Mencegah Timbulnya Konflik Antarsuku di Indonesia

Mencegah Timbulnya Konflik Antarsuku di Indonesia

Indonesia terdiri dari berpuluh-puluh bahkan mungkin ratusan suku nan setiap waktu melakukan gerak buat tetap bertahan hayati dan berpenghidupan. Keragaman ini tak sporadis menimbulkan konflik antarsuku di Indonesia . Konflik nan ditimbulkan oleh disparitas budaya. Bahkan, Norma antarsuku tersebut.



Konflik Antarsuku di Indonesia – Mulai Membahayakan

Sesuai dengan slogan negara kita, bhineka tunggal ika , nan artinya 'berbeda-beda tapi tetap satu jua', seharusnya hal tersebut tak perlu terjadi. Banyak dan beragamnya suku di Indonesia layak dijadikan kebanggaan sebab merupakan salah satu kekayaan nan dimiliki bangsa kita. Keragaman nan ada akan lebih latif jika dapat hayati selaras dan berdampingan buat mewujudkan Indonesia nan lebih baik dari hari ke hari.

Berita tentang perkelahian antarsuku nan ada di Papua cukup menyayat hati. Mengapa tidak? Mereka saling serang, saling ingin membunuh. Polisi nan ingin melerai dan mendamaikan pun tidak luput dari agresi kedua kubu. Cukup mengenaskan. Anak-anak dan wanita berlari menyelamatkan diri. Mereka berlari mencari loka persembunyian nan aman. Apa nan terjadi ialah bahwa loka persembunyian itu pun tidak aman. Apalgi rumah-rumah mereka banyak nan dibakar.

Pemerintah bukannya tidak melakukan apa-apa. Sudah diadakan upacara pangkas panah atau mematahkan panah sebagai simbol perdamaian dan tak akan berperang lagi. Tetapi apa daya. Jiwa dan hati mereka tetap ingin berperang sebab kata mereka berperang telah menjadi satu budaya dan budaya memang harus dilestarikan.

Melihat korban nan jatuh, baik nan luka tertembus panah maupun nan luka sebab terkena lemparan batu serta bangkai mobil dan motor nan dibakar, rasanya cukuplah buat membuktikan bahwa perang tidak ada gunanya. Namun, nan terjadi ialah malah mereka semakin beringas dan korban nan tidak berdaya dan tidak berdosa terus berjatuhan. Seorang remaja nan dipatahkan tangannya harus berjuang hayati sebab begitu banyak darah nan keluar. Sepertinya memang ada nan membakar hati para anak suku nan berbeda agar terus berperang dan melampiaskan semua nafsu dan balas dendam.

Bila hal ini nan terjadi, itu artinya mereka memang ingin membuat Papua terus memanas agar mereka dapat meraih kesempatan dan mewujudkan keinginannya dalam konflik antarsuku di Indonesia ini. Sungguh tidak dapat dimengerti bila ada nan begitu sistematik dan begitu terpadunya mengolah konflik antarsuku di Indonesia menjadi satu isu nan dikembangkan dan ditonjolkan agar meraih kekuasaan atau kemenangan secara ekonomi. Di manakah letak mata hati dan nurani orang-orang seperti ini?

Konflik antarsuku di Indonesia itu juga pernah terjadi di Kalimantan. Saat itu orang Dayak dan orang Madura saling bunuh dengan kejamnya. Betapa tidak emngerikan ketika kepala manusia digantung dan diletakkan di loka umum. Hal ini niscaya juga akan mempengaruhi kondisi kejiwaan masyarakat nan berasal dari kedua suku nan tinggal di loka lain. Hanya dengan saling mengerti dan memahami, akhirnya konflik itu dapat diselesaikan dengan baik.



Konflik antarsuku di Indonesia – Sudah Sejak Zaman Dahulu?

Konflik antarsuku di Indonesia memang ada dan sudah ada sejak zaman dahulu. Tidak dapat dipungkirti bahwa ketika Indonesia masih banyak terdapat kerajaan, masing-masing kerajaan itu berusaha melebarkan sayap kekuasaan dengan cara berperang. Ada perang nan menyakitkan ketika semua keluarga dibunuh atau dimasukkan ke dalam penjara sebagai tahanan politik. Tetapi, rasanya keadaan itu telah dapat dilebur pada saat semua kerajaan menyatakan diri bergabung dengan Republik Indonesia. Bangsa Belanda pun sebenarnya telah mencopoti sedikit demi sedikit kekuasaan para raja tersebut sehingga kerajaan di Indonesia tidak mempunyai kekuasaan lagi kecuali hanya sedikit kerajaan nan masih mempunyai pengaruh.

Konflik antarsuku di di Indonesia juga sebab perebutan makanan. Tidak dapat dipungkiri bahwa urusan perut ialah urusan nan sangat rentan menjadi dasar peperangan dan pertengkaran antarsuku. Apa nan terjadi di wilayah Mesuji, Lampung ialah salah satu contoh bagaimana sesama anak bangsa saling menjatuhkan dan saling bunuh. Semua itu sebab adanya perebutan huma mencari penghidupan.

Kondisi ini sudah sangat memprihatinkan. Masing-masing suku bersikap jemawa dan melihat suku lain sebagai manusia nan akan merebut huma penghidupan. Hal ini akan semakin tidak terkendali ketika pihak-pihak nan mempunyai kekuasaan tidak dapat menjadi pendamai. Apa nan terjadi di Poso dan di Maluku, juga cukup mempengaruhi pandangan anak bangsa terhadap disparitas nan ada di Indonesia.

Bidang pendidikan harus berperan sangat krusial dalam menjaga perdamaian di negeri tercinta ini. Tak dapat dipungkiri bahwa gerakan transmigrasi menjadi salah satu pemersatu bangsa. Walau ada masalah di lapangan, sedikit banyak percampuran suku nan telah dirintis sejak zaman Orde Baru itu harus diteruskan tetapi dengan prosedur dan cara nan lebih baik agar tidak ada konflik antarsuku nan akan merusak tatanan kehidupan nan telah mapan di satu daerah.



Mencegah Timbulnya Konflik Antarsuku di Indonesia

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Itu ialah fakta nan tidak dapat ditutupi atau dihindari. Di mana pun di global ini, keberagaman suku itu niscaya ada. Keberagaman itu memang memperlihatkan betapa banyaknya disparitas nan harus dipahami. Dari segi bahasa, satu kata dapat berarti begitu indahnya bagi satu suku, tetapi sebaliknya kata nan mempunyai arti latif itu mempunyai arti nan begitu buruk dan jorok bagi suku nan lain.

Solusinya ialah tidak perlu diperdebatkan. Anggap saja satu lelucon nan tidak harus dipermasalahkan. Pemahaman seperti ini harusnya terus digalakkan. Tetapi tak tahu mengapa, masalah sepele saja telah mampu membuat satu suku tergerak buat menyerang suku lain nan tinggalnya bersebelahan. Padahal ketika kedamaian hayati itu dirasakan, membangun bersama niscaya dapat terwujud. Tak harus satu kesalahan kecil membuat satu kampung harus saling membakar rumah. Apakah jiwa-jiwa perang itu telah begitu menggeloranya dan tidak sanggup lagi hayati dalam damai.

Tak ada nan dapat memahami mengapa ada orang-orang nan begitu mudahnya menganggap dirinya jauh lebih baik dan jauh lebih berhak atas sesuatu di global ini. Bukankah kalau makan nasi lima piring seklaigus malah akan mendatangkan rasa sakit? Lalu mengapa harus serakah? Bangsa ini harus belajar bagaimana menjadikan diri merasa cukup dan tak hayati berelbihan agar tidak ada rasa saling cemburu dan iri dengki.

Sebetulnya, konflik antarsuku di Indonesia tak perlu terjadi jika kita memiliki sikap-sikap berikut ini.



1. Mengenal

Dengan mengenal pihak nan berbeda suku, terutama nan hayati berdampingan, akan memperkecil bahkan mencegah timbulnya konflik antar suku di Indonesia. Mengenal tak hanya tahu namanya, tetapi mengetahui suku bangsanya serta adat atau Norma nan bersangkutan. Dengan demikian, ketika suatu saat ada hal-hal nan berbeda dengan adat atau Norma suku kita, bisa kita pahami dan dapat kita terima dengan besar hati.



2. Tidak Ekspresif

Bertindak ekspresif ketika ada sesuatu nan berbeda dengan kita, kadang, menimbulkan terjadinya konflik antarsuku di Indonesia. Sebetulnya, jika kita sudah mengenal, hal ini tdak akan terjadi. Oleh sebab itu, ketika mereka bertindak atau bertingkah laku tak sama dengan kita, bahkan jauh berbeda, kita tak kaget lagi.

Dengan begitu, tak akan ada saling mencemooh atau pihak lain nan tersinggung sebab tindakan kita nan ekspresif tersebut, biasanya berujung pada saling serang nan pada akhirnya hanya merusak persatuan dan kesatuan bangsa.



3. Toleransi

Adanya sikap menghargai disparitas membuat kedua belah pihak dapat hayati berdampingan walaupun keduanya memiliki adat dan budaya atau Norma berbeda. Semua pihak dapat melakukan adat dan budaya atau Norma masing-masing dengan bebas, tanpa merasa terganggu dan diganggu oleh pihak lain, sehingga budaya nan ada dalam suku tersebut tak punah.



4. Empati

Dengan memposisikan diri sebagai orang lain, kita akan mengetahui bagaimana rasanya ada di posisi pihak lain sehingga kita tak akan mengusik ketika pihak lain melakukan ritual atau Norma eksklusif sukunya. Begitupun pihak lain, tak akan mengusik ritual atau kebiasan suku kita.



5. Bangga

Bangga nan harus kita miliki ialah kebanggaan sebagai negara kesatuan Indonesia, bukan bangga sebagai individu dari suku tertentu. Merasa bangga sebab keragaman suku nan ada di Indonesia. Keragamaan nan merupakan aset negara ini sehingga konflik antarsuku di Indonesia tak akan terjadi.