Tahapan Budidaya Rajungan
Portunus pelagicus merupakan nama latin dari rajungan, termasuk spesies kepiting nan berkembang biak di lautan. Rajungan sering didapati di sepanjang pantai Samudera Pasifik hingga Samudera Hindia, ataupun pada kawasan pantai di Timur Tengah.
Umumnya masyarakat memperoleh rajungan dari kegiatan penangkapan di pesisir pantai tanah air. Tetapi berkat jasa ilmu pengetahuan, saat ini telah dikembangkan Kenyataan ini menunjukkan terjadi kegiatan penangkapan terus menerus tidak terkendali, mengakibatkan jumlah rajungan di lautan berkurang dari sebelumnya.
Sebagai makhluk hayati nan bergantung kepada kelestarian alam dan hayati, maka manusia semestinya memikirkan keberlangsungan habitat nan ada di alam bebas. Seperti flora dan fauna nan ada di bahari ataupun daratan.
Teknik budidaya rajungan memang menjadi solusi praktis dan tepat guna bagi para nelayan dan buat pemerintah, serta masyarakat secara luas tak akan merasa dirugikan oleh penangkapan hewan bahari nan sangat destruktif.
Mengembangbiakan serta membesarkan rajungan dalam sebuah penangkaran atau kolam memberikan kegunaan nan banyak. Para nelayan tak perlu susah-susah menyebar pancingan atau menangkap rajungan di pantai, mereka cukup membesarkan kepiting di kolam hingga memasuki masa panen. Tentu seseorang wajib mempelajari ilmu atau teknik mengembangbiakan rajungan sebelum terjun di usaha ini.
Ilmu memulai usaha pembesaran rajungan bisa diperoleh dari berbagai instansi perikanan milik pemerintah, bila kesulitan maka gunakanlah media cetak atau elektronik guna menggali informasi pembudidayaan rajungan. Mengingat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap rajungan tak pernah surut, malah permintaan pasar semakin besar sejalan waktu.
Jangan ragu buat memulai sesuatu nan baru, atau hal kecil menurut pandangan akal. Tapi yakinlah niat usaha seseorang bisa mengubah segalanya di global ini.
Teknik Pembudidayaan Rajungan
Peluang usaha pembesaran rajungan memang sangat terbuka lebar, bahkan masih sedikit para nelayan nan mau terjun di bidang perikanan ini. Bahkan permintaan pasar akan rajungan tak hanya datang dari dalam negeri, masyarakat luar negeri seperti Jepang, Cina, ataupun Singapura sangat menggemari jenis kepiting ini.
Tak heran produksi rajungan dalam negeri tak mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal dan internasional. Sebut saja di wilayah Sulawesi Selatan, berdasarkan survei Balai Budidaya Air Payau mengungkapkan fakta di beberapa daerah hasil tangkapan rajungan cenderung turun drastis.
Dari konklusi studi ini, pihak BBAP Sulawesi Selatan memulai mengembangkan teknik pembenihan sekaligus pembesaran rajungan. Perkembangan hingga saat ini, telah didapati sejumlah nelayan nan justru ganti profesi menjadi petani rajungan.
Teknologi pembudidayaan tersebut ternyata disambut hangat oleh masyarakat sekitar daerah pantai di Sulsel. Malah banyak petani nan sebelumnya menggantungkan penghasilan dari tangkapan di bahari atau pantai, berpindah haluan membesarkan bibit rajungan hingga masa panen. Budidaya jenis kepiting ini membuka lebar lapangan usaha dan kerja bagi anggota masyarakat. Perekonomian pun bisa lebih stabil dibandingkan kondisi nan lalu.
Tahapan Budidaya Rajungan
Berikut teknik membesarkan rajungan dalam jaring atau tambak antara lain:
1. Proses pembesaran
Persiapan proses pembesaran dari rajungan yakni memilih loka rajungan dipelihara. Dapat menggunakan keramba atau jaring nan dipasang di daerah pantai, atau lebih nyamannya memakai kolam tambak buat pembesaran.
Normalnya ukuran tambak dengan luas 50 x 100 meter bisa diisi bibit rajungan sebanyak 10 ribu ekor. Ini berguna menghindari rajungan saling memakan atau loka nan terlalu sempit bagi rajungan bergerak aktif. Tetapi bagi mereka nan terbatas lahannya bisa memanfaatkan alam bebas tetapi bermodalkan jaring. Ukuran jaring pun bisa disesuaikan dengan jumlah bibit nan dimasukkan nantinya.
Pakan rajungan berupa ikan rucah, yakni ikan-ikan kecil nan sudah diproses pengeringan. Memberikan pakan pada rajungan sebenarnya tak ditebarkan setiap hari, dapat dilakukan 5 hari hingga seminggu sekali. Tetapi mengurangi resiko rajungan saling memakan satu dengan lainnya, maka dapat dilakukan lebih sering. Dan juga semakin inten pemberian pakan mendorong pertumbuhan rajungan sedikit lebih cepat.
Air dalam tambak perlu dijaga kesegarannya. Rajungan merupakan hewan bahari nan hayati di daerah perairan nan jernih sehingga air tambak memerlukan sirkulasi, agar rajungan mendapatkan habitat hayati nan normal. Bila air pasang tak kunjung tiba sebaiknya para petani menggunakan pompa air. Lakukan sirkulasi air tambak sebanyak sekali dalam 5 hari.
2. Musim Panen
Rajungan dibesarkan di tambak atau dalam jaring bisa dipanen dengan dua metode. Pertama dengan cara selektif/pemilihan, metode ini digunakan apabila rajungan tersebut tak mengalami perkembangan nan normal. Atau sudah memasuki musim panen tetapi masih banyak rajungan nan ukurannya di bawah baku jual. Petani boleh memanen rajungan nan sudah besar, atau beratnya telah melebihi satu 100 gram.
Cara panen rajungan nan kedua yakni pemanenan masal, ini biasa dilaksanakan tatkala rajungan seluruhnya dipandang layak dijual di pasaran. Setelah dipanen sebaiknya rajungan dibawa langsung ke pasar, tawarkan langgsung pada para pedagang.
Bila panen dalam skala besar sebaiknya mencari kawan pemasaran. Akan lebih baik dapat menggandeng para eksportir rajungan, karena kebutuhan dan harga nan mereka tawarkan lebih tinggi daripada pedagang lokal.
Rajungan di sejumlah kawasan di Indonesia memang dibesarkan dalam jaring, meskipun mereka dilepas di tambak tetapi tetap masuk dalam jaring. Teknik ini generik digunakan oleh masyarakat Madura sebab tanah mereka sangat cocok buat dibuat tambak.
Dengan jaring tersebut maka proses panen berjalan mudah dan praktis. Para petani rajungan tinggal mengangkat jaringnya kemudian ditangkap menggunakan ‘serok’, lalu dimasukkan ke dalam wadah. Rajungan umumnya bisa dipanen saat berusia 3 hingga 4 bulan.
3. Persiapan kolam atau tambak setelah panen
Kegiatan panen memang sangat menyenangkan, terlebih rajungan nan dipanen berjumlah banyak dan sehat. Tetapi jangan lupakan tugas setelah musim panen nan cukup berat. Yakni mengelola tambak agar siap ditebari bibit rajungan lagi. Tambak dikuras dan tanahnya dipadatkan dengan dikeringkan dan diberikan batu kapur. Proses mengeringkan dasar tambak ini dilakukan selama 3 hingga 5 hari.
Letakkan beberapa jaring di dalam tambak, ini berguna buat masing-masing tahapan pembesaran yakni membesarkan rajungan, sebagai wadah pertama buat bibit rajungan nan didapatkan dari petani atau tangkapan di alam bebas. Harga dari bibit rajungan dapat berkisar Rp. 200,-. Mengisi air tambak dapat pada saat air bahari pasang, atau memanfaatkan mesin pompa air .
Harga pasar rajungan berkisar 40 ribuan, tetapi ada kalanya rajungan dapat dihargai 100 ribu rupiah lebih, sedangkan kelas betina besar nan bertelur seharga 30 ribu rupiah. Pejantan berisi mencapai berat 5 ons hingga 1 kilo per ekor.[]