Bisnis Informasi, Menghimpun Data nan Tak Pernah Habisnya

Bisnis Informasi, Menghimpun Data nan Tak Pernah Habisnya

Anda masih ingat jatuhnya Presiden Saddam Husein? Atau Osama Bin Laden? Keduanya memiliki persamaan, yaitu tewas setelah misteri keberadaannya dibocorkan ke pihak musuh, dalam kedua kasus ini kebetulan keduanya memiliki musuh nan sama, yaitu Amerika Serikat.

Ya, Amerika memang negara nan jor-joran dalam menghimpun data nan dibutuhkan, bahkan terkadang dengan segala cara. Kasus tewasnya Saddam Husein dan Osama Bin Laden misalnya, Amerika ternyata memanfaatkan data nan bersumber pada orang-orang nan ada di sekeliling musuhnya. Amerika memang piawai mengirimkan orang-orangnya buat dapat berada di sekitar musuhnya, dan setelah itu habislah musuh-musuhnya tersebut.



Data - Senjata di Abad Modern Bernama Data

Sun Zhu pakar seni perang dari Cina pernah berkata, “ Bila ingin memenangi suatu peperangan maka hendaklah mengenal musuhmu sebagaimana Engkau mengenal teman baikmu. ” Entah Sun Zhu sekadar pakar perang brilian, atau dia merangkap juga sebagai paranormal, tapi nan niscaya ucapannya nan terkenal ini menjadi suatu keniscayaan pada abad ini.

Berapa banyak pemimpin negara nan jatuh dampak data skandalnya nan terendus oleh versus politiknya. Dan berapa banyak pelaku spionase nan sukses mendapat data krusial dari negara pesaing walau taruhannya ialah nyawa. Berapa banyak politisi nan gagal dampak black campaigne dari kandiddat saingannya. Semuanya itu sebab data.

Data, kumpulan file nan menyimpan majemuk informasi nan dibutuhkan, saat ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Sebab memang sekarang ialah eranya informasi. “ Barang siapa nan menguasai data maka ia akan menguasai dunia ”, begitulah ramalan futurolog Alvin Tofler lebih dari 20 tahun silam. Ternyata ramalan Alvin memang menjadi kenyataan.



Memanfaatkan Data Menjadi Kaya

Tak semua data digunakan buat menjatuhkan. Banyak juga nan memanfaatkan buat kepentingan pribadinya. Namun, masalahnya data seperti apa nan dapat dimanfaatkan seperti itu? Majemuk data dan informasi berseliweran keluar masuk di sekitar kita, ada nan krusial dan banyak pula nan sangat tak krusial alias sampah.

Lihat saja di depan TV, berdirilah sekitar 10 menit maka dapat dipastikan Anda akan banyak menyerap informasi baru. Mulai dari turunnya nilai indeks saham gabungan, cederanya hamstring Lionel Messi, pemain andalan Barcelona dampak ditekel oleh Pepe, pemain belakang Real Madrid, naiknya aturan buat pembangunan jalan, dan lain-lain.

Dari data nan Anda dapatkan tersebut, apa nan dapat Anda simpulkan? Bagi sebagian orang mungkin menganggap data tersebut tak penting, karena toh gak ada hubungannya ”, atau ” emang gue pikirin ?”. Namun, bagi orang lain mungkin hidupnya akan berubah drastis berdasarkan data tersebut.

Orang nan memiliki kemampuan memprediksi harga saham, sangat tergantung pada data nan ia terima. Penjudi bola nan omzetnya jutaan Dollar, akan sangat memerhatikan data pemain andalannya. Pengusaha konstruksi akan sangat bergairah setelah mendapatkan data aturan buat pembangunan jalan naik tahun depan. Ternyata data tidak sekedar informasi nan berseliweran.

Artinya, penting-tidaknya suatu informasi sangatlah relatif. Krusial menurut Anda belum tentu krusial bagi orang lain, begitu pula sebaliknya. Tetapi orang nan cerdas ialah orang nan berpikir, bertindak dan menyimpulkan berdasarkan data. Bagi mereka dengan memanfaatkan data maka dapat membuatnya menjadi kaya.



Bisnis Informasi, Menghimpun Data nan Tak Pernah Habisnya

Tidak mengherankan bila bisnis nan menyajikan data ialah salah satu bisnis nan paling menguntungkan di dunia. Jutaan orang nan menggantungkan hidupnya di bisnis ini. Putaran uangnya dapat mencapai nilai miliaran Dollar setiap tahunnya. Perhatikan saja situs-situs nan menyajikan informasi, semakin lama semakin banyak saja.

Begitu pula jejaring sosial nan terus menerus bertambah dan berkembang. Baik nan telah menjadi perusahaan raksasa berskala dunia seperti Wikipedia, Google, Yahoo, Facebook, dan Twitter. Atau situs spesialis warta atau media online nan masih berskala lokal seperti Detik.com, Kompas.com, Republika online, dan sebagainya. Perusahaan–perusahaan tersebut senantiasa selalu ingin memberikan informasi mutakhir dan berusaha mendapat data terbaru nan tidak ada habis-habisnya.



Jurnalis, Pihak nan Berjasa dalam Menyajikan Data

Salah satu pihak nan paling berjasa dalam menyajikan data ialah para jurnalis. Merekalah nan menyajikan informasi nan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila global jurnalistik menjadi salah satu global kerja nan mobile , penuh tantangan, keras, penuh persaingan, dan menarik sebab dalam memperoleh data mereka menggunakan prinsip “ paling cepat, paling lengkap, dan paling akurat ”.

Terkadang buat mendapat informasi data dari sumber pertamanya maka seorang jurnalis harus menunggu selama berjam-jam bahkan kalau perlu harus bermalam. Tak sporadis para jurnalis mendapat perlakuan kasar dari nara sumbernya. Bahkan ada nan harus meregang nyawa saat meliput warta di medan peperangan atau di lokasi bala alam.

Seperti nan terjadi pada Susanto (bukan nama sebenarnya), jurnalis muda itu harus kehilangan nyawanya saat meliput kapal nan karam di tengah laut. Saat ia dan rekan-rekan jurnalis lainnya sedang berada di bangkai kapal tersebut, tiba-tiba residu kapal nan masih terapung tersebut langsung tenggelam. Susanto nan tak siap dengan situasi tersebut tidak sempat menyelamatkan diri, akhirnya ia pun ikut tenggelam bersama kapal tersebut. Itulah salah satu risiko pekerjaan seorang jurnalis.



Berbagi Informasi dan Data

Pekerjaan menghimpun data ternyata tidak lagi monopoli para jurnalis. Saat ini justru saling berbagi informasi dan data menjadi kekuatan primer dari media berita, terutama media online . Siapa pun dapat menjadi narasumber berita, dengan cara memberikan data nan berguna bagi nan lainnya, nan lazim disebut kontributor.

Sebagai contoh seorang kontributor memberi tahu bahwa terjadi stagnasi nan luar biasa panjang di jalan tol BSD, Tangerang Selatan kepada stasiun radio nan sedang didengarkannya. Informasi itu lalu diteruskan kepada pendengar lainnya melalui siaran radio. Dengan demikian, pendengar nan lainnya diharapkan dapat menghindari stagnasi jalan nan dimaksud.

Berbagi informasi dan data juga dapat dilakukan oleh media online . Situs ensiklopedia Wikipedia misalnya. Situs ini dikenal sebab memiliki data nan lengkap dalam bentuk ensiklopedia. Situs ini terbuka bagi siapapun buat turut serta melengkapi data nan diperlukan. Dibandingkan dengan cara konvensional nan tertutup bagi orang luar buat turut berpartisipasi maka cara-cara seperti Wikipedia ini justru membuat media warta tersebut menjadi lebih berkembang dan makin banyak dikunjungi orang.

Tak mengherankan bila situs Wikipedia memiliki pengunjung rata-rata hingga 2 juta sehari! Selain Wikipedia, kita juga mengenal situs video YouTube. Situs ini dalam waktu singkat melejit menjadi salah satu primadona global online sebab konsep partisipatifnya, siapa pun dapat mengirim rekaman videonya, dan siapa pun dapat mengunduhnya.

Banyak orang nan akhirnya memanfaatkan situs YouTube ini sebagai media unjuk diri dan “numpang beken”, Anda masih ingat kenyataan Sinta-Jojo, Bona Paputungan, Udin sedunia, atau Briptu Norman Kamaru? Ya, mereka ialah orang-orang nan sukses memanfaatkan situs YouTube ini buat mendongkrak popularitasnya sekaligus menemukan jalan pintas menuju kesuksesan.

Ternyata data tak harus dijadikan senjata buat menjatuhkan lawan, tetapi juga dapat dimanfaatkan dan dianalisis sehingga bisa meraih keuntungan. Karena pentingnya memiliki data maka bisnis penyajian data menjadi salah satu bisnis nan paling menguntungkan dengan menggunakan jasa para jurnalis sebagai motor utamanya. Sebenarnya meliput dan mengolah data bukan hanya monopoli para jurnalis, tetapi dapat juga didapat dari saling berbagi.