Shalat Rasulullah

Shalat Rasulullah

Shalat ialah ibadah nan pertama kali dihisab atau dihitung di hari akhir nanti. Bila melakukannya tak boleh sembarangan. Dalam salah satu hadistnya, Rasulullah pernah bersabda: "umat muslim harus shalat, sebagaimana beliau melakukan shalat". Adab-adab dan tata cara shalat umat Islam harus mencontoh shalat Rasulullah .



Kewajiban Shalat

Tidak seperti perintah dan ayat nan diwahyukan melalui perantaraan Malaikat Jibril, perintah shalat Rasulullah SAW terima langsung dari Allah Swt, ketika peristiwa Isra’ Mi’raj. Sangat tinggi kedudukan shalat ini, di antaranya bisa kita simpulkan seperti di bawah ini.

  1. Merupakan ibadah terpenting, perkara kedua dalam rukun Islam setelah mengucapkan syahadat (HR. Bukhari-Muslim)
  1. Ciri orang nan bertakwa dan orang mukmin (QS. Al-Baqarah: 3 dan Al-Mukminun: 2, 9)
  1. Sebagai tiang agama (hadits mahsyur)
  1. Amalan nan pertama kali dihisab di Hari Kiamat (HR. Thabrani)
  1. Ikatan terakhir nan terlepas dari agama, nan bila hilang maka hilanglah agama (HR. Ibnu Hibban)
  1. Sarana buat mengingat Allah Swt. (QS. Thaha: 14)
  1. Pencegah perbuatan keji dan munkar, serta buat memohon pertolongan (QS. Al-Ankabut: 45 dan Al-Baarah: 45)
  1. Harus tetap dilaksanakan walaupun bermukim atau dalam perjalanan, baik waktu damai maupun perang. (QS. Al-Baqarah: 238-239 dan An-Nisa: 102-103)

Banyak sekali hadits dan pendapat ulama nan mengatakan bahwa orang nan sengaja meninggalkan shalat hingga habis waktunya ialah kafir dan murtad, keluar dari agama Islam. Maka diwajibkan baginya segera bertaubat dari kekufurannya tersebut.

Ketentuan tata laksana shalat telah disimpulkan dengan singkat oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, “shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat”. Sehingga tidak ada lagi ketentuan lain selain nan telah dicontohkan oleh Rasul.

Kita bisa menemukan banyak hadits nan menerangkan tentang shalat beliau, penjelasan-penjelasan dari para ulama terdahulu hingga sekarang pun telah secara gamblang dan detil memaparkan tata cara shalat tersebut. Dengan demikian, tidak ada lagi cara lain selain dengan tata cara nan telah ditetapkan selama berabad-abad ini.

Banyak sekali hadits dan pendapat ulama nan mengatakan bahwa orang nan sengaja meninggalkan shalat hingga habis waktunya ialah kafir dan murtad, keluar dari agama Islam. Maka diwajibkan baginya segera bertaubat dari kekufurannya tersebut. Terdapat dimensi lain nan tak dapat dilepaskan dari shalat, yaitu spiritual. Shalat ialah ialah perbuatan anggotan badan dan sekaligus pula hati dan pikiran.

Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya shalat itu sangat berat kecuali bagi mereka nan khusyuk .” (Al-Baqarah: 45)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, makna khusyuk diartikan sebagai suatu citra keimanan nan hakiki. Orang nan khusyuk ialah orang nan dipenuhi rasa takut kepada Allah. Orang tersebut penuh tawadhu’. Orang nan benar-benar tunduk penuh ketaatan dan takut kepada Allah.

Jika secara hukum fikih telah absah shalat seseorang jika telah memenuhi kriteria tata cara shalat. Tetapi dari segi kualitas, masih perlu dilihat seberapa khusyuk shalatnya itu.

Disimpulkan, shalat nan khusyuklah nan akan membimbing pada ketenangan dan kemuliaan konduite seseorang. Karenanya para ulama terdahulu senantiasa mengajarkan cara melakukan shalat dengan penuh rasa khusyuk.

Sholat memiliki arti ‘doa’. Ini ialah jembatan vertikal nan menghubungkan manusia dengan Allah Swt. Secara istilah, sholat ialah ibadah nan terdiri atas beberapa ucapan atau doa dan gerakan nan sudah ditentukan aturannya nan dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Shalat bermanfaat bagi manusia bisa dilihat dari berbagai aspek, di antaranya ialah sebagai berikut.



1. Aspek rohani

Orang nan mengerjakan shalat akan mendapatkan ketenangan jiwa seperti janji Allah Swt. Tentu saja dengan kualitas shalat nan khusyuk, yaitu menghadirkan hati dalam shalat, konsentrasi, keseriusan, dan kedisiplinan dalam mendirikannya.



2. Aspek sosial

Orang nan melakukan shalat akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Ia akan bertindak santun terhadap tetangga dan lingkungannya. Selain itu, shalat dengan berjamaah juga akan mempererat interaksi silaturahim antara sesama manusia dan kokohnya persatuan umat.



3. Aspek medis

Shalat bisa mencegah kita dari terjangkitnya penyakit. Ritual spesifik nan kita lakukan sebelum shalat ialah berwudlu. Dalam sehari kita berwudlu buat shalat sebanyak lima kali.

Pada saat itu pula kuman dan bakteri nan menempel di tubuh kita terlepas. Tidak hanya itu, gerakan shalat juga mendatangkan kegunaan tersendiri. Manfaat-manfaat gerakan shalat ialah sebagai berikut.

  1. Takbiratul ihram, bisa melancarkan genre darah, getah bening atau limfa, dan kekuatan otot lengan.
  1. Ruku', menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf.
  1. I’tidal atau berdiri setelah ruku’, latihan bagi organ pencernaan.
  1. Sujud, mempengaruhi daya berpikir seseorang, saat sujud genre getah bening dipompa ke bagian leher, ketiak dan posisi jantung berada di atas otak sehingga darah nan kaya oksigen mengalir secara maksimal ke otak.
  1. Iftirosy atau duduk saat tahiyat awal dan akhir, menghindarkan nyeri pada pangkal paha nan sering menyebabkan penderitanya tidak mampu berjalan. Sedangkan pada pria, ini dapat membantu mencegah impotensi.
  1. Salam, sebagai relaksasi otot sekitar leher dan kepala buat menyempurnakan genre darah di kepala nan sering menimbulkan sakit kepala dan juga menjaga kekencangan kulit.

Banyak kita temui ajaran-ajaran nan menyimpang di masyarakat, seperti shalat dengan menggunakan bahasa Indonesia, shalat dengan shaf campur (laki-laki dan perempuan ada dalam satu barisan), sampai shalat dengan dibarengi berbagai ritual kejawen.

Shalat seperti itu tak akan diterima Allah sebab tak sinkron dengan apa nan dicontohkan Nabi. Untuk Anda umat muslim nan ingin meneladani Rasulullah dalam melakukan shalat, berikut tata caranya.



Shalat Rasulullah

Rasulullah dan para sahabat tak pernah meninggalkan shalat berjamaah, kecuali jika ada halangan nan syar’i. Ketika Rasulullah sakit, beliau tetap melaksanakan shalat berjamaah di masjid sebagai imam hingga ketika sakitnya semakin parah, beliau memerintahkan Abu Bakar buat mengimami shalat berjamaah.

Rasulullah, bahkan, tak memberi keringanan kepada ‘Abdullah Ibnu Ummi Maktum nan buta buat meninggalkan shalat berjamaah. Padahal, selain buta, dia tak mempunyai seseorang nan dapat menuntunnya ke masjid dan usianya pun sudah renta. Diriwayatkan dari Abu Hurairah:

"Seorang laki-laki buta mendatangi Nabi lalu berkata, 'Ya Rasulullah, sesungguhnya saya tak mempunyai seorang penuntun nan mengantarkanku ke masjid'. Lalu, ia meminta Rasulullah buat memberi keringanan baginya buat shalat di rumahnya hingga Rasulullah memberikannya keringanan.

Ketika Ibnu Ummi Maktum hendak kembali, Rasulullah memanggilnya lalu berkata, 'apakah Engkau mendengar panggilan (adzan) buat shalat?' Ia menjawab, 'benar', maka Rasulullah bersabda, 'penuhilah panggilan tersebut.” (H.R. Muslim)

Sebelum melakukan ibadah shalat, ada beberapa hal nan selalu dilakukan Rasulullah. Misalnya, beliau selalu melakukan shalat tepat waktu sesudah mendengar adzan. Selain itu, beliau juga selalu memakai pakaiannya nan terbaik.

Baik di loka ini tak berarti mahal, nan krusial menutup aurat, bersih, dan kudus dari hadast kecil maupun besar. Rasulullah juga menganjurkan kita buat memakai wewangian atau parfum. Intinya ialah melakukan persiapan terbaik sebab shalat ialah rendezvous seorang hamba dengan Tuhan-nya di dunia.

Tapi, hal-hal di atas ialah anjuran dan tak ada paksaan bagi nan belum mampu melaksanakannya (misalnya, sebab suatu hal tak dapat shalat tepat waktu atau tak mampu membeli wewangian). Hal-hal nan wajib dilakukan ialah menjaga kebersihan baju dari najis dan menyempurnakan wudlu. Sebab shalat tanpa wudhu ataupun baju nan suci, jelas tak akan diterima Allah

Meski banyak beredar genre menyimpang di Indonesia, Anda tak perlu khawatir. Contoh-contoh shalat nan masih sinkron ajaran Nabi itu masih mudah ditemui di sekitar kita. Sesudah berwuhu dan memakai baju suci, Rasulullah selalu melakukan shalat berjamaah dengan para sahabatnya di awal waktu shalat. Beliau menghadap kiblat dan memulai gerakan shalat dengan takbiratul ihram.

Gerakan shalat nan biasa ditemui di masyarakat dan biasanya berbeda dengan tata cara shalat Rasulullah ialah gerakan anggota badan, ataupun pandangan dalam shalat. Ketika shalat, Rasululullah tak pernah memejamkan mata buat waktu nan lama dan pandangan beliau selalu ke loka sujud.

Posisi tangan ketika takhbiratul ihram ialah sejajar dengan pundak dan berada di atas dada. Ruku' beliau ialah tegak lurus 90 derajat dan sewaktu sujud bagian dahi dan hidung harus menempel di loka sujud. Selebihnya tentang bacaan shalat, sama seperti nan biasa kita lakukan dalam shalat sehari-hari.

Sesudah shalat, Rasulullah juga punya ritual khusus. Beliau selalu berdzikir dan berdoa, tak langsung bangkit meninggalkan loka sesudah melakukan salam. Mudah dipraktekkan bukan? Semoga di hari-hari selanjutnya adab dan tata cara shalat kita sudah sinkron dengan sifat shalat Rasulullah.