Kelebihan dan Kekurangan Rakun
Rakun ialah hewan khas Amerika Utara. Hewan ini termasuk ke dalam jenis mamalia. Hewan ini sering dikenal dengan sebutan coon (dibaca kun). Ukuran hewan ini tidaklah terlalu besar maupun kecil, lebih tepatnya biasa saja. Rakun termasuk hewan nan pintar dan cerdik. Menurut beberapa penelitian, rakun memiliki kepandaian dalam mengingat suatu hal sampai tiga tahun lamanya.
Tempat tinggal primer rakun terletak di beberapa daerah hutan nan berada di Amerika Utara. Rakun bisa ditemukan pada hutan gugur maupun hutan campuran atau heterogen. Namun, rakun juga bisa ditemukan di daerah pegunungan, pesisir pantai, dan pesisir kota. Di pesisir kota, rakun ditemukan pada beberapa rumah.
Menginjak pertengahan abad ke-20, persebaran rakun tak hanya ditemukan di kawasan Amerika Utara. Adanya migrasi hewan nan menempati daerah baru membuat loka tinggal rakun tersebar. Sekarang ini, rakun juga bisa ditemukan di Eropa dan Jepang. Hal ini membuat rakun menjadi hewan khas Amerika Utara dan negara lain di dunia.
Kehidupan Sosial Rakun
Pada awalnya, rakun terkenal sebagai hewan individu atau hewan penyendiri. Namun, ada beberapa inovasi nan muncul dewasa ini, yaitu rakun sebagai hewan berkelompok sinkron dengan jenis kelaminnya. Rakun betina biasanya berbagi wilayah dengan sesama jenisnya. Sementara rakun jantan, hayati berkelompok.
Rakun betina membuat jeda dengan rakun jantan sampai masa kawin datang. Tidak hanya itu, mereka berkelompok buat melindungi diri dari gangguan hewan lain. Rakun betina biasanya melahirkan 2-5 anak. Anak rakun dikenal dengan sebutan kit atau kits . Musim kawin rakun biasanya terjadi pada musim semi. Anak rakun biasanya diasuh oleh induknya sampai musim gugur.
Rakun bisa hayati sampai dua puluh tahun. Namun, pada kenyataannya, rakun seringkali bertahan hanya sampai umur satu hingga tiga tahun. Hal ini diakibatkan adanya perburuan liar terhadap rakun dan kecelakaan mobil nan menabrak rakun.
Ciri-Ciri Rakun
Rakun memiliki karakteristik sebagai berikut.
- Panjang tubuh dari rakun sekitar 40-70 cm dengan berat tubuh sekitar 3,5-9 kg.
- Rakun ialah hewan nokturnal. Ini berarti rakun merupakan hewan nan mencari penghidupan pada malam hari.
- Rakun ialah hewan omnivora, pemakan segala. Rakun biasanya memakan berbagai macam jenis hewan invertebrata maupun vertebrata serta tumbuhan.
- Rakun memiliki bulu tebal berwarna keabu-abuan. Tebalnya bulu rakun berfungsi melindungi tubuhnya saat musim dingin datang. Ketebalan bulu rakun disertai dengan adanya helaian rambut panjang sekitar 2-3 cm.
- Dua karakteristik nan paling menonjol dimiliki oleh rakun ialah adanya cakar depan nan tangkas menangkap mangsa dan mukanya mirip topeng nan digunakan buat mengelabui musuhnya.
- Daerah muka nan menonjol dari seekor rakun ialah adanya area bulu berwarna hitam sekitar mata nan paradoksal dengan rona putih mukanya. Selain itu, daerah sekitar telinga dari berwarna putih. Dengan adanya muka seperti ini, rakun terkenal dengan sebutan hewan topeng. Fungsi area hitam di sekitar muka rakun digunakan buat menyerap silaunya cahaya pada malam hari.
- Rakun memiliki kemampuan buat berdiri tegak. Dengan kemampuan ini, rakun bisa mengawasi mangsanya maupun musuhnya dengan tangkas.
- Rakun tak bisa lari dengan cepat ataupun loncat jeda jauh. Kecepatan mereka berlari hanya sampai 16-24 km/jam. Hal ini sebab rakun memiliki kaki pendek.
- Rakun bisa berenang dengan kecepatan 5 km/jam dan mampu tinggal di dalam air selama beberapa jam.
- Pada tubuh rakun, terdapat sistem pengatur panas sehingga dalam keadaan cuaca panas, rakun mampu mengeluarkan keringat buat mengatur temperatur tubuhnya.
- Keunikan lain nan dimiliki oleh rakun ialah saat turun dari pohon. Rakun turun dengan posisi terbalik, kepala menghadap ke bawah.
- Rakun terlahir sebagai hewan buta warna. Mereka hanya bisa melihat rona hijau muda secara jelas. Dalam mengenali objeknya, rakun menggunakan sentuhan dan indera penciuman nan cukup tajam.
Kelebihan dan Kekurangan Rakun
Setiap makhluk niscaya memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk juga rakun. Rakun ialah hewan nan tergolong hebat nan juga memiliki kelemahan. Berikut kelebihan dan kekurangan rakun.
- Pertama, penglihatan seekor rakun dapat dibilang tak terlalu baik dan buta rona seperti nan telah dijelaskan di atas. Namun, saat sedang berburu mangsa, rakun ternyata mampu menangkap mangsa dalam jeda nan jauh. Rakun mengandalkan pendengarannya dalam mencari mangsa, bukan matanya.
- Kedua, rakun ialah hewan nan malas berenang. Namun, saat dalam keadaan terdesak, rakun mampu menjadi perenang hebat sebab bisa berenang di sungai nan deras.
- Ketiga, rakun mampu mencari makan nan jaraknya bermil-mil dari sarangnya jika makanan di sekitarnya sudah habis.
- Keempat, rakun ialah hewan pembuat sarang nan luar biasa dan cekatan.
Konservasi Rakun
Rakun bisa menjadi fauna nan langka. Hal ini sebab rakun sering diburu dan dikonsumsi oleh manusia. Manusia memburu rakun agar bisa digunakan kulitnya maupun sebagai makanan. Tidak hanya itu, rakun digunakan sebagai hewan peliharaan.
Dalam upaya mencegah hal tersebut, pemerintahan Amerika maupun Jerman melarang penduduknya buat memburu rakun dan jika dilanggar mendapat hukuman nan cukup berat. Selain itu, mereka membuat sebuah kawasan spesifik buat melindungi rakun dari kepunahan.
Rakun Kanada di Ragunan
Jika dilihat sekilas, rakun memang mirip seperti rubah. Namun, hewan nan menggmaskan ini bukanlah homogen rubah, tetapi memang bernama rakun. Meskipun rakun bukan hewan orisinil Indonesia, Anda bisa melihatnya di Kebun Binatang Ragunan. Sejak 5 November 2009, rakun sudah bisa dilihat di Ragunan oleh para pengunjung.
Rakun di Ragunan ini didatangkan dari Kanada dan masih baru. Rakun ini wajahnya seperti rubah, tetapi fisiknya seperti musang dan tangannya mirip beruang. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang staf pengelola Kebun Binatang Ragunan.
Pada awal kedatangan rakun ke Kebun Binatang Ragunan, para pengunjung tak bisa langsung melihat satwa nan unik ini sebab masih dikarantina dan belum dapat menyapa para pengunjung dengan leluasa. Rakun-rakun ini sepertinya memerlukan sedikit waktu lagi buat beradaptasi di Insonesia, khususnya di Kebun Binatang Ragunan. Hewan ini diperkirakan membutuhkan waktu buat beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia minimal selama tiga bulan. Namun demikian, secara fisik, rakun-rakun ini dalam keadaan sehat.
Rakun sudah terbiasa berada dalam loka nan memiliki empat musim, termasuk di negara asalnya. Tidak demikian di Indonesia. Walaupun berbeda cuaca, rakun-rakun tersebut terlihat lincah dan tak dapat diam. Dilihat dari fisiknya, rakun-rakun ini sudah bisa beradaptasi dan sebulan ke depan para pengunjung di Ragunan sudah dapat menyaksikan tingkah polah rakun ini.
Rakun sangat suka makan kacang-kacangan, buah, dan daging sehingga tergolong hewan jenis omnivora (hewan pemakan segala jenis makanan). Rakun nan ada di Kebun Binatang Ragunan ini ialah sumbangan dari sebuah kebun binatang nan ada di Kanada. Kebun Binatang Ragunan memang memiliki interaksi nan cukup baik dengan kebun binatang di Kanada.
Kandang nan digunakan oleh sepasang rakun ini ialah kandang pilihan. Di Ragunan, para pengunjung bisa menyaksikan sepasang rakun ini, tetapi tak boleh memberi makanan. Hal ini bertujuan buat menjaga rakun agar tak memakan makanan nan salah atau tak sesuai.