Jenis-Jenis Gaya Bahasa

Jenis-Jenis Gaya Bahasa

Bagaimanakah cara berbicara dengan teman nan sudah sangat akrab dengan Anda? Bandingkanlah dengan cara Anda berbicara kepada atasan atau kolega di loka kerja? Niscaya Anda akan melakukan dua cara nan berbeda kepada dua kelompok orang tersebut. Untuk itu, penggunaan gaya bahasa menjadi cukup penting.

Kepada teman, gaya bahasa Anda lebih informal dan berkesan santai, sedangkan kepada kolega atau atasan di loka kerja, gaya bahasa nan digunakan tentu lebih formal sebab keduanya berbeda lingkungan dan situasi.

Pernahkah Anda memperhatikan gaya bahasa nan disampaikan oleh para penjual di pasar, para staf kesehatan di rumah sakit atau para staf pendidikan di sekolah? Apakah mereka berkomunikasi dengan cara nan sama? Jawabannya, tentu saja tidak. Ketiganya boleh jadi memiliki gaya berbeda nan disesuaikan dengan lingkungannya.

Tujuannya agar komunikasi nan berlangsung di dalamnya bisa mencapai taraf keberhasilan nan diinginkan oleh semua orang nan terlibat dalam komunikasi tersebut.

Masyarakat nan berbeda usia dan latar belakang pendidikan, biasanya memiliki gaya bahasa nan berbeda pula. Setiap kalangan tersebut memiliki karakteristik dan cara nan khas saat menyampaikan ide tau gagasan mereka. Untuk itu saat berkomunikasi, kita harus mengetahui versus bicara sehingga akan terjadi efektifitas komunikasi nan dilakukan.



Jenis-Jenis Gaya Bahasa

Secara teoretis, gaya bahasa atau disebut juga dengan majas merupakan pemanfaatan dari kekayaan bahasa, terutama bahasa nan dipakai pada umumnya dalam masyarakat di tanah air. Caranya dengan memakai ragam eksklusif sehingga menimbulkan imbas lain dari bahasa nan disampaikan.

Selain itu, majas juga merupakan karakteristik khas dari sekelompok sastrawan saat menuliskan ide atau gagasan serta perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, akhirnya menjadi bukti diri krusial dari sastrawan tersebut dilihat dari karya nan dihasilkannya.

Majas secara langsung atau tak langsung biasa dipakai banyak orang dalam kalimat nan disampaikannya saat melakukan komunikasi dengan versus bicara. Tujuannya, buat melakukan perbandingan, insinuasi halus atau kasar, menegaskan sesuatu, serta melakukan pertentangan.

Dengan demikian, pesan nan disampaikan dengan menggunakan majas tersebut bisa langsung dipahami oleh versus bicara. Secara umum, majas dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu berupa majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan.

Kemudian, jenis-jenis majas tersebut bisa Anda terapkan penggunaannya dalam bahasa lisan maupun tulisan serta disesuaikan pemakaiannya. Dengan demikian, Anda bisa akan memperoleh variasi kalimat nan akan disampaikan baik itu secara lisan maupun tulisan.



Gaya Bahasa Perbandingan

Gaya bahasa atau majas perbandingan ini menyampaikan dengan tegas bentuk perbandingan dalam kalimat-kalimatnya dan juga terbagi lagi menjadi beberapa jenis nan berbeda. Ada beberapa jenis nan termasuk dalam majs perbandingan, antara lain sebagai berikut.

  1. Alegori merupakan majas nan menyatakan sesuatu dengan cara lain melalui kiasan atau dalam bentuk penggambaran khusus.
  1. Alusio merupakan majas nan menggunakan ungkapan dalam kalimat tapi tak diselesaikan hingga diketahui maknanya. Alasannya, ungkapan tersebut sudah lazim digunakan.

  2. Metafora merupakan pemakaian perbandingan berupa analogi hingga tidak menggunakan lagi kata perumpamaan, seperti 'bagaikan' atau 'bak'.

  3. Metonimia merupakan pemakaian ungkapan khas eksklusif nan telah menjadi ciri, atribut, atau merek eksklusif nan sudah dikenal luas dalam masyarakat.

  4. Litotes merupakan pemakaian ungkapan nan menurunkan atau merendahkan fenomena dari suatu fakta dengan tujuan buat merendahkan diri atau tak menonjolkan diri sendiri.

  5. Hiperbola merupakan pemakaian ungkapan nan berlebih-lebihan sehingga tak sinkron dengan fakta. Terkadang malah, nan disampaikan tersebut jadi tak masuk akal buat didengar.

  6. Personifikasi merupakanpemakaian ungkapan dengan penyebutan karakter manusia pada sesuatu nan bukan manusia (benda mati), sebagai penegasan semata.

  7. Eufimisme merupakan pemakaian ungkapan nan diperhalus buat sesuatu nan dianggap tabu atau tidak pantas dalam masyarakat.

  8. Simbolik merupakanpemakaian ungkapan dalam bentuk simbol atau lambang buat menyampaikan sesuatu ide atau gagasan tertentu.

  9. Asosiasi merupakan pemakaian ungkapan buat menyatakan dua hal nan berbeda menggunakan perbandingan eksklusif dan keduanya dianggap sama.


Gaya Bahasa Sindiran

Ada beberapa majas nan termasuk dalam gaya bahasa sindiran, antara lain sebagai berikut.

  1. Ironi merupakan ungkapan nan disampaikan berupa sindirian dengan maksud buat menyembunyikan fenomena sebenarnya dari sesuatu nan disampaikan tersebut. Biasanya, hal disampaikan merupakah fakta sebaliknya dari fenomena sesungguhnya.

  2. Sarkasme merupakan pemakaian ungkapan nan disampaikan bertujuan buat menyindir secara langsung dengan keras dan kasar. Tujuannya agar ungkapan nan disampaikan benar-benar dipahami langsung sehingga seseorang nan dituju dalam ungkapan tersebut akan menyadarinya.

  3. Satire merupakan pemakaian ungkapan nan sekaligus menyertakan ironi, sarkasme, juga parodi (perumpamaan langsung dengan sesuatu/peristiwa sesungguhnya) secara bersamaan. Ungkapan tersebut disampaikan buat memberikan kritikan, kecaman, bahkan menertawakan suatu ide atau gagasan, serta Norma tertentu.

  4. Sinisme merupakan pemakaian ungkapan nan bersifat melakukan cemoohan terhadap ide atau gagasan eksklusif dengan intesitas ungkapan nan disampaikan lebih kasar daripada ironi.


Gaya Bahasa Penegasan

Ada beberapa majas nan termasuk dalam gaya bahasa penegasan, antara lain sebagai berikut.

  1. Pleonasme merupakan penyampaian ungkapan dengan cara menambahkan keterangan buat sesuatu nan sudah jelas sebab sesuatu nan dimaksud tersebut sesungguhnya tidak perlu lagi ditambahkan keterangan apapun.

  2. Tautologi merupakan pemakaian kata dalam kalimat secara berulang-ulang dengan menggunakan sinonim dari kata tersebut.

  3. Repetisi merupakanpemakaian kata, frasa, atau kalimat nan sama dalam suatu kalimat.

  4. Klimaks merupakan penyampaian ide atau gagasan secara bertahap atau bertingkat dimulai dari hal nan sederhana menuju sesuatu nan lebih kompleks atau rumit atau dimulai dari sesuatu nan dianggap kurang penting, meningkat hingga menjadi sesuatu nan lebih krusial lagi.

  5. Antiklimaks merupakan penyampaian ide atau gagasan secara bertahap atau bertingkat dimulai dari hal nan rumit atau kompleks menuju sesuatu nan lebih sederhana atau dimulai dari sesuatu nan dianggap paling penting, berkurang intensitasnya hingga menjadi sesuatu nan kurang penting. Antiklimaks ini merupakan kebalikan dari klimaks.

  6. Stigmatisme merupakan pemakaian pengulangan bunyi konsonan 's' dengan tujuan memperoleh imbas tertantu, misalnya kata nan disampaikan terasa lebih dramatis.

  7. Elipsis merupakan pemakaian ungkapan dengan cara melakukan penghilangan satu atau lebih unsur-unsur kalimat secara keseluruhan. Dengan demikian, unsur-unsur kalimat menjadi tak lengkap atau tak utuh.

  8. Retoris merupakan pemakaian ungkapan nan bersifat mempertanyakan sesuatu nan tak diperlukan sebab jawaban pertanyaan sesungguhnya sudah ada atau sudah tercakup dalam kalimat pertanyaan tersebut.
  9. Inversi merupakanpemakaian ungkapan dalam kalimat dengan menukar subjek dengan predikatnya sehingga predikat kalimat tersebut disebutkan terlebih dahulu.

  10. Interupsi merupakan pemakaian ungkapan dengan maksud buat menyisipkan keterangan tambahan di antara dua unsur kalimat.

  11. Preterito merupakan pemakaian ungkapan buat menyatakan penegasan nan bertujuan buat menyembunyikan maksud sesungguhnya.

  12. Kolokasi merupakan pemakaian asosiasi nan tetap antara suatu kata dengan kata lain nan berdampingan dalam kalimat.

  13. Silepsis merupakan pemakaian suatu kata nan memiliki lebih dari satu makna.

  14. Asindeton merupakan pemakaian ungkapan dalam suatu kalimat atau wacana tanpa menggunakan kata penghubung.

  15. Apofasis merupakan pemakaian penegasan dengan cara melakukan penyangkalan terhadap sesuatu nan ditegaskan.


Gaya Bahasa Pertentangan

Ada beberapa majas nan termasuk dalam gaya bahasa pertentangan, antara lain sebagai berikut.

  1. Paradoks merupakan ungkapan nan disampaikan berupa dua hal nan seolah-olah bertentangan, nan satu salah dan lainnya benar, tetapi sesungguhnya keduanya tidak ada nan salah.

  2. Antitesis merupakan pemakaian ungkapan nan disampaikan berupa dua hal nan saling antagonis artinya dalam satu kalimat.

  3. Oksimoron merupakan pemakaian ungkapan berupa versus asas nan disampaikan dalam satu frasa sekaligus.

  4. Kontradiksi merupakan pemakaian pernyataan nan sifatnya berupa sangkalan buat pernyataan nan telah diungkapan sebelumnya.

  5. Anakronisme merupakan pemakaian ungkapan nan mengandung ketidaksesuaian antara fakta sesungguhnya dan waktu terjadinya peristiwa tersebut.