi seorang gadis bernama Hartini. Mengetahui kedekatan Soekarno dengan Hartini, Fatmawati begitu marah. Kemarahan Fatmawati inilah nan menjadi awal mula terjadinya perpisahan antara presiden pertama Indonesia dengan ibu negara pertama Indonesia itu.

Fatmawati nan dibakar barah cemburu memilih meninggalkan istana, sementara kelima anaknya tetap tinggal di istana bersama ayahnya. Soekarno pun tidak pernah berusaha mengejar Fatmawati buat mengajaknya kembali ke Istana, karena menurut Soekarno, dia tak pernah mengusir Fatmawati, Fatmawati sendiri nan memilih pergi, dan sewaktu-waktu Fatmawati boleh pulang kembali ke istana tanpa harus dijemput Soekarno.

Fatmawati meninggal di Kuala Lumpur, pada 14 Mei 1980. Fatmawati meninggal sebab agresi jantung saat perjalanan umroh dari tanah kudus Mekkah. Saat meninggal, Fatmawati berumur 57 tahun. Fatmawati dimakamkan di Loka Pemakaman Generik Karet Bivak, Jakarta, nan merupakan loka pemakaman orang-orang terpandang.

Jasanya menjahit bendera merah putih pertama dalam sejarah Republik Indonesia akan selalu dikenang sepanjang masa. Namanya kini diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit di Jakarta. Sekarang ini, perjuangannya dilanjutkan oleh putra-putrinya nan bergelut dalam global politik dan sosial.

Demikianlah pembahasan mengenai Fatmawati istri Soekarno nan bisa disampaikan, semoga bermanfaat.