Kontroversi Big Bang Theory
Big Bang teori adalah sebuah teori nan menjelaskan mengenai awal mula terciptanya alam semesta. Namun, ada beberapa pihak nan menulisnya salah, yakni Bing Bang Teori, padahal nan sahih ialah Big Bang Teori.
Istilah Big Bang ini pertama kali dipopulerkan oleh Fred Hoyle seorang astronom Inggris nan terkenal. Sir Fred Hoyle menyebut Big Bang pada sebuah siaran radio BBC pada Maret tahun 1949.
Dilaporkan bahwa Hoyle menggunakan istilah ini hanya sebatas candaan atau terkesan meremehkan, sebab teori Big Bang atau Ledakan Dahsyat merupakan rival dari teori miliknya. Namun ia sendiri membantah hal tersebut.
Hoyle kemudian memberikan sumbangsih besar kepada para fisikawan dalam memahami lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara teori reaksi nuklir.
Menurut teori Big Bang ini, alam semesta terbentuk dari ledakan dahsyat sebagian lain menyebut juga dentuman besar. Menurut Wikipedia, Big Bang ialah peristiwa besar nan disinyalir menjadi awal mula terbentuknya alam semesta.
Jika dilihat dari model ledakannya, alam semesta ini mulanya ialah padatan nan sangat panas. Kemudian mekar monoton hingga hari ini. Teori ini juga memperkirakan bahwa kurang lebih 13,7 miliar tahun nan lalu alam semesta bermula.
Hal inilah nan selanjutnya menjadi acum para peneliti sebagai waktu terjadinya Big Bang atau ledakan luar biasa awal mula alam semesta. Setelah ledakan dahsyat itu, lalu alam semesta mekar terus dan menerus hingga membentuk planet-planet, galaksi, kluster galaksi dan lainnya di alam semesta nan kita kenal sekarang ini.
Teori-teori Ledakan Dahsyat (Big Bang)
Bing Bang teori tak mengemuka begitu saja, seorang biarawan asal Belgia nan bernama Georges Lemaitre, tercatat pertama kali mengajukan teori mengenai ledakan dahsyat nan membentuk alam semesta.
Kerangka model teori Georges Lemaitres merupakan teori nan sangat tergantung pada teori relativitas generik milik Albert Einstein dan beberapa anggapan sederhana lain layaknya isotropi ruangan dan homogenitas. Kemudian sugesti G. Lemaitre ini terus mengalami perkembangan melalui verifikasi dan pengamatan.
Pada tahun 1929, Edwin Hubble sukses menghitung jeda antara bumi dengan galaksi. Menurut perhitungannya ternyata jeda antara bumi dengan galaksi sangat jauh.
Secara generik perbandingan dengan geseran merah ialah lurus nan berarti antar galaksi saling menjauh, bukan rambang ataupun berbanding lurus dengan geseran biru nan artinya semakin mendekat. Hal ini sepaham dengan sugesti G. Lematrie di tahun 1927.
Gagasan-gagasan itu membentuk asumsi: apabila galaksi-galaksi nan ada di jagat raya ini berjarak, seperti nan diperlihatkan dalam berbagai penelitian, dapat diasumsikan dulunya galaksi-galaksi tersebut saling berdekatan antara satu dan lainnya.
Asumsi ini semakin menjelaskan bahwa massa jenis serta suhu nan ada di galaksi sebelum peristiwa Big Bang ini cukup ekstrem. Untuk menguji kondisi tersebut berbagai contoh akselerasi partikel ukuran raksasa pun dibangun dan mencoba kondisi akselerasi tersebut buat menguji sejauh mana kebenaran teori Hubble secara lebih signifikan.
Namun, akselerasi partikel tersebut berkemampuan terbatas jika digunakan menguji ilmu fisika partikel nan luas. Sehingga jika tak diketahui bukti sama sekali mengenai kejadian awal setelah ledakan, teori ledakan dasyat ini tidak mungkin mampu menjelaskan lebih lanjut mengenai keadaan kosmos, melainkan hanya mendeskripsi secara generik mengenai perkembangan di masa awal kosmis.
Keadaan kosmos nan mekar lalu kemudian mengalami penurunan suhu pada pertama kemunculannya seperti nan telah dijabarkan dan dirincikan oleh nuklosintesis Big Bang, lalu setelah tahun 1964, sebagian besar ilmuwan perlahan menerima bahwasannya skenario dari teori ledakan dan dentuman dahsyat mestinya pernah terjadi.
Sekitar tahun 1930, beberapa ilmuwan mengajukan ide lain dan dikenal dengan kumpulan non-standard cosmology. Gagasan ini digunakan buat mengakomodir pengamatan dan penelitian Edwin Hubble, termasuk diantaranya hipotesis cahaya lelah, model Milne dan swinging universe.
Selesainya Perang Global II, setidaknya ada dua macam model nan mana dinilai paling memungkinkan. Diantaranya yaitu bentuk keadaan tetap-nya Fred Hoyle. Edwin Hubble juga mengajukan bahwa ketika kosmos mulai mengembang, pada masa itu pula tercipta partikel-partikel dan materi nan belum ada sebelumnya.
Dentuman dahsyat milik Lemaitre merupakan model lain nan memiliki banyak pendukung, nan kemudian dibela oleh G. Gamow. G. Gamow tak hanya membela, namun juga mengembangkan teori Lemaitre tersebut hingga menemukan teori baru nan mendukung.
Inti dari teori tersebut jika didefinisikan artinya proses penciptaan inti-inti atom baru dari proton dan neutron nan sudah ada sebelumnya.
Untuk sementara, pada masa itu dukungan menjadi terbelah kedalam dua model ini. Yaitu Hubble dan Lemaitre, dan pada akhirnya berdasarkan hasil dari penglihatan secara rinci terhadap kosmis, teori ledakan dahsyat atau Big Bang teori menjadi nan terfavorit.
Selanjutnya inovasi dan ratifikasi radiasi gelombang kosmis di tahun 1964 menegakkan teori Big Bang menjadi teori paling baik nan mampu menjabarkan awal mula dan evolusi alam semesta.
Perkembangan Teori Ledakan Dahsyat
Pada dewasa ini, karya-karya bidang kosmologi dalam konteks dentuman atau ledakan dahsyat, mayoritas masih disibukkan pada proses pembentukan galaksi, keadaan kosmos pada masa awal setelah Big bang dan memfasilitasi teori dasar dengan hasil pemgamatan kosmis.
Semua kemajuan dan pencapaian besar bidang cosmology terutama mengenai Big Bang tercatat mulai dari tahun 1990 akhir, karena utamanya sebab adanya peningkatan teknologi bidang teleskop secara signifikan demikian juga kemajuan satelit-satelit dalam menganalisis data.
Dalam penyelidikan lebih lanjut, Horizon ialah salah satu karakteristik ledakan dahsyat nan krusial di dalam ruang waktu ledakan Dahsyat.
Keberadaan horizon bisa diketahui setelah diketahui pula alam semesta memiliki usia nan terbatas, sedangkan cahaya bergerak dengan kecepatan terbatas pula, hal ini akan memungkinkan terjadinya berbagai kejadian pada masa lalu dimana cahayanya belum mencapai kita (Bumi). Hal ini nan akan menjadi pembatas pengamatan objek paling jauh di alam semesta atau horizon masa lalu.
Begitu pula sebaliknya, sebab ruang kosmos berkembang dan objek nan jauh akan semakin menjauh dengan cepat, cahaya nan dipancarkan sebagai pengukur oleh kita (bumi) tak akan pernah mencapai objek terjauh tersebut. Batasan inilah disebut sebagai horizon masa depan.
Bicara mengenai bukti nyata, berdasarkan pengamatan kosmis secara langsung terdapat beberapa bukti nan mendukung model teori ledakan dasyat (big bang) ini, yaitu pengembangan teori Edwin Hubble terpantau di geseran merah galaksi.
Pengukuran pada gelombang mikro kosmis, kelimpahan unsur-unsur ruangan dan distribusi skala besar serta evolusi galaksi. Keempat bukti ini sering disebut “Empat pilar dalam teori Ledakan Dahsyat”
Mengenai galaksi kita yaitu Bima Sakti, Teori hukum Edwin Hubble memiliki dua penjelasan, yaitu bumi ada pada pusat dari pengembang galaksi, ataupun semesta ini terus mekar secara merata ke berbagai penjuru.
Universe nan mekar ini pernah diprediksikan menggunakan relativitas generik oleh Alexander Friedmann pada tahun 1922 dan Georges Lemaitre pada tahun 1927. Sedangkan Hubble melakukan analisis dan pengamatannya di tahun 1929.
Bicara tentang prediksi bahwa suhu radiasi pada latar belakang gelombang mikro kosmis lebih tinggi pada masa lalunya mendapat dukungan secara eksperimental dengan mengamati garis-garis emisi kabut gas nan sensitif terhadap suhu pada pergeseran merah, dimana suhunya sangat tinggi.
Prediksi ini juga menyiratkan amplitude dari imbas sunyaev-Zel’dovich, menurutnya dalam gugusan galaksi tak tergantung secara lansung pada geseran merah.
Kontroversi Big Bang Theory
Meski pada masa sekarang teori ini mendapat dukungan nan luas dari para ilmuwan khususnya para kosmologis, berbagai persoalan serta masalah pada teori ini pernah dan sempat memicu kontroversi ilmiah mengenai model mana dari sekian model nan ada, nan paling baik dalam menjabarkan hasil penelitian kosmologi.
Banyak dari persoalan dan masalah teori ledakan dahsyat ini telah mendapatkan solusi, baik melalui modifikasi teori maupun melalui pengamatan kosmos lebih lanjut secara lebih baik.
Sedangkan mengenai gagasan inti ledakan dahsyat nan terdiri atas alam semesta nan mengembang, keadaan awal alam semesta nan bersuhu ekstrim, pembentukan helium, serta pembentukan galaksi.
Ditemukan dari banyak pengamatan nan tak tergantung pada model kosmologis mana pun. Hal ini menunjukkan bahwa teori fisika partikel tersebut tak bisa menjelaskan mengenai alam semesta secara mendetail.
Meski demikian, model ledakan dahsyat nan cermat tersebut sukses memprediksi berbagai kenyataan fisika nan tidak pernah terpantau di bumi, serta nan terdapat pada model baku fisika partikel. Yang paling primer mengenai materi gelap nan kemudian menjadi topik pemeriksaan ilmiah dan mampu mendapat perhatian luas.
Selain itu para kosmologis nan terus berusaha memecahkan citra keadaan awal alam semesta masih berkutat pada klarifikasi spekulatif, seperti penjabaran mengenai inflasi kosmos dan bariogenesis.
Padahal kedua hipotesis ini sangat krusial bagi ilmuwan dalam menjelaskan keadaan awal alam semesta dan belum bisa tergantikan dengan klarifikasi alternatif nan lain tanpa sedikitpun mengubah teori ledakan dahsyat.
Hingga kini para pakar kosmologi, matematikawan serta fisikawan masih terus mencari klarifikasi nan tepat, atas fenomena-fenomena nan terjadi. Sekaligus akan menjawab sejumlah masalah nan belum terpecahkan dalam persoalan fisika partikel ini.