Meger BEJ dan BES
Bicara tentang saham di Indonesia, pastinya tak dapat dilepaskan dari Bursa Imbas Jakarta (BEJ). Di sinilah orang dapat melakukan jual beli saham. Bursa Imbas Jakarta disebut juga Jakarta Stock Exchange (JSX). Namun sejak 2007, BEJ melakukan merger dengan Bursa Imbas Surabaya (BES) dan berubah nama menjadi Bursa Imbas Indonesia (BEI). Bagi para pengusaha dan pelaku ekonomi skala besar, tentu sudah tak asing lagi dengan BEJ ataupun juga BEI ini.
BEJ Warisan Zaman Kolonial
Keberadaan BEJ di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak zaman kolonial Belanda pada 1912 di Jakarta nan dulu bernama Batavia. Ketika perang meletus, kantor bursa saham ini sempat tutup hingga beberapa kali mengingat kondisi nan tak memungkinkan. Baru pada 1977, kantor bursa saham warisan penjajah Belanda ini resmi dioperasikan kembali dan Bapepam nan bertugas mengawasinya.
Status badan usaha Bursa Imbas Jakarta kemudian resmi menjadi Perseroan Terbatas (PT) sejak 13 Juli 1992, nan kemudian lazim disebut PT Bursa Imbas Jakarta. Pengelolaan BEJ terus dikembangkan hingga pada 1995, BEJ mulai melakukan perdagangan secara elektronik.
BEJ dan Turun Naik Pasar Saham Indonesia
Krisis moneter Asia pada 1998 memukul pasar saham Indonesia dengan dasyat. Rupiah terpuruk jatuh mencapai angka Rp13.000 hingga Rp15.000 terhadap dolar atau jatuh pada kisaran 300 poin. Pasar saham nan hancur ini membuat banyak bank kolaps dan banyak di antaranya nan dilikuidasi. Harga barang-barang kebutuhan pokok melonjak drastis, pemutusan interaksi kerja di mana-mana, dan akhirnya memicu gejolak sosial dan kerusuah nan berujung pada penggulingan Presiden Soeharto.
Catatan kelam bangsa Indonesia di tahun 1998 itu masih membekas dalam ingatan kita semua. Bahkan banyak kasus penculikan dan pembunuhan di masa-masa itu nan hingga kini masih diliputi tabir misteri. Banyak teori dan dugaan nan berkembang seputar peristiwa tersebut, nan syahdan katanya melibatkan banyak petinggi negara.
Namun terlepas dari itu semua, berkat kinerja tim perekonomian nan baik di masa kepemimpinan Presiden SBY sejak 2004, pasar saham Indonesia mulai membaik. Bahkan di awal 2006, Bursa Imbas Jakarta mencapai level 1.500 poin nan merupakan rekor paling tinggi nan pernah dicapai selama ini.
Bahkan ketika krisis Eropa menghantam negara-negara di Eropa, Amerika, dan sebagian negara di Asia, ternyata pasar saham Indonesia masih tidak bergeming dampak krisis tersebut. Tak heran jika kemudian Bursa Imbas Jakarta disebut-sebut sebagai salah satu bursa saham dengan performa terbaik di Asia, selain China dan India nan medapat julukan macan-macan Asia.
Meger BEJ dan BES
Di bawah Menteri Keuangan saat itu, Sri Mulyani Indrawati, pada 2007 dilakukan merger antara Bursa Imbas Jakarta (BEJ) dengan Bursa Imbas Surabaya (BES). Penggabungan dua perusahaan itu kemudian melahirkan perusahaan baru nan disebut Bursa Saham Indonesia (BEI).
Tujuan dilakukan merger ialah agar pengelolaan pasar saham Indonesia semakin terintegral buat mengembangkan perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Diharapkan dengan adanya satu bursa saham di Indonesia, pasar saham lokal menjadi semakin menggeliat buat memeratakan perekonomian Indonesia dan memberikan kegunaan nan lebih luas bagi masyarakat.
Gagasan merger ini berangkat dari pencerahan wilayah, bahwa sebagai sebuah bangsa, setiap komponen di dalamnya terikat dalam komitmen buat bersama-sama mengembangkan bangsa. Ketika pasar kapital Indonesia mampu bersinergi menjadi kesatuan regional nan kuat, selanjutnya akan dengan mudah terintegrasi dengan pasar ASEAN.
Macam-macam Indeks Saham di BEJ
Mengetahui perkembangan bursa tentu menjadi hal nan krusial bagi para pengusaha dan pelaku bisnis skala besar. Untuk memberi kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses informasi seputar bursa ini, BEJ secara rutin mempublikasikan konvoi saham di berbagai media, baik cetak maupun elektronik.
Macam-macam indeks saham nan terdapat di BEJ atau kini menjadi BEI, ialah sebagai berikut.
- IHSG. IHSG ialah Indeks Harga Saham Gabungan. Bursa Imbas Jakarta menggunakan IHSG sebagai indikator konvoi saham nan terjadi. IHSG mengandung informasi tentang konvoi harga dari seluruh saham biasa dan saham preferen nan ada di BEI. Nilai dasar indeks ditetapkan pada angka 100 dan dimulai pada tanggal 10 Agustus 1982. Pada waktu itu, saham nan tercatat di Bursa Imbas Jakarta hanya sebanyak 13 saham.
- Indeks Sektoral. Indeks sektoral ialah semua saham nan terdapat dalam setiap sektor, seperti sektor pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, industri barang konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, dan perdagangan.
- Indeks LQ45. Indeks LQ45 merupakan 45 saham pilihan dari berbabagi termin seleksi nan dilakukan.
- Indeks Individual. Indeks individual ini menggunakan harga dasar buat menentukan indeks masing-masing saham.
- Jakarta Islamic Index. Indeks nan satu ini digunakan sebagai acum indeks dalam perdagangan saham berbasis syariah.
- Indeks Kompas 100. Bursa Imbas Jakarta atau BEI dengan bekerja sama dengan koran Kompas memilih 100 saham perusahaan publik terbaik nan memenuhi persyaratan likuiditas tinggi, nilai kapitalisasi pasar besar, dan memiliki performa nan impresif. Seratus saham pilihan ini mewakili 70-80% dari total saham nan ada di Bursa Imbas Jakarta . Oleh sebab itu, indeks kompas 100 ini biasanya digunakan oleh para pengusaha dan investor buat mengetahui kesamaan konvoi saham. Meski kadang indeks kompas 100 ini memiliki kesamaan nan antagonis dengan indeks-indeks nan lain.
BEJ - Peringkat Utang dan Sektor Riil
Kinerja Bursa Imbas Jakarta dan tim perekonomian di kabinet patut berbahagia ketika pada akhir Desember 2011 nan lalu mendapat anugerah kenaikan peringkat utang Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Kenaikan ini menjadi prestasi nan membanggakan di tengah-tengah turunnya peringkat utang banyak negara maju di Eropa dampak krisis.
Peringkat utang Indonesia pernah berada pada posisi BBB- pada 1997 sebelum krisis moneter Asia menghantam dan memporak-porandakan perekonomian bangsa. Artinya, setelah kurang lebih 15 tahun melalui kerja keras tim perekonomian nasional, akhirnya kinerja mereka membuahkan hasil dan diganjar dengan kenaikan peringkat utang nan mengembalikan Indonesia pada posisi semula sebelum krismon.
Kenaikan peringkat utang ini diberikan oleh salah satu forum pemeringkat internasional, Fitch Ratings. Fitch menilai outlook I ndonesia positif dan stabil meski zona Eropa sedang bergejolak sebab krisis moneter. Outlook yang baik itu ditandai dengan pertumbuhan ekonomi stabil di angka 6 persen dan angka inflasi di bawah 4 persen.
Namun jangan sampai euforia kenaikan peringkat utang ini melupakan pekerjaan rumah nan lain, yaitu kinerja makro ini harus pula dibarengi dengan kinerja mikro di sektor riil. Jika hal ini tak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi bubble money atau penggelembungan aset keuangan dalam negeri. Oleh sebab itu, dana nan masuk ke sektor makro harus secara efektif diserap oleh sektor riil dan memanfaatkannya secara optimal.
Jangan sampai naiknya investment grade ini hanya dinikmati oleh mereka nan memiliki saham, reksa dana, dan obligasi, atau dengan kata lain orang kaya saja sebab akan terjadi ketimpangan ekonomi.
Inilah salah satu kegunaan melek pengetahuan akan konvoi saham sehingga kita dapat mengikuti kesamaan nan terjadi di sektor makro dan dapat mengimbanginya dengan peningkatan kinerja sektor riil. Salah satu tugas BEJ ialah memberikan informasi konvoi saham ini kepada masyarakat luas buat dipergunakan sebaik-baiknya.