Perawatan dan Pencegahan

Perawatan dan Pencegahan

Bakteri Staphylococcus aurens ialah bakteri jenis kokus (bulat) nan hayati bergerombol. Tak seindah namanya, staphyle , dari bahasa Yunani nan berarti anggur. Bakteri ini merupakan mikroba berbahaya nan dapat menyebabkan infeksi pada kulit, atau meracuni makanan sehingga menimbulkan penyakit serius pada manusia.

Staphylococcus aurens biasanya hayati pada jaringan kulit dan lubang hidung manusia. Dalam kondisi sehat dan normal, bakteri ini tak menginfeksi sebab tubuh kita memiliki prosedur konservasi seperti kastil nan dijaga prajurit-prajurit bernama antibodi. Infeksi biasanya dipicu oleh luka luar atau penetrasi bakteri melalui makanan nan tercemar.

Dalam jumlah terbatas, bakteri ini juga terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat, dan saluran usus.



Karakteristik Bakteri

Jika diintip dengan mikroskop, Staphylococcus aureus tampak hayati bergerombol seperti seikat anggur berwarna kuning. Rona tersebut dihasilkan oleh pigmen nan melapisi dinding sel. Memiliki sifat aerob fakultatif, artinya membutuhkan oksigen pada saat tertentu, namun dalam kondisi lain mampu bertahan hayati tanpa oksigen sama sekali.

Staphylococcus aureus tak menghasilkan spora dan tak motil, tak bergerak tetapi mampu membentuk kapsul buat melindungi diri. Ukuran selnya berkisar 0,8-1,0 mikrometer, dan tumbuh optimal pada suhu normal tubuh manusia, kisaran 36-37 derajat celcius. Bakteri ini mampu berkembang dalam lingkungan dengan konsentrasi NaCl sekitar 3 Molar.

Staphylococcus aureus memiliki kemampuan mendeteksi jumlah sel menggunakan frekuwensi oligopeptida, dan memastikan jumlah tersebut cukup buat memproduksi toksin dan enzim koagulase. Enzim inilah nan berfungsi menggumpalkan firinogen di dalam plasma darah sehingga Staphylococcus aureus selamat dari fagositosis dan respon sistem antibodi pada tubuh kita.

Staphylococcus aureus bisa mengganggu sistem imun pada tubuh manusia sebab mengikat antibodi, menyerang membran sel dan menyebabkan hemolisis, serta leukolisis nan mematikan sel tubuh manusia.



Gejala Infeksi

Staphylococcus aureus menginfeksi siapa saja tanpa pandang bulu, terutama pada tubuh nan lemah sistem imunnya. Infeksi pada kulit atau luka luar biasanya berakibat pada penanahan, misalnya bisul atau luka bernanah lainnya. Area infeksi berwarna merah, bengkak, dan terasa sakit bila disentuh.

Dalam kondisi parah, pembengkakan tersebut berkembang menjadi impetigo (pengerasan dari kulit) atau cellulitis (peradangan pada jaringan di bawah kulit). Infeksi juga dapat terjadi pada ibu menyusui berupa peradangan payudara, bisul dan nanah pada puting, nan berpotensi menularkan bakteri kepada bayi.

Bakteri nan masuk ke dalam genre darah juga dapat bersarang di dalam paru-paru menyebabkan organ tersebut bernanah dan infeksi klep jantung ( endocarditis ) nan dapat mengakibatkan gagal jantung. Infeksi pada sel tulang berakibat peradangan berat osteomyelitis .

Bakteri nan mengontaminasi makanan, saat tertelan akan menimbulkan gangguan pencernaan dengan gejala mual, muntah, (benar-benar muntah atau tampak seperti muntah tetapi tak mengeluarkan apa pun), kram perut, lemas, diare, dan dehidrasi. Gejalanya muncul sekitar 1-6 jam sejak tertelan. Gejala tersebut berlangsung selama 1-3 hari. Pada kasus nan lebih berat, gejala tersebut disertai dengan sakit kepala, kram otot, tekanan darah, dan denyut nadi tak teratur.



Perawatan dan Pencegahan

Untuk mengatasi infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada luka luar, biasanya dilakukan dengan salep antibiotik, misalnya penicillin, amoxicillin, atau oxacillin. Pada kasus nan berat, mungkin memerlukan operasi buat mengeluarkan gumpalan nanah.

Penularan penyakit biasanya melalui kontak langsung, bukan melalui udara. Karena itu, buat menghindarkan penyebaran penyakit pada orang lain, hendaknya dihindari menyentuh handuk, pakaian, selimut, atau kasur pasien penderita.

Makanan nan mungkin terkontamiasi bakteri ini antara lain: daging, telur; salad, ikan, kentang, dan makaroni. Dapat juga bakteri mengontaminasi roti, krim, cokelat, dan susu. Bakteri juga mungkin inheren pada air minum, air buat mencuci sayuran, atau peralatan makan.

Biasanya sebab makanan tersebut dipanaskan dalam suhu kurang dari 60°C, atau didinginkan dalam suhu tak mencapai 7.2°C. Pada suhu antara itulah bakteri ini berkembang dengan baik.