Kebebasan nan Bertanggung Jawab

Kebebasan nan Bertanggung Jawab

Sebait sajak kadang menjadi hal nan paling krusial dalam sebuah pernikahan. Mungkin sebait syair tentang cinta akan menambah sebuah pernikahan menjadi lebih romantis. Karena bagaimana pun kata-kata ialah doa. Dan doa mempunyai aura nan kuat dalam mengsugesti sesuatu, baik itu secara spiritual maupun meterial.

Dalam artikel ini akan dibahas tentang sajak pernikahan , nan mungkin akan bermanfaat buat Anda dalam menginspirasi persiapan pernikahan nan akan Anda laksanakan. Inilah sajak nan ditulis oleh W.S Rendra tentang pernikahannya.

Surat Kepada Bunda:
Tentang Calon Menantunnya

Mamma nan tercinta,
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang nan bagai kau:
Sederhana dalam tingkah dan bicara
Serta sangat menyayangiku

Terpupus sudah masa-masa sepiku
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
Hatimu nan baik itu
Yang selalu mencintaiku.
Kerna kapal nan berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu nan berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan nan mengkhawatirkan
Dalam hayati lelaki nan kasar dan sengsara
Kini telah saya lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak dan sederhana.

Mamma
Burung dara jantan nan nakal
Yang sejak dulu kau pelihara
Kini terbang dan telah menemu jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang nan kau buatkan
Dan tiada akan pulang
buat selama-lamanya

Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah engkau cemburu
Hendaknya hatimu nan baik itu mengerti
Pada waktunya, saya meski kau lepaskan pergi.

Begitu kata alam, begitu kau mengerti:
Bagai dulu bundamu melepas kau
Kawin dengan ayahku melepaskannya
Untuk mengawinimu
Tentulah sangat berat.
Tetapi itu harus. Mamma!
Dan akhirnya tak akan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah didasari

Hari Sabtu nan akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Berilah tanda salib di dahinya
Dan panggilah dia dengan kata: anakku

Bila malam telah datang
Kisahkan kepadanya
Riwayat para leluhur kita
Yang ternama dan perkasa
Dan biarkan ia nanti
Tidur di sampingmu

Ia pun anakmu
Sekali waktu nanti
Ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu
Dan kepada mereka
Ibunya akan bercerita
Riwayat nan baik tentang nenek mereka:
Bunda bapak mereka

Ciuman abadi
Dari anakmu nan jauh,

Willy



Perubahan Diri Lelaki Setelah Menikah

Rendra dalam sajaknya menggambarkan dirinya sebagai burung dara jantan nan nakal nan dulu kau pelihara kini telah menemukan jodohnya. Dalam kalimat di atas ada ungkapan rasa rendah diri nan ingin disampaikan rendra kepada ibunya. Bahwa dia hanyalah seekor burung dara jantan milik ibunya.

Dan ibunya harus merelakan dirinya buat terbang dan menemukan jodohnya. Karena pernikahan ialah sesuatu nan alamiah dan memang harus terjadi. Jadi, sebagai orangtua harus dapat merelakan anaknya buat pergi buat membangun kehidupannya sendiri.

Hal ini disampaikan oleh Rendra dalam kalimat "hendaknyanya hatimu nan baik itu janganlah kau cemburu sebab pada waktunya kau harus melepaskanku pergi sebagaimana orangtuamu melepaskanmu buat pergi mengawini bapakku." Inilah nan dinamakan hidup. Lahir kawin dan mati. Setiap manusia akan mengalaminya, meski ada beberapa manusia nan tak mengalami kawin. Tapi, kawin pun merupakan takdir tuhan.

Membangun sebuah pernikahan ialah sebuah fitrah manusia, kita sebagai manusia harus menjalankan.

Semoga sajak pernikahan ini menjadi inspirasi Anda buat menikah atau buat menuliskan secarik puisi buat ibu Anda.

Sajak pernikahan tak melulu ditujukan pada istri Anda atau suami Anda, coba anda berempati pada orangtua anda. Bagaimana perasaanyanya ketika ditinggal anaknya pergi buat menikah. Inilah sajak pernikahan W.S. Rendra.



Ibu dan Istri : Representasi Oedipus

Dalam puisi tersebut, ada suatu kesamaan nan dimiliki oleh hampir seluruh laki-laki nan ada di dunia, yakni kesamaan Oedipus kompleks nan membuat perempuan nan dicintainya mirip dengan ibu kandungnya.

Hal ini terlihat pada bait pertema nan berbunyi :

Mamma nan tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang nan bagai kau:
Sederhana dalam tingkah dan bicara
Serta sangat menyayangiku

Kata kunci nan membuat perempuan atau istri saya lirik menjadi sejajar dengan ibu saya lirik ialah pada larik / seseorang nan bagai kau /.

Artinya, ada satu asa dari saya lirik buat dapat menemukan jodoh nan memang serupa dengan ibunya, dalam hal tingkah dan bicaranya, serta rasa sayang nan dimilikinya buat diberikan kepada saya lirik.

Bait ini, merupakan satu bentuk representasi Oedipus nan digambarkan dalam bait-bait nan latif dari puisi karya WS Rendra ini.

Namun, bagaimana pun juga, seorang ibu tak akan dapat terus mendampingi anak laki-lakinya hingga tua. Dan itu membuat timbulnya satu rasa kesepian pada saya lirik.

Hal ini terlihat dari larik pertama bait kedua nan berbunyi / Terpupus sudah masa-masa sepiku /.

Lalu, muncul bermakna ganda pada lrik berikutnya nan membuat pembaca bingung buat mengklasifikasikan rasa sayang nan diterima oleh saya lirik : apakah muncul dari seorang ibu atau dari seorang perempuan nan akan dijadikan istrinya?

Hal tersebut terrepresentasi dalam larik // Hendaknya berhenti gemetar rusuh/Hatimu nan baik itu/Yang selalu mencintaiku .//

Lalu, muncullah asumsi bahwa seorang ibu akan merasa sangat cemburu apabila anak laki-lakinya mencintai wanita lain selain dirinya. Hal ini terlihat dari larik nan berbunyi berikut.

Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah engkau cemburu
Hendaknya hatimu nan baik itu mengerti
Pada waktunya, saya meski kau lepaskan pergi.

Lantas pada akhirnya, saya lirik pun kembali menekankan asa bahwa suatu hari, istrinya akan sama baiknya dengan ibunya. Citraan tersebut tak dapat dihilangkan dari benak saya lirik dan itu diperlihatkan dalam larik berikut ini.

Ia pun anakmu
Sekali waktu nanti
Ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu
Dan kepada mereka
Ibunya akan bercerita
Riwayat nan baik tentang nenek mereka:
Bunda bapak mereka

Yang akan diceritakan di sini bukanlah seseorang nan menjadi istrinya, melainkan / riwayat nan baik tentang nenek mereka : bunda bapak mereka //. Dari larik ini terlihat bahwa saya larik sangat memosisikan ibunya di loka nan tinggi dibandingkan dengan posisi istrinya.



Kebebasan nan Bertanggung Jawab

Dalam interaksi pernikahan, selalu ada perubahan nan terjadi. Apalagi jika istri dan suami sangat saling mencintai. Hal ini terlihat pada larik-larik berikut ini.

Kerna kapal nan berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu nan berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan nan mengkhawatirkan
Dalam hayati lelaki nan kasar dan sengsara
Kini telah saya lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak dan sederhana.

Diksi “berlayar” nan merupakan analogi dari kebebasan saya lirik sebelum menikah, kemudian / Telah berlabuh dan ditambatkan / sehingga nan tadinya “nakal” menjadi “sandal rumah” /y ang tentram, jinak, dan sederhana/.

Selain itu, kenakalan seorang lelaki sepertinya sangat disadari betul oleh saya lirik sehingga hal tersebut disebutkannya dalam larik / Mamma/Burung dara jantan nan nakal/Yang sejak dulu kau pelihara//.

Namun, pernikahan tak akan pernah mengembalikan seorang ibu buat berbuat seperti dulu lagi. Bahkan mungkin akan ada hal-hal nan hilang, termasuk menunda kepulangan saya lirik.

Hal itu terlihat dari larik-larik berikut ini.

Kini terbang dan telah menemu jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang nan kau buatkan
Dan tiada akan pulang
buat selama-lamanya