Dangdut Identik dengan Goyang?
Norma Moral
Semua orang niscaya kenal, tahu, dan akrab, dengan musik rakyat ini. Ya, dangdut. Namun, tak semua orang menyukai musik dangdut. Hentakannya nan mengajak bergoyang memang membuat tak tahan bagi mereka nan masuk kategori penggila musik dan penyanyi nan mendendangkan musik dangdut. Sementara itu, mereka nan tak menyukai jenis musik ini niscaya merasa risih melihatnya. Musik nan dianggap sebagai musik kampungan ini memang sangat populer.
Kini bahkan ada musik dangdut koplo. Luar biasanya lagi ialah bahwa para penyanyinya menggunakan obat koplo nan masuk dalam kategori narkoba. Herannya banyak masyarakat nan mempunyai hajatan mengundang para penyanyi ini demi memeriahkan acara. Sebenarnya kalau hendak dipikir, mengeluarkan uang nan cukup banyak demi acara nan tak mendatangkan kegunaan itu, apa tak merasa merugi.
Namun, sudut pandang orang terhadap sesuatu itu memang berbeda-beda. Yang mengeluarkan uang demi mengundang organ tunggal atau penyanyi nan mendendangkan lagu dangdut berpendapat bahwa uang nan dikeluarkannya demi membahagiakan orang lain. Ia akan merasa bahagia melihat orang lain senang. Mungkin saja ia tak menyadari bahwa ketika ada nan berbuat tak baik dalam acara nan ia gelar, maka dosanya ia nan akan menanggung. Pandangan ini tentu saja tak terdapat dalam benak orang nan tak tahu hukumnya.
Musik dangdut ini sebenarnya tak harus diidentikan dengan baju minim dengan suara nan mendesah-desah. Banyak penyanyi dangdut nan sopan dalam berpakaian dan juga santun dalam berdendang. Orang benar-benar mengharapkan kehadirannya sebab suaranya dan bukan goyangan dan gayanya bernyanyi nan tak baik dan mengundang darah naik keubun-ubun. Iis Dahlia ialah satu satu penyanyi wanita nan terkenal dengan cengkok dangdutnya nan bagus.
Rhoma Irama nan kini mencalonkan diri sebagai presiden RI 2014 malah menjadikan lagu dangdut sebagai wahana ia berdakwah. Ia menciptakan lirik lagu dangdut nan menggoda buat berbuat baik. Lirik-lirik nan menarik itu membuat orang merasa tak dihakimi dan tak dipaksa melakukan perbuatan baik. Dalam konser nan dilakukan oleh Rhoma Irama, biasanya para penontonnya tertib dan tak banyak ulah. Berbeda dengan konser dangdut nan menghadirkan penyanyi nan seronok. Banyak masalah nan terjadi.
Bahkan saling senggol sedikit saja telah membuat darah meledak dan membuat pembunuhan terjadi. Tidak dapat disangkal bahwa peristiwa pembunuhan dan perkelahian nan ada di konser dangsut bermula dari musik dangdut nan dibuat menggoda rasa birahi. Orang ke konser dangdut dalam keadaan mabok. Tidak ada orang nan merasa bahwa waktunya lebih baik dimanfaatkan buat beribadah akan mendatangi loka penyelenggarakan musik dangdut nan menampilkan Dewi Perssik, Julia Perez atau Trio Macan atau penyanyi lain yag seronok.
Pihak nan berwajib sebenarnya telah berupaya buat mencegah jangan sampai terjadi peristiwa nan tak diinginkan dengan cara mencekal beberapa penyanyi nan tak masuk kategori penyanyi nan tak melanggar kebiasaan kesopanan. Yang terjadi ialah bahwa penyanyi lokal ternyata tak kalah hebohnya dengan penyanyi nan sudah terkenal dengan keseronokannya. Bahkan ada penyanyi nan sedang berdendang lagu dangdut itu rela telanjang. Caranya membuka pakaiannya nan sedikit demi sedikit itu benar-benar seperti penari telanjang.
Luar biasanya lagi, kejadian ini berlangsung di daerah nan jauh dari hiruk pikuk kota besar. kebiasaan moralitas nan ada di tengah masyarakat seolah telah tercabut. Orang telah begitu permisif sehingga tak mengira kalau hal itu merupakan sesuatu nan dilarang. Cukup mengenaskan mengingat apa nan dilihat diatas anjung itu juga disaksikan oelh anak-anak. Otak anak nan polos itu teracuni oleh hal-hal nan seharusnya tak boleh mereka lihat seumur hidupnya.
Goyangan Aduhai
Musik dangdut memang menjadi selera pasar. Hampir di tiap kesempatan, musik dangdut selalu menjadi hiburan. Terlebih, dengan baju penyanyinya nan super ketat dan seksi ditambah goyangan nan aduhai sehingga mampu membuat adrenalin meningkat. Orang berpendapat bahwa dangsut tanpa goyangan itu sama dengan sayur tanpa garam. Tidak akan meriah suatu pertunjukkan tanpa adany amusik dangdut. Itulah mengapa para penyanyi nan biasa menggung, akan berusaha membawakan lagu dangdut walau tak terlalu baik.
Yang membuat global semakin heboh ialah goyangan nan membabi buta. Mereka bergoyang begitu dahsyat seolah-olah global hanya miliknya. Dengan berbagai gerakan pinggul, paha, dan kepala, nan sontak membuat orang terpikat bergoyang bersama. Sementara mereka larut dalam ekstase euforia semacam itu, di hadapan mereka, anak-anak kecil menonton dengan tatapan polos dan seolah tanpa ekspresi. Entah apa nan ada dalam pikiran mereka.
Gerakan nan menjurus kepada adegan interaksi badan menjadi salah satu gerakan nan paling disukai. Siulan dan tepukan tangan serta saweran nan diberikan oelh para penonton menjadi salah satu hal nan sangat diharapkan. Bahkan ada nan memberikan saweran itu tepat di daerah nan terlarang. Penonton bukannya melarang atau penyanyi berusaha menolak, hal ini malah mendapatkan tepukan tangan dan penyanyinya merasa senang.
Heran dan sangat mengherankan. Bagaimana perasaan pasangan laki-laki nan menberikan saweran di daerah terlarang itu? Rasa cemburu mungkin telah hilang. Kalau tak ada lagi rasa cemburu, lalu bagaimanakah interaksi mereka? Global ini semakin tua dan sepertinya sangat mudah berbuat dosa. Sayangnya sangat sulit merasa gelisah setelah berbuat dosa. Yang ada ialah orang berusaha buat menapikan sesuatu nan dianggap dosa sehingga seoalh hal itu tak berdosa dilakukan.
Inilah nan membuat perbuatan nan sesungguhnya ialah perbuatan dosa akhirnya dilakukan terus-menerus. Masyarakat semakin sakit. apa nan dikatakan dosa itu dianggap enteng. Misalnya, memeluk orang nan tak halal baginya, dianggap biasa dan boleh saja dilakukan asal tak ada nafsu. Cium pipi kiri dan kanan itu juga biasa dan tak berdosa. Yang berdosa ialah kalau melakukan senggama. Senggama dengan nan tak halal pun tak dikategorikan dosa kalau dilakukan atas dasar suka sama suka.
Dunia telah benar-benar panas. Semua pemikiran nan galat itu telah merasuk ke dalam benak banyak orang. Tidak heran kalau kejahatan moral ini semakin merajarela. Tugas orangtua cukup berat dalam membesarkan anak nan baik. Mereka berjuang dengan semua serbuan pendapat nan salah nan dilakukan oleh orang-orang nan dianggap orang baik.
Dangdut Identik dengan Goyang?
Penyanyi musik dangdut memang identik dapat bergoyang. Begitupun, musiknya. Musik dangdut identik dengan goyangan. Bukan dangdut namanya jika tidak goyang, begitu selorohan banyak orang. Jika dilihat, memang mayoritas penyanyi dangdut bergoyang dan tak hanya bergoyang biasa. Goyangannya telah menjadi karakteristik khas dan fenomena. Sebut saja, Inul Daratista, Anisa Bahar, Uut Permatasari, Dewi Persik, dan Ira Swara.
Namun, ada pula penyanyi musik dangdut nan lebih memprioritaskan dan berkonsentrasi penuh pada kemampuan olah vokalnya ketimbang memadukannya dengan unsur goyang. Bukan berarti tidak ada gerak, namun gerakannya tak berupa goyang pinggul. Sebutlah beberapa penyanyi dangdut nan sepertinya memang tak pernah terlihat bergoyang, di antaranya Evie Tamala, Ike Nurjanah, Cici Paramida, Iis Dahlia, Rita Sugiarto, Ayu Soraya, Iyeth Bustami, Erie Susan.
Rata-rata berpendapat bahwa mereka tak dapat bergoyang. Itu sebabnya mereka lebih fokus pada olah vokal dan hubungan dengan penonton nan terjalin tanpa goyangan. Menurut mereka, menyanyi dan penyanyi dangdut tak melulu identik dengan goyangan.
Penyanyi musik dangdut, bergoyang atau tidak, bukanlah masalah. Penonton sudah merasa terhibur dan terpuaskan dengan sajian lagu dan penampilan para penyanyi dangdut. Aksi anjung nan dilakukan oleh para penyanyi dangdut memang menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemarnya. Sebut saja penyanyi dangdut nan cukup populer, yakni Elvi Sukaesih Si Ratu Dangdut dan Camelia Malik Si Ratu Jaipong.
Elvi dan Camelia mampu membius penonton tanpa harus bercucuran keringat melakukan berbagai atraksi anjung nan bombastis. Kemampuan mereka dalam olah vokal nan mumpuni ditambah aksi anjung nan menunjang dan pas ternyata mampu membuat penggemar terbius dan terhibur.