Sejarah Bali - Tentang Penguburan
Sejarah Bali sebagaimana daerah lainnya, juga banyak dibicarakan. Anda nan selama ini sudah pernah mondar-mandir ke Bali, nampaknya lebih banyak menikmati wisata alam dan adatnya nan eksotis. Padahal masih banyak nan dapat diambik dari keberadaan Bali nan menawan tersebut, salah satunya ialah dari sisi sejarah itu sendiri. Kenapa demikian? Karena memang ternyata dari hasil penelitian, kemudian diungkap bahwa Bali ialah salah satu nan terkena oleh agresi ganas dari sebuah nama penjelajahan nusantara nan bernama "Ekspedisi Gajah Mada".
Bali nan kaya akan estetika alam dan menjadi tujuan turis dunia, pada kenyataannya memiliki sejarahnya tersendiri. Melihat sejarah Bali, sejatinya dapat dilihat dari bentuk bangunan, upacara adat, cara berpakaian masyarakat orisinil Bali, dan beberapa aspek lainnya nan biasa dijadikan cerminan peradaban sejarah manusia di masa lalu.
Dalam konteks membicarakan Sejarah ini, maka hal ini sama saja dengan sebuah bahasan tentang bagaimana kisah di balik rentang perkembangan masyarakat Bali hari ini. Hal nan kemudian banyak mengemuka adalah, bahwa Sejarah tersebut kemudian tak dapat terlepaskan dari apa nan dinamakan dengan mitologi dan juga cerita rakyat nan memang berkaitan dengan loka atau sebuah peristiwa nan ada di Bali.
Selanjutnya, keberadan Majapahit sendiri sebagai kerajaan nan besar, ternyata membawa akibat tersendiri bagi sejarah itu sendiri. Pasalnya, sosok nan sangat terkenal dari kerajaan Majapahit, yakni Mahapatih Gajah Mada nan terkenal dengan sumpah palapanya tersebut, pada akhirnya juga membawa andil tersendiri bagi perkembangan sejarah Bali di masa nan akan datang. Akan tetapi, buat membuka pembahasan sejarah ini, nampaknya akan lebih menarik jika kemudian bahasan sejarah ini dimulai dari masa sejarah Bali.
Sejarah Bali - Masa Prasejarah
Mengenai Sejarah Bali ini, nampaknya kita akan banyak bersinggungan dengan nan dinamakan bahasan sejarah nan notabene sangat memakan banyak kisah dan data. Alanglah lebih baiknya jika bahasan Sejarah ini dimulai dengan masa prasejarah Bali. Sebagaimana kita ketahui, bahwa zaman prasejarah masyarakat Bali ialah kisah awal dari Bali itu sendiri.
Sebagaimana kita ketahui bersama juga, jika sudah berkaitan dengan masa prasejarah, bahwa sejarah ini juga akan bersinggungan dengan sebuah masa dimana masyarakatnya belumlah mengenal tulisan. Akan tetapi, belum terbangunnya tradisi menulis sebagai bentuk dokumentasi pada masyarakat dulu di Bali, tidaklah lantas menjadikan jejak dan artefak mereka menghilang begitu saja.
Ada banyak hal nan dapat dibaca buat menguak sejarah tersebut. Selain menggunakan media tulisan, ekskavasi sejarah ni kemudian dilakukan menggunakan alat bantu berupa bukti-bukti sejarah dan bangunan, bahkan juga gambar-gambar di dinding nan sejatinya dapat mengungkap sejarahnya meski sudah terlampaui dalam waktu kurun nan sangat panjang. Hal ini kemudian dibantu dengan ketekunan nan dilakukan oleh para peneliti, baik dari Belanda maupun para peneliti nan berasal dari Indonesia sendiri nan menjadikan penelitian akan sejarah ini kemudian menjadi benderang.
Hingga kemudian berdasarkan bukti nan ditemukan, maka para ahli dan peneliti menyimpulkan sebuah kesepakatan pada sejarah Bali. Pada masa prasejarah, masyarakat Bali dibagi menjadi beberapa masa, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan dengan statusnya ada pada posisi taraf sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan dengan statusnya nan taraf lanjut, masa melakukan bercocok tanam, masa perundagian, serta masa nan kemudian disebut dengan masa berburu dan mengumpulkan makanan nan posisinya berada pada taraf sederhana.
Fakta sejarah ini dapat dilihat dari sisa-sisa kebudayaan paling awal warga Bali oleh penelitian nan dilakukan sejak 1960. Dimana di kawasan Sambiran (Buleleng bagian timur) dan tepi timur dan tenggara Danau Batur (Kintamani), ditemukan beberapa alat-alat batu dalam melakukan aktivitas masyarakat Bali di masa prasejarah.
Alat tersebut ialah kapak genggam, kapak berimbas, serut dan berbagai alat lainnya nan memang lazimnya biasa digunakan olah masyarakat dalam beraktivitas. Selanjutnya buat mempertahankan sejarah tersebut, maka beberapa alat-alat batu nan ditemukan di dua daerah itu lantas kemudian disimpan rapih dan dirawat di Museum Gedong Arca di Bedulu, Gianyar, Bali.
Sejarah Bali - Tentang Penguburan
Selanjutnya kemudian keberadaan sejarah Bali menemukan bagaimana masyarakat Bali dalam hal tata cara melakukan pemakaman. Ini terbukti dari bukti-bukti nan ditemukan bahwa dalam masyarakat Bali, khususnya pada masa perundagian, ternyata sudah ditemukan bagaimana perkembangan tradisi penguburan nan memang dilakukan dengan cara-cara mereka sendiri dengan cara-cara tertentu.
Cara pemakaman nan kemudian menguakan sisi lain sejarah ini, yakni terkait masalah penguburan, menemukan bahwa cara penguburan nan pertama nan memakai peti mayat atau sarkofagus terbuat dari batu padas nan lunak atau juga keras. Lantas bagaimana cara menguburkannya? Dalam konteks cara penguburan sejarah ini, mereka menggunakan tempayan nan juga dibuat dengan bahan tanah liat sebagaimana nan sudah ditemukan di pantai Gilimanuk atau Jembrana.
Dimana di sini juga ditemukan benda temuan nan oleh sebagian kalangan peneliti cukup menarik perhatian sebab adanya hampir 100 kerangka manusia dalam kondisi masing-masing, ada nan lengkap dan ada nan tidak. Akan tetapi tradisi penguburan ini kemudian ternyata tak hanya ada pada sejarah Bali saja. Hal itu sebab para peneliti juga kemudian menemukan tradisi serupa di Anyer Banten, Sabbang Sulawesi Selatan, Selayar, Rote, dan Melolo Sumba. Sementara Filipina, Thailand, Jepang, dan Korea nan notabene berada di luar Indonesia, juga ditemukan tradisi pengubutan serupa.
Sejarah Bali juga pada dasarnya tak dapat lepas dari zaman megalithik, dimana segala benda-benda kemudian dibuat menggunakan bebatuan. Di Bali sendiri, temua benda megalithik ini menjadi semacam data lain akan keberadaan sejarah Bali, sebagaimana ditemukan di kawasan Gelgel, Klungkung nan dalam bentuk arca menhir di Pura Panataran Jro Agung.
Hal nan menarik dari menhir ini ialah pembuatannya nan melakukan penonjolan kelamin wanita nan diyakini mengandung nilai-nilai keagamaan. Dimana hal tersebut kemudian melambangkan kesuburan nan diartikan mampu memberikan kesuburan pada kehidupan manusia.
Hal nan menandakan berakhirnya masa prasejarah pada sejarah ini ialah dengan ditandai oleh masuknya bangsa dan pengaruh dari agama Hindu. Terutama setelah kekuasaan raja Majapahit mulai lenyap dari muka bumi ini, maka pengaruhnya juga berimbas pada sejarah Bali itu sendiri.
Pasalnya, berdasarkan dari beberapa keterangan nan mengatakan bahwa telah ditemukan prasasti abad ke-8 Masehi nan menggambarkan bahwa periode sejarah Bali Antik ternyata meliputi kurun antara abad ke-8 Masehi hingga abad ke-14 Masehi. Ini ditandai dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit nan kemudian sukses mengalahkan Bali. Masa ini dimulai pada tahun 1343, dimana Gajah Mada melakukan ekspedisi besar-besaran guna menyatukan kerajaan-kerajaan nan ada di nusantara ini.
Dalam Sejarah Bali disebutkan bahwa Ekspedisi Gajah Mada ini dilakukan pada saat Bali saat itu sedang dipegang oleh kendali Kerajaan Bedahulu dengan nama Rajanya, Astasura Ratna Bumi Banten, dengan Patihnya nan bernama Kebo Iwa. Setelah terlebih dahulu membunuh patih tersebut, maka selanjutnya Gajah Mada memimpin ekspedisi bersama Panglima Arya Damar nan juga ditemani para arya guna membantu pertempuran.
Alkisah peperangan pun tak dapat dihindarkan dan dampak dari penyerangan tersebut, maka mengakibatkan raja Bedahulu dan putranya wafat. Dari sinilah kemudian terjadi kekosongan pemerintah terlebih setelah Pasung Grigis menyerah tanpa syarat.
Oleh sebab itu, Majapahit sebagai negara nan sukses menguasai, melakukan haknya guna menunjuk Sri Kresna Kepakisan agar memimpin di Bali. Dipilihnya Sri Kresna Kepakisan menjadi pemimpin di Bali ini sebab memang ia masih memiliki interaksi kerabat dengan penduduk Bali Aga nan kemudian dari sinilah dimulai awal wangsa Kepakisan nan menambah panjang sejarah Bali.