Fenomena Cerita Titanic

Fenomena Cerita Titanic

Film Cerita Titanic sungguh sangat fenomenal dan mencapai booming di hampir sepanjang tahun 1997. Film nan diangkat dari cerita konkret tentang kapal berteknologi tinggi pada masanya nan menabrak gunung es itu, berhasil dimana-mana. Film nan diangkat dari kisah konkret ini mampu membius penonton, hingga membuat bioskop penuh sesak, disertai antrean nan panjang. Bahkan banyak nan menonton film tersebut berulang kali. Tak heran jika film itu masuk box office , serta meraih 11 Academy Awards pada 1998. Tak banyak film hebat seperti ini. Di global internasional sendiri film nan benar-benar hebat seperti ini tidak selalu muncul setiap sepuluh tahun sekali.

Kehebatan cerita Titanic memang didukung oleh seluruh elemen film, seperti kekuatan cerita, kekuatan karakter tokoh-tokohnya, penyutradaraan, gambar, musik dan elemen film lainnya. Dari sisi pembiayaan, pembuatan film Titanic ini juga terbilang fantastis nan sangat menguras banyak dana. Namun, setelah film ini benar-benar sukses, laba pun cepat kembali dan produser tinggal duduk manis menunggu bagaimana pundi-pundi keungan perusahaan bertambah secara fantastis.



Dahsyatnya Cerita Titanic

Dikisahkan seorang pemuda bernama Jack Dawson (diperankan dengan sangat baik oleh Leonardo DiCaprio) nan memenangkan lotre. Hadiahnya ialah tiket perjalanan kapal Titanic nan sangat megah, sebuah kapal nan mengaplikasikan teknologi canggih pada jamannya, dapat dipacu dalam kecepatan nan mustahil kapal lain dapat menyamainya. Bukan main senangnya hati Jack. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia akan memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan menikmati kapal mewah nan hanya diperuntukkan buat golongan menengah dan atas masyarakat Inggris saat itu. Sekalipun ia harus menghuni bagian bawah kapal alias kelas ekonomi. Jack samasekali tidak pernah mengira akan berkenalan dengan perempuan cantik dari kelas bangsawan, seperti juga tidak pernah mengira kapal mewah dan hebat itu akan menabrak gunung es di tengah samudera Atlantik pada pagi dini hari.

Titanic ialah kapal pesiar super mewah nan baru selesai dibuat. Kapal itu merupakan kapal kebanggaan. Saking hebatnya, banyak nan sesumbar bahwa kapal tersebut tak akan dapat tenggelam. Teknologi canggih nan diterapkan pada pembuatan kapal pesiar tersebut telah menjamin tentang keselamatan kapal ini dari bahaya gelombang. Karena baru selesai dibuat, di dalam kapal ini pula ikut serta seorang insinyur nan mengerjakan kapal tersebut berikut para awak kapal nan telah sangat berpengalaman.

Sebagian besar penumpang Titanic ialah orang-orang kelas bangsawan. Mereka ialah orang-orang super kaya nan mendapat kehormatan buat mencoba perjalanan pertama kapal Titanic. Kapal itu berlayar dari London menuju New York. Disparitas antara kelas pekerja dan para bangsawan dengan apik ditampilkan di dalam cerita Titanic ini, sehingga menjadi tontonan nan mengasyikkan.

Kembali kepada cerita Titanic, di kapal pesiar super mewah tersebut, Jack berjumpa dengan seorang wanita dari golongan elit, bernama Rose DeWitt Bukater (diperankan dengan sangat apik olehKate Winslet). Rose nan merasa jenuh dengan kehidupan golongan elit nan penuh dengan kepalsuan, terpesona dengan kepolosan Jack. Akhirnya mereka saling jatuh cinta. Cinta dari dua golongan atau kasta nan berbeda ini terjadi penuh kejutan dan tidak biasa. Itulah nan membuat Rose benar-benar sangat mencintai Jack, sebab ia merasa menjadi perempuan biasa nan tak terlalu terikat dengan tetek-bengek anggaran dan tradisi kaum bangsawan. Kebebesan nan diinginkan Rose mendapat pelabuhan nan sepadan di hati Jack. Ia begitu mencintainya sehingga ketika tragedi itu terjadi, cinta menjadi perekat nan sangat luar biasa, sehingga kedua nyawa remaja nan sedang jatuh cinta ini semestinya terselamatkan.

Cal Hockley (diperankan oleh Billy Zane), tunangan Rose, marah bukan main. Ia merasa terhina sebab kekasihnya dekat dengan pemuda miskin seperti Jack. Romansa segitiga nan sangat romantis ini mendominasi holistik cerita dalam film Titanic. Tapi sang pengarah adegan dan penulis skenario cerita Titanic tak terlena dengan romansa segi tiga berbeda kasta tersebut. Cinta memang menjadi pemanis tapi mendapat porsi nan sesuai, sehingga cinta itu terasa menjadi sangat menyentuh dan menggetarkan di tengah tragedi kapal super mewah Titanic nan hampir tenggelam setelah menabrak gunung es tengah malam buta di hamparan maha luas samudera Atlantik.



Gunung Es Melumpuhkan Kehebatan Teknologi

Peristiwa demi peristiwa terjadi hingga akhirnya Titanic menabrak gunung es. Detik-detik tenggelamnya kapal Titanic ini membuat suasana romantis berubah menjadi penuh haru.

Jalan cerita dan kekuatan pemainnya membuat Titanic menjadi film nan terus diingat. Kekuatan lain dari film ini, yaitu sebab film tersebut berdasarkan kisah nyata. Kapal pesiar nan sangat didewakan itu akhirnya mengalami kesialan. Satu jam setelah menabrak gunung es, Titanic tenggelam, tepat pukul dua dini hari, pada bulan April 1912. Tak ada lagi kehebatan teknologi, tidak ada lagi kemewahan dan kepongahan kaum bangsawan, semua menjadi korban dan kapal mewah Titanic berubah menjadi puing-puing nan terhampar menghiasi paras samudera Atlantik nan dingin dan penuh misteri.

Titanic nan diluncurkan oleh perusahaan White Star Line, menabrak gunung es sebab adanya kesalahan mengemudi nan dilakukan oleh Robert Hitchins. Yang menambah parah, Bruce Ismay, pemimpin White Star Line, memaksakan Titanic tetap berjalan perlahan ketika lambung kapal itu telah robek terhantam gunung es. Dengan begitu, air bahari masuk dan memenuhi setiap lantai kapal. Padahal, kalau saja kapal itu diam sambil menunggu donasi datang, dapat jadi kapal tersebut selamat dan tak tenggelam. Ini anggapan nan juga menyeruak menjadi perdebatan nan tragis di tengah kapal Titanic nan hampir tenggelam. Ini bukan klimak dari cerita Titanic. Pengarah adegan film Titanic dengan sangat apik dan cerdas bagaimana menggiring emosi penonton sehingga mengalami titik puncak berkali-kali.

Bruce Ismay memberi alasan mengapa ia memaksakan Titanic terus berjalan meskipun telah menabrak gunung. Katanya, jika Titanic selamat dan sukses diderek, White Star Line akan dianggap lalai, dan tak dapat mendapatkan asuransi ganti rugi. Jika ini terjadi, White Star Line akan bangkrut dan seluruh karyawannya terancam kehilangan pekerjaan. Hem, sungguh sebuah alasan nan sombong dan hanya mementingkan diri sendiri (perusahaan) di tengah ribuan nyawa nan harus diselamatkan. Inilah tragedi kemanusian nan terjadi dampak kepongahan kaum bangsawan nan selalu merasa dirinya lebih hebat dalam segi apapun dibanding kelas ekonomi bawah.



Fenomena Cerita Titanic

Cerita-cerita dahsyat itulah nan membuat Titanic semakin inheren di hati masyarakat. Tentu saja juga berkat tangan dingin James Cameron nan menggarap filmnya. Saking fenomental cerita Titanic nan dikemas secara apik dalam film Titanic oleh James Cameron ini, sepuluh tahun sesudahnya ketika RCTI berulang kali menayangkan film tersebut, tetap saja menarik dan terbukti rating acara RCTI pada jam penayangan film Titanic ini tetap saja tinggi mengalahkan berbagai acara lain nan sebenarnya tidak kalah menarik. Ini membuktikan bahwa kenyataan Titanic memang luar biasa dan tidak akan gampang diulangi oleh film lain kesuksesan film Titanic ini.

Fenomena film dan cerita Titanic tak saja menghipnotis jutaan penonton film, tapi juga telah menginspirasi banyak orang buat menamakan putra-putrinya dengan nama nan nyerempet-nyerempet kepada judul film fenomenal tersebut, seperti Titania, Titanic, Titan dan lain sebagainya. Pasangan selebritis Anang Hermansyah dan Krisdayanti pun termasuk ke dalam golongan masyarakat nan tergila-gila dengan kenyataan film Titanic kemudian memberikan nama putrinya dengan judul film tersebut.