Bukti Peninggalan Kerajaaan Sriwijaya
Ada sejumlah bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya nan dapat disaksikan di Sumatra Selatan dan sekitarnya. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu dari beberapa kerajaan maritim terbesar nan pernah berjaya di Nusantara. Pengaruh kekuasaannya meliputi Jawa, Kalimantan, Malaya, Kamboja, hingga Muangthai.
Masa kekuasaan kerajaan ini termasuk lama, dari berdiri sejak abad ke-7 hingga abad ke-13. Selama masa kekuasaan, raja-raja Sriwijaya mendirikan berbagai bangunan besar seperti istana megah, kuil, patung, dan candi Hindu. Bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini banyak ragamnya. Berupa patung perunggu, prasasti, dan pecahan gerabah. Namun nan paling megah ialah sejumlah candi nan terbuat dari tumbukan batu bata.
Sekilas Tentang Kerajaan Sriwijaya
Diperkirakan, Sriwijaya berdiri pada abad 7, tepatnya pada tahun 671. Raja pertama nan berkuasa saat itu bernama Sri Jayanasa. Kemasyhuran Sri Jayanasa merintis sebuah kerajaan kecil hingga menjadi kerajaan besar dan kuat, ternyata butuh proses panjang hingga berabad-abad lamanya.
Pusat kerajaan berada di pinggir Selat Malaka, nan menghubungkan antara Sumatra di Malaka. Dari posisi pusat kerajaan di pinggir bahari ini jelas menandakan bahwa Sriwijaya merupakan kerjaaan maritim. Sriwijaya mencapai puncak keemasannya ketika kekuasaan dipegang oleh Dapunta Hyang. Sang raja ini mengerahkan tentara-tentaranya menaklukan kerajaan kecil di Sumatra dan sekitarnya guna meluaskan pengaruh kekuasaan Sriwijaya.
Sumber ekonomi terbanyak ialah dari interaksi perdagangan antara saudagar Cina, India, dan Gujarat. Saudagar –saudagar ini membeli hasil bumi Sumatra buat dijual di negaranya. Upeti-upeti inilah nan dipakai buat membiayai kekuatan militer dan armada laut. Berkat kekuatan militer dan ketangguhan armada bahari dengan kapal-kapal besarnya, Kerajaan Sriwijaya sukses menancapkan pengaruh di Malaka, Siam, Kalimantan, hingga wilayah Indochina.
Namun, kejayaan ini tidak berlangsung lama. Pada abad ke-14, Sriwijaya menunjukan gejala-gejala keruntuhan. Konflik internal kerajaan nan kian panas, ditambah lagi pemberontakan-pemberontakan pada sejumlah tempat, memengaruhi stabilitas politik Sriwijaya. Belum lagi serangan-serangan militer dari versus nan menyulitkan raja. Bahkan nan paling tragis ialah agresi nan dipimpin oleh Colamandala di Semenjung Malaka, tidak jauh dari pusat kerajaan. Bencana tentara Colamandala sukses menahan raja Sriwijaya dan membawa beliau ke India.
Sejak saat itu, satu per satu daerah kekuasaan Sriwijaya melepaskan diri dan membentuk kerajaan baru nan berdaulat. Di sisi lain, Kerajaan Majapahit mulai menguasai wilayah kekuasaan Sriwijaya, sehingga mengakibatkan era kejayaan Sriwijaya berakhir.
Bukti Peninggalan Kerajaaan Sriwijaya
Ada sejumlah bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya nan masih tersisa dan dapat disaksikan. Bukti peninggalan kerajaan ini berupa candi, prasasti, berbagai pecahan gerabah, dan keramik dari Cina. Berikut ini ialah sejumlah bukti peninggalan masa kejayaan Sriwijaya.
1. Candi Muara Takus
Salah satu peninggalan masa kejayaan Sriwijaya ialah Candi Muara Takus, terletak di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi ini dulu dipakai sebagai loka beribadatan umat Budha pada masa keemasan Sriwijaya. Berbeda dengan candi di Jawa nan terbuat dari batu sungai, material candi ini dibuat dari batu bata dengan ukuran nan besar dan tebal. Tanah liat buat bahan batu bata diambil dari Desa Pongkai, tidak jauh dari kompleks candi.
Gaya bangunan candi ini dipengaruhi oleh unsur budaya India. Candi ini pada bagian bawah berbentuk segiempat. Pada bagian muka terdapat semacam tangga menuju altar. Sementara di atasnya terdapat semacam stupa nan berbentuk silinder, tingginya kira-kira 14 meter. Pada puncaknya terdapat semacam menara. Masih dalam kompleks Candi Muara Takus juga terdapat empat candi lainnya, yakni Candi Mahligai, Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Pangsa. Pada bagian lain di kompleks candi, terdapat banyak gundukan tanah. Diperkirakan gundukan tanah ini dulu dipakai sebagai loka pembakaran jenazah.
Sekarang ini, kompleks Candi Muara Takus dipakai sebagai objek wisata sejarah. Selain itu, areal kompleks ini juga difungsikan sebagai loka penelitian arkeologi. Sebab, di sini masih banyak peninggalan lain nan terpendam di bawah tanah dan belum digali.
2. Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi ini terdapat di pinggir Sungai Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan Sriwijaya sedang dalam masa jayanya. Kompleks Candi Muaro Jambi luasnya 260 hektere dan merupakan kompleks candi nan paling luas di Sumatra.
Candi Muaro Jambi merupakan candi peninggalan era Hindu-Budha di Sriwijaya. Ajaran sepiritual ini dipengaruhi oleh budaya India. Kompleks ini terdapat candi primer dan enam candi kecil lainnnya. Semua candi dibuat dari batu bata nan disusun rapi. Bentuk candi primer kotak persegi panjang. Pada bagian depan, terdapat susun tangga nan menghubung ke lantai paling atas.
Candi primer ini terdiri atas tiga bagian. Bagian bawah berupa tumpukan batu dengan hiasan panel berjenjang. Pada bagian atasnya terdapat bangunan serupa, tapi ukurannya lebih kecil. Sementara bagian atas sendiri berupa altar kecil, loka sembahyang. Pada sekitar candi terdapat puluhan gundukan batu-bata nan diperkirakan bangunan itu ialah candi. Ada banyak inovasi benda sejarah dari kompleks candi ini seperti perhiasan emas, koin dari Cina, arca perunggu dwarapala, gong perunggu, lumpang, dan pecahan gerabah, serta masih banyak lagi.
3. Prasasti Telaga Batu
Pada masa kerajaan nusantara, masyarakatnya sudah mengenal huruf dan tulisan. Dengan tulisan, mereka mendokumentasikan peristiwa sejarah pada masanya, misalnya raja naik takhta, mendirikan candi, dan masih banyak lagi. Bentuk dokumentasi pada masa itu dengan cara mengukir tulisan pada sebongkah batu. Masa itu masih menggunakan huruf palawa. Demikian juga dengan peninggalan Sriwijaya. Terdapat sejumlah prasasti nan menceritakan suatu peristiwa pada masa itu. Salah satunya ialah Prasasti Telaga Batu nan pertama kali ditemukan di Kolam Telaga Biru, Palembang, Sumatra Selatan.
Bentuknya pipih. Pada bagian atas terdapat ornamen berupa tujuh kepala kobra. Sementara bagian muka ini terukir serangkaian kalimat nan ditulis dengan huruf palawa. Isi prasasti ini semacam peringatan nan ditujukan kepada sejumlah orang (kebanyakan dari pejabat kerajaan) agar jangan sekali-kali berbuat muslihat kepada sang raja Sriwijaya. Mungkin begitu kwatirnya terhadap potensi muslihat dari orang–orang sekeliling raja, hingga dibuatkan semacam larangan.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti nan berkaitan dengan sejarah Sriwijaya ialah Prasasti Kota Kapur. Dokumen batu ini ditemukan oleh J.K. van der Meulen, arkeolog dari Belanda, pada tahun 1892, di Pulau Bangka. Dulu, pulau ini merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Sriwijaya. Maka tidak heran, di sekitar Bangka terpendam sisa-sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Sama seperti Prasasti Telaga Batu, inti tulisan pada prasasti ini tentang sebuah peringatan atau lebih tepatnya kutukan dari Dapuntan Hiyan, salah satu penguasa Sriwijaya. Kutukan ini ditujukan kepada orang-orang nan mencoba memberontak terhadap eksistensi kekuasaannya. Ada puluhan prasasti nan sama disebar di berbagai wilayah kekuasaan Sriwijaya. Fungsinya sebagai peringatan keras dari raja.
Demikianlah sekilas tentang bukti peninggalan kerajaan sriwijaya. Semoga bermanfaat buat pembelajaran sejarah kerajaan di Nusantara.